HOMILI, Pater Gregor Nule SVD, Minggu Paskah V, 15 Mei 2022

redaksi - Sabtu, 14 Mei 2022 20:02
HOMILI, Pater Gregor Nule SVD, Minggu Paskah V, 15 Mei 2022Pater Gregor Nule SVD, Pastor Paroki Ratu Rosari, Kewapanten, Keuskupan Maumere (sumber: Dokpri)

 WASIAT PERPISAHAN YESUS: “CINTAILAH SATU SAMA LAIN”.

  (Minggu V Paska C: Kis 14:21b-27; why 21: 1-5a; Yoh 13: 31-33a.34-35)

Bacaan-bacaan hari Minggu kelima Paska ini mengajak kita untuk melihat kemungkinan memperluas Kerajaan Allah kepada semua orang melalui kesaksian hidup kita. 

Paulus dan Barnabas tak henti-hentinya menceritakan karya agung Allah untuk keselamatan bangsa-bangsa lain, bukan Yahudi, karena Allah menghendaki keselamatan seluruh umat manusia. 

Sedangkan, penulis Kitab Wahyu begitu bergembira menyaksikan bumi yang baru di mana Allah sungguh berdiam di tengah umat-Nya.

 “Lihatlah kemah Allah di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka”, (Why 21:3a).

Injil menceritakan tentang saat terakhir menjelang Yesus dimuliakan. Yesus  tahu bahwa Ia akan segera meninggalkan para muridNya. 

Maka Yesus berkata, “Hai anak-anakKu, tinggal sesaat lagi Aku bersama-sama dengan kamu”, (Yoh 13:33). Lalu, Yesus mewariskan kepada mereka sebuah wasiat  berupa perintah singkat yang berbunyi, “Supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu”, (Yoh 13:34). 

Bagi Yesus wasiat saling mengasihi disebut perintah baru, karena para murid dituntut untuk saling mengasihi sama seperti Yesus sendiri telah mengasihi mereka. 

Dengan kata lain, kasih Yesus harus menjadi ukuran atau takaran kasih seorang kepada yang lain. 

Sebagaimana Yesus telah menyerahkan diriNya demi orang-orang yang dikasihiNya, maka para murid pun hendaknya saling mengasihi dengan cara yang sama. 

Hanya dengan bobot dan cara mengasihi demikian maka kasih akan menjadi tanda pengenal dan identitas  para murid Yesus. 

Akibatnya, orang –orang sekitar baru akan mengenal dan membedakan para murid Yesus dari orang-orang lain ketika mereka saling mengasihi secara tulus, tanpa syarat, sebagaimana Yesus sendiri mengasihi murid-muridNya.

Perintah kasih sebagai wasiat Yesus bagi para muridNya menjelang saat perpisahan berlaku juga bagi kita dan semua orang yang mengimani Yesus sekarang. 

Artinya, melalui Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita akan  perintah  kasih sebagai satu-satunya hukum kehidupan, dan sekaligus menantang kita untuk berpikir tentang bagaimana menghayatinya di dalam hidup yang nyata.

Mungkin  ilustrasi berikut dapat membantu kita. 

“Ada seorang pengemis yang selalu duduk di pinggiran sebuah jalan yang ramai di tengah kota dan selalu mengulurkan tangan kepada setiap orang yang kebetulan lewat di depannya. Pada suatu hari lewatlah di tempat itu Tolstoy, seorang penulis terkenal dari Russia. 

Tolstoy berhenti sejenak di depan orang miskin itu dan mencoba mencari-cari uang di dalam saku dan dompetnya. Ternyata tidak ada sekepin perak pun. Dengan sangat sedih ia berkata, “Janganlah marah kepadaku, hai saudaraku. Saya tidak membawa uang hari ini”. 

Wajah pengemis itu menjadi bersinar dan ia menjawab, “Tidak apa-apa tuan. Saya bergembira sekali karena tuan menyebut saya saudara. Inilah pemberian yang sangat tinggi nilainya bagi saya hari ini”.

Kasih sejati memampukan kita untuk melihat semua orang, siapa pun dia dan apa pun status sosialnya, sebagai saudara. Dan, sebagai pengikut Kristus kita ditantang untuk hidup seperti  Kristus. 

Artinya,hidup dan tindakan kita harus menyerupai dan menghadirkan kasih dan kebaikan Kristus di tengah lingkungan masyarakat,  di mana kita ada, hidup dan berkarya.  

Kita tahu bahwa Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Ia menerima dan melayani siapa saja yang datang kepadaNya, termasuk para pendosa yang bertobat. 

Ia juga mengampuni musuh-musuh dan orang-orang yang menganiaya, menghukum dan mengkhianatiNya. Yesus tidak pilih kasih, dan kasihNya pun tanpa syarat. 

Karena itu, sebagai orang Kristen kita coba untuk meneladani Yesus Kristus dan melaksanakan perintah kasih dalam hidup sehari-hari. 

Seperti Kristus, kita pun dituntut untuk tidak egois dan berani menyangkal diri  sehingga bisa menjadi sesama dan saudara bagi yang lain, khususnya mereka yang kecil dan menderita. 

Kasih sejati juga menuntut keberanian untuk mengampuni, menerima mereka yang berbeda dan bahkan keberanian untuk mengasihi orang yang membenci kita. Semoga. Amen.

Kewapante, Minggu, 15 Mei 2022

RELATED NEWS