HOMILI, Pater Gregor Nule SVD, Minggu Biasa 31A, 05 November 2023

redaksi - Sabtu, 04 November 2023 16:13
HOMILI, Pater Gregor Nule SVD, Minggu Biasa 31A, 05 November 2023Pater Gregor Nule SVD, Pastor Kepala Paroki Ratu Rosari, Kewapante (sumber: Dokpri)
 SETIA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA KATA DAN PERBUATAN

  (Minggu Biasa 31A: Mal 1:14b-2:2b-.8-10; Tes 2:7b—9.13; Mt 23: 1-12)

SERING kita alami bahwa para abdi bangsa yang tulen memiliki tugas dan tanggungjawab besar dalam menjamin kebaikan dan kesejahteraan seluruh masyarakat tanpa kecuali. 

Roosevelt, mantan presiden AS, adalah salah seorang negarawan dan abdi bangsa yang sejati. 

Dalam sebuah pidato di hadapan Kabinetnya, ia mengemukakann tiga konsep tentang pikiran manusia yang berpengaruh dalam diri seorang pemimpin.

  1. Small minds discuss people. Pikiran kecil umumnya bicarakan tentang  orang lain.  Dan pikiran kecil selalu cenderung  menghasilkan gosip-gosip. Orang yang suka ciptakan gosip menjadi tanda bahwa ia punya pikiran kecil.
  2. Average minds discuss events. Pikiran sedang bicarakan peristiwa-peristiwa dan akan menghasilkan pengetahuan.
  3. Great minds discuss ideas. Pikiran besar membicarakan gagasan-gagasan  dan akan menghasilkan solusi-solusi atau jalan keluar bila hadapi persoalan-persoalan….

Ketiga pikiran di atas ada di dalam otak kita. Dan pikiran  yang mendominasi kita, itulah yang menunjukkan siapa kita, sikap hidup dan visi - misi kita.

Jika otak kita dikuasai oleh pikiran kecil maka kita selalu asyik dengan urusan dan masalah orang lain. Pikiran kecil menghasilkan gosip-gosip tanpa dasar, akibatnya muncul perseteruan, perselisihan dan permusuhan. 

Tetapi, jika pikiran besar yang menguasai otak dan hati kita, maka kita akan aktif mencari dan menemukan terobosan baru dan solusi efektif ketika hadapi masalah atau kesulitan hidup. Kita menjadi seorang inspiratif dan visioner. Apa yang kita kemukakan berguna bagi kepentingan bersama.

Bacaan pertama dan Injil hari ini mengemukakan kritikan tajam dan kecaman terhadap para pemimpin bangsa dan agama Yahudi yang jahat dan munafik. 

Nabi Maleakhi menuduh para imam yang tidak konsisten dalam hidup dan ajaran. Mereka telah menyebarluaskan ajaran palsu yang menyesatkan banyak orang. 

Ajaran mereka gagal meyakinkan bangsa terpilih untuk mengakui Allah sebagai satu-satunya pencipta, serta dasar hidup dan panduan mereka. 

Demikian pun ibadat dan hidup keagamaan mereka tidak memberikan arti apa pun bagi hidup ini. 

Kata-kata Yesus dalam Injil hari ini terkesan keras dan kasar. Yesus mengeritik orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang munafik dan berlagak suci.

Dia mengecam setiap jenis penipuan dan kepalsuan mereka. Mereka memamerkan kesalehan di depan umum hanya untuk menarik perhatian dan dihormati orang.

Orang-orang Farisi dan ahli Taurat mengajar secara baik dan benar, serta bermulut manis. Yesus meminta agar para pendengarNya mengikuti ajaran mereka, tetapi tidak boleh meneladani sikap dan perbuatan mereka. Sebab mereka hanya tahu mengajar, tetapi tidak melakukan apa yang mereka ajarkan.

Pewartaan nabi Maleakhi dan kata-kata Yesus yang terkesan keras dan kasar itu, sebetulnya merupakan kata-kata undangan kepada belaskasihan Allah. 

Nabi Maleakhi dan Yesus sebetulnya  mau menyadarkan para imam, orang-orang Farisi dan Ahli Taurat untuk membenahi hidup mereka serta mengajak mereka kepada pertobatan dan proses pembersihan hati. 

Sebab jika mereka tidak bertobat maka Allah akan mendatangkan kutuk ganti berkat yang pantas diberikan kepada imam-imam yang baik (Mal 2:2b).

Bagi kita, para pengikut Kristus, memang pewartaan Maleakhi dan kata-kata Yesus itu tidak ditujukan kepada kita,  tetapi punya pesan penting untuk kita hari ini.

Pertama,orang-orang Farisi dan ahli Taurat cenderung mengutamakan penampilan atau tampang luar, lalu beri sedikit perhatian kepada bagian dalam atau hati. 

Mereka utamakan pelaksanaan hukum: bayar pajak, ibadat lima  kali sehari, cuci tangan setelah kembali dari pasar, berpuasa, dan lain-lain. 

Tetapi, mereka membebankan orang-orang kecil dan miskin dengan aturan yang berat dan banyak tuntutan hukum lainnya. Itulah sebabnya mereka disebut munafik, buta, pura-pura dan sok suci. 

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk memberikan perhatian kepada bagian dalam diri dan hati kita. 

Kita mesti bertobat dan bersihkan hati kita. kita diminta untuk mengutamakan keindahan dan keluhuran hati. Hanya dengan demikian kita menjadi motivator dan inspirator bagi orang lain di mana  hidup dan perilaku kita benar-benar dijiwai dan diwarnai oleh keadilan, kebenaran, belaskasih dan iman yang sejati. 

Kedua, hidup para imam, orang Farisi dan ahli Taurat tidak terpuji karena mereka tidak konsisten. Mereka tidak menjaga keseimbangan antara kata dan perbuatan. 

Mereka mengajar dengan kata-kata, tetapi tidak melakukannya di dalam hidup. Mereka tidak tunjukkan apa yang mereka ajarkan lewat  perbuatan. 

Kita berusaha menjadi orang kristen yang setia dan konsisten. Kita menjadi saksi Kristus yang sejati di tengah dunia.  

Iman akan Allah kita tunjukkan lewat hidup dan perbuatan nyata. Kita mewartakan ajaran yang baik dan benar. Pada saat yang sama, kita juga menampilkan sikap, cara hidup dan tingkah laku yang baik dan benar pula. 

Sebab manusia dewasa ini lebih percaya kepada orang yang mengajar dan melakukannya, dan sebaliknya tidak memperdulikan orang yang hanya membualkan kata-kata hampa.

Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu. Amen.

Kewapante, 05 November 2023

P. Gregorius Nule, SVD. ***

RELATED NEWS