HOMILI, Pater Gregor Nule, SVD, Minggu, 24 September 2022

redaksi - Sabtu, 24 September 2022 20:52
HOMILI, Pater Gregor Nule, SVD, Minggu, 24 September 2022Pater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)
Lazarus, orang miskin.

ORANG KAYA DAN LAZARUS YANG MISKIN

 (Minggu Biasa XXVI C: Am 6:1a.4-7; 1Tim, 6:11-16;  Lukas 16:19 - 31`)

KISAH Injil hari ini sudah sangat lazim di telinga dan ingatan kita. Kita pasti segera lihat kontras antara si kaya yang hidup berfoya-foya dengan Lazarus yang hidup merana dan berusaha makan dari remah-remah yang jatuh dari meja orang kaya itu. 

Mungkin kita juga langsung melihat jurang di antara keduanya: si kaya yang pelit dan mati rasa, dan di pihak lain, Lazarus yang bernasib malang dengan keadaan hidup yang memilukan.

Lazarus selalu berbaring dekat pintu rumah orang kaya dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Tetapi, ia hampir tidak mendapat apa pun. 

Ia mesti berebutan dengan anjing-anjing. Ia menderita. Ia sungguh melarat. Meski demikian, a tidak diperdulikan oleh siapa pun. 

Sebaliknya, orang kaya itu selalu hidup berfoya-foya dalam kemewahan. Memang ia tidak pernah menindas apalagi mengusir Lazarus dari pintu rumahnya. 

Tetapi, mungkin ia juga tidak pernah mengangkat mata untuk memandang Lazarus. Berpikir tentang nasibnya serta merasakan penderitaannya pun, mungkin tidak pernah. 

Lazarus hidup dalam dunianya yang miskin, sebaliknya orang kaya pun hidup dalam dunianya sendiri yang mewah.

Kontras lain dapat kita lihat saat keduanya mati. Ketika Lazarus mati, ia dibawa oleh malaekat-malaekat ke pangkuan Abraham. Alasannya karena ia sudah begitu banyak menderita di dunia, dan sekarang saatnya ia boleh menerima kebahagiaan. 

Sedangkan, ketika orang kaya itu mati, ia dikubur dan masuk ke dalam dunia orang mati. Di sana hanya ada penderitaan dan kengerian.

Setelah kematian, Lazarus duduk di pangkuan Abraham, tanda hidup sejati, hidup  penuh kebahagiaan bersama Allah. Sebaliknya, dari kejauhan orang kaya itu melihat Lazarus hidup aman, damai dan bahagia. 

Sedangkan, ia mengalami penderitaan yang tak tertahankan. Maka  ia minta Abraham agar menyuruh Lazarus mencelupkan jarinya ke dalam air untuk menyejukkan lidahnya, karena ia sangat kesakitan dalam api yang menyala-nyala.

Tetapi, Abraham menolak melayani permohonannya. Meski demikian, orang kaya itu tidak protes. Ia tidak marah. Ia pasrah menerima nasibnya. 

Muncul sesuatu yang mengejutkan. Orang kaya itu teringat akan kelima saudaranya di rumah ayahnya. Ia minta agar Abraham mengutus Lazarus ke rumah ayahnya untuk memperingatkan mereka supaya mengubah gaya hidup agar kelak mereka tidak masuk ke tempat pendertaan yang sama.

Abraham menolak lagi permohonannya. Alasannya karena mereka sudah mempunyai Musa dan para nabi. Mereka mesti mendengarkan Musa dan para nabi sehingga bisa selamat.

Bagi kita kisah ini sungguh menantang. Tetapi, kita hendaknya tidak gegabah membuat tafsiran yang salah. Saya dapat menegaskan bahwa tidak mungkin semua orang kaya otomatis akan dihukum dan masuk neraka, dan sebaliknya, semua orang miskin akan diberi ganjaran hidup bahagia bersama Allah di surga pada akhir zaman. 

Sebetulnya perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus mau memberi ilustrasi tentang kehidupan manusia pada umumnya. Orang kaya adalah simbol orang-orang yang tidak melakukan perintah-perintah Allah. 

Mereka punya kekayaan sebagai pemberian Tuhan, tetapi tidak memperdulikan sesama yang miskin dan menderita. Mereka  serakah dan ingat diri  serta tenggelam dalam hidup berfoya-foya. Orang seperti ini akan diganjar dengan hukuman abadi di neraka. 

Orang kaya  dihukum hanya karena menolak memberikan bantuan kepada saudaranya yang miskin dan  membutuhkan bantuan.

Sedangkan, Lazarus mengungkapkan pengalaman hidup begitu banyak orang di sekitar kita yang alami kemiskinan dan hidup dalam penderitaan. 

Mungkin termasuk saudara-saudari kita. Ada orang yang jatuh miskin karena gagal dalam usaha, kerja atau miskin karena bencana alam, gagal panen sebagai akibat musim hujan dan panas yang tidak menentu, atau karena alami tindakan tidak adil dari pihak-pihak tertentu. 

Tetapi, ada juga yang jadi miskin karena tidak mau bekerja, malas dan bermental enak dan instan. Kelompok terakhir ini sengaja menjadi miskin dan suka minta-minta. Ini tidak dimaksudkan Yesus.

Hal yang sama diwartakan nabi Amos  dalam bacaan pertama. Amos  berbicara tentang jurang pemisah antara orang-orang kaya dan orang – orang miskin. 

Orang kaya hidup dalam kelimpahan dan pesta pora, sedangkan  orang-orang miskin semakin miskin dan merana. Amos mengeritik sikap hidup dan tindakan tidak adil para pemimpin yang mengakibatkan penderitaan orang-orang kecil dan sederhana. 

Cara hidup orang-orang kaya yang demikian merupakan olokan dan hinaan terhadap orang miskin dan menderita.

Karena itu, Amos  mengingatkan para pemimpin Israel dan orang-orang kaya bahwa Allah berpihak kepada orang-orang kecil, miskin dan tertindas, dan sebaliknya menghukum para pemimpin yang sombong dan serakah. 

Sebagai pengikut Kristus, kita pun dipanggil untuk berpihak kepada orang-orang kecil, miskin dan tertindas. Agar kita sanggup melaksanakan misi ini, santo Paulus dalam suratnya kepada  Timotius mengingatkan kita agar terus berjuang mempertahankan dan menghayati iman kita. Paulus berkata,”Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar”, (1Tim 6:12). 

Iman dalam keutuhan dan kemurniannya merupakan harta pusaka yang harus dijaga. Menjaga atau memelihara iman berarti melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. 

Dan, orang yang hidup dalam iman yang benar hendaknya berusaha memberi kesaksian, menyalakan api kasih di tengah orang dan berjuang untuk menegakkan nilai-nilai Injil tentang keadilan, kebenaran dan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Semoga. Amen! 

Kewapante, Minggu, 25 September 2022.***

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS