HOMILI Pater Gregor Nule SVD: Minggu, 30 April 2022

redaksi - Sabtu, 30 April 2022 21:33
HOMILI Pater Gregor Nule SVD: Minggu, 30 April 2022Pater Gregor Nule SVD, Pastor Paroki Kewapante, Keuskupan Maumere, Flores. (sumber: Dokpri)

CINTA YANG BESAR MENJADI DASAR KEPERCAYAAN TUGAS KEGEMBALAAN

(Minggu Paska IIIC: Kis 5:27b-32.40b-41; Why 5:11-14; Yoh 21:1-19)

Perjumpaan Yesus dengan para muridNya di pantai danau Tiberias setelah kebangkitanNya mempunyai arti tersendiri bagi hidup, karya dan panggilan mereka.  Para murid yang telah kehilangan harapan lantaran kematian tragis sang Guru di kayu salib, kini harapan mereka dipulihkan kembali karena ternyata Yesus tetap hidup dan menyertai mereka. 

Para murid yang kembali menjala ikan di danau  sebagai tanda bahwa misi baru yang ditawarkan Yesus saat pertama pemilihan mereka sebagai penjala manusia sudah tidak berlaku lagi. 

Tetapi, ketaatan pada perintah Yesus untuk  membuang jala ke sebelah kanan perahu dengan hasil yang sungguh luar biasa tetap menegaskan lagi misi yang sama itu. Yesus juga menanti mereka di pantai dengan roti dan ikan panggang, lalu manawarkan mereka sarapan.  Dengan demikian, Yesus mau meneguhkan mereka agar tetap percaya dan tidak lagi putus asa.

Hal istimewa dialami oleh Petrus sendiri. Ia menjadi sahabat kepercayaan Yesus sejak awal pembentukan kelompok keduabelas rasul. Petrus menjadi salah seorang murid kepercayaan untuk mengikuti Yesus, mendengarkan ajaranNya dan menyaksikan tanda-tanda yang dikerjakanNya. 

Namun, hal yang paling mengecewakan terjadi ketika Yesus mengalami saat-saat yang paling genting dalam penderitaan dan kesepianNya karena ditinggalkan oleh hampir semua sahabatNya. Saat itu pula Petrus menyangkal Yesus secara tegas sebanyak tiga kali. 

Sebetulnya tindakah pengkhianatan ini pantas menjadi cap negatif bagi Petrus untuk selamanya. Ia pantas disingkirkan dari kelompok para Rasul dan tidak layak mendapat kepercayaan apa pun.

Tetapi, Yesus justeru tidak mengingat lagi skandal Petrus. Sebaliknya, Yesus malah tidak segan-segan mengangkat Petrus menjadi pemimpin dan gembala umat yang baru. 

Hanya satu syarat diminta Yesus dari Petrus yaitu cinta yang besar yang menjadi landasan dari tugas pengabdiannya. Sebab Yesus percaya bahwa Petrus akan belajar dari kesalahannya dan ia akan memperbaikinya, asalkan ia sungguh mencintai Yesus.

Itulah sebabnya ketika Yesus Kristus mengangkat Petrus menjadi pemimpin umatNya yang baru dan wakilNya di dunia ini, yang ditanyakan adalah cinta Petrus kepada Kristus. “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” (bdk. Yoh 21:15). 

Pertanyaan Yesus yang diulang sampai tiga kali itu dimaksudkan bukan untuk menguji kesetiaan Petrus, melainkan terutama agar rasul Petrus belajar mematangkan cintanya kepada Yesus Kristus. Cinta yang besar, tulus dan matang akan menjamin terlaksananya tugas kegembalaan dan perutusan Petrus dengan baik dan berhasil.

Sebagai pengikut Kristus, kita pun sering jatuh ke dalam salah dan dosa. Mungkin kita merasa tidak pantas di hadapan Allah dan sesama karena kerapuhan manusiwi. Seperti para murid kita pun sering mencari jalan lain karena frustrasi dan putus asa. Kita putuskan untuk kembali ke masa lalu yang kelam.

Tetapi, ketika seolah kehilangan keyakinan untuk berdiri tegar di antara semua badai kehidupan yang terjadi, kita diajak untuk bertahan satu hari lagi. Tidak boleh cepat menyerah, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok. Kita hendaknya tidak terlalu cengeng ketika menghadapi kesulitan. Sebab benarlah ungkapan kuno yang berkata, “Musuh terbesar dalam kehidupan kita adalah diri kita sendiri”. 

Ingatlah, kesulitan, masalah dan tantangan seperti apa pun, takkan bisa menghalangi kita sebagai seorang pemenang, sebab tangan Tuhan senantiasa menopang kita. 

Maka bertahanlah satu hari lagi di dalam iman. Bertahanlah satu hari lagi di dalam  doa. Bertahanlah satu hari lagi bersama Allah. Kita sudah berjalan minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dalam penyelenggataan Allah. Tidak pantas kita  menyerah karena keadaan hari ini. Kita mesti terus percaya dan berharap. 

Kita ingat nasehat St. Paulus kepada umat Korintus,  “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (bdk.1 Kor 2:9). Semoga! Amen. 

 *Pater Gregor Nule, Pastor Paroki Ratu Rossari,.

Kewapante, 30 April 2022. ***

 

 

RELATED NEWS