HOMILI, Pater Gregor Nule, SVD: Minggu, 16 Oktober 2022
redaksi - Sabtu, 15 Oktober 2022 20:10BERKANJANG DALAM DOA ADALAH JALAN KEPADA KESELAMATAN
(Minggu Biasa XXIXC: Kel 17:8-13; 2Tim3:14-4:2; Luk 18:1-8)
DALAM hidup sehari-hari kita selalu ingin agar apa yang kita rencanakan dan cita-citakan berhasil. Kita juga mau supaya apa yang kita minta dikabulkan.
Ketika rencana kita gagal atau permintaan ditolak, kita pasti kecewa, dan bahkan sampai putus asa. Kadang-kadang kita cenderung mempersalahkan dan mengkambinghitamkan pihak lain.
Hal yang sama terjadi dalam doa. Sering kita marah, kecewa bahkan bisa kehilangan iman dan tidak mau berdoa lagi apabila permohonan dan ujud kita tidak terkabulkan sebagaimana kita kehendaki.
Bacaan pertama dan Injil hari ini mewartakan suatu keyakinan bahwa doa yang tekun, terus-menerus dan dipanjatkan dengan penuh iman akan menghasilkan mukjizat. Maka kita diminta untuk berdoa tanpa jemu-jemu atau berdoa tanpa henti. Sebab Allah mendengarkan orang yang selalu berseru kepada-Nya.
Pengalaman keberhasilan bangsa Israel melewati padang gurun dan mengalahkan bangsa-bangsa asing yang tidak ingin agar umat pilihan Allah melewati tanah mereka menjadi bukti kekuatan doa.
Musa , Harun dan Hur tidak ikut bertempur di medan perang. Mereka bertekun dalam doa sambil memohonkan bantuan Allah. Tangan Musa yang terus terangkat ke langit dan ditopang oleh Harun dan Hur menunjukkan bahwa Israel mengandalkan Tuhan dalam seluruh perjuangan. Mereka bergantung pada Allah sebagai kekuatan dan sumber keselamatan.
Santo Lukas, di pihak lain, menampilkan seorang janda yang lemah dan tak berdaya terus meminta agar haknya diperhatikan oleh seorang hakim. Sialnya janda itu berhadapan dengan hakim yang punya karakter tidak terpuji.
Ia adalah seorang egois, tidak perduli pada siapa pun dan juga tidak takut akan Allah. Maka tentu saja tidak ada harapan bagi wanita malang itu untuk mendapatkan keadilan.
Satu-satunya kekuatan sang janda adalah sikap tidak tahu malu, keberanian dan ketekunan untuk terus-menerus datang dan meminta agar dia dibenarkan oleh hakim itu. Dan, ia berhasil.
Hakim itu membenarkannya meskipun dengan motivasi yang tidak tulus, jahat dan kotor, yakni agar ia bebas dari gangguan janda itu. Ia juga takut jangan-jangan janda itu mulai tidak sabar, marah dan meninjunya.
Pesan apakah yag mau disampaikan bacaan-bacaan suci hari ini kepada kita? Pesan utama adalah ajakan untuk terus-menerus berdoa dengan tekun siang dan malam atau berdoa tanpa jemu-jemunya.
Kita mesti terus berdoa dan tidak pernah berputus asa meskipun terkadang kita merasa bahwa doa kita tidak dikabulkan dan permohonan kita ditolak oleh Allah.
Kita mesti yakin bahwa Allah selalu mendengarkan orang yang berseru kepadaNya dan berdoa dengan penuh iman. Tetapi, Allah punya cara tersendiri dan sangat bijaksana dalam mengabulkan doa-doa kita.
Kalau hakim yang tidak adil itu rela membenarkan janda yang terus-menerus datang kepadanya, apalagi Allah kita yang maha kasih dan maha rahim. Dia pasti tidak mengulur-ulur waktu untuk mengabulkan doa-doa kita, khususnya doa orang yang tertindas dan menderita.
Kadang-kadang kita alami bahwa Allah sepertinya membiarkan suatu keadaan tidak teratasi. Ketidakadilan dan penindasan terhadap orang-orang kecil dan lemah berkelanjutan.
Bencana alam dan wabah penyakit yang merenggut begitu banyak korban jiwa terus merajalela. Kita merasa bahwa Allah seolah-olah menutup mata dan telinga terhadap keluh-kesah dan tangisan orang-orang yang bersusah.
Allah kita adalah Allah yang maha tahu dan maha bijaksana. Dia tahu yang terbaik untuk kita. Sebenarnya inilah cara Allah untuk mendidik kita supaya sabar berdoa dan sabar pula menantikan perwujudan belaskasihan dan kerahiman Allah di dalam hidup kita.
Sebab hanya dengan bertahan dalam doa, kita bisa bertahan dalam perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan, bertahan menanggung penderitaan, penyakit dan kesulitan-kesulitan hidup lainnya serta bertahan dalam iman.
Kita ingat doa Yesus sendiri di taman Getsemani menjelang saat-saat terakhir hidup-Nya. Yesus berlutut sebagai tanda kepasrahan diri kepada Allah dan berdoa, kata-Nya, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”, (Luk 22:42).
Kita merasa bahwa Allah yang seolah-olah menolak doa Yesus, Putera-Nya yang terkasih, telah mengabulkannya di pagi hari Paska, di mana Yesus bangkit dengan mulia dan hidup.
Kematian Yesus di salib dan kebangkinan-Nya memaklumkan kemenangan Yesus atas dosa dan maut. Dengan demikian, kita yang percaya kepada-Nya, mengikuti-Nya dan mengalami kemuliaan kelak.
Karena itu, seorang beriman sejati hendaknya selalu berdoa dengan tekun siang dan malam sebab ia selalu membutuhkan Allah di dalam hidupnya. Dan seorang pendoa yang baik hendaknya selalu berusaha menyesuaikan kehendaknya dengan kehendak Allah sendiri. Semoga. Amen.
Kewapante, Minggu, 16 Oktoner 2022
P. Gregorius Nule, SVD ***