HOMILI Pater Gregor Nule SVD: Pembabtisan, Jalan Keselamatan bagi Manusia

redaksi - Sabtu, 08 Januari 2022 21:44
HOMILI Pater Gregor Nule SVD: Pembabtisan, Jalan Keselamatan bagi ManusiaPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

Minggu, 09 Januari 2022. Bacaan: Yes 40:1-5.9-11; Tit 2:11-14;  Luk 3: 15-16.21-22.

PEMBABTISAN Yesus di sungai Yordan merupakan saat pelantikan Yesus untuk memulai tugas perutusanNya di dunia melalui suara Bapa dari langit, “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, KepadaMulah Aku berkenan”. 

Suara ini menegaskan bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Dia  sungguh berkenan dan dicintai Bapa. 

Tetapi, mengapa Ia mesti dibaptis oleh Yohanes? Benar bahwa  Yesus bukan seorang pendosa. Sedangkan, pembaptisan Yohanes dimaksudkan untuk menghapus dosa dan menyucikan hati manusia.  

Di sini, Yesus mau  turun dan berada di antara orang berdosa. Ia benar-benar mau merendahkan dan menyamakan diriNya dengan manusia. 

Sebab dalam Dia Allah berkenan kepada manusia, dan melalui Dia Allah berkenan menyatakan diriNya kepada orang-orang berdosa, kecil dan sederhana, serta memberikan kepada  manusia Kerajaan Allah. 

Yesus mau ada bersama dengan manusia untuk memulihkan martabat manusia yang telah dirusakkan oleh kuasa dosa dan maut. Itulah sebab Kritus rela mati di salib sebagai bukti cintaNya yang paling agung kepada mausia yang hina dan berdosa.

Apa makna pembaptisan untuk kita? Untuk memahami arti atau makna pembaptisan saya mau ceritakan ilustrasi berikut.

Ilustrasi: Pernah diceritakan bahwa ada seorang anak gadis kecil,yatim piatu, berusia sekitar 7 tahun dan terpaksa tinggal dengan sebuah keluarga yang bukan kerabatnya. 

Setiap hari gadis kecil itu harus menjual roti,milik keluarga angkatnya, dan ia sering ditipu oleh para pembeli. Akibatnya ketika ia kembali dengan uang kurang, ia pasti dimarahi ditambah lagi dengan ancaman-ancaman lain. 

Suatu hari ada sekelompok anak yang sedang bermain bola kaki di lapangan. Ketika melihat gadis kecil itu mereka berlari mendapatkannya dan merampas roti jualannya. 

Bukan hanya itu, dulang tempat menyimpan roti itu pun dirampas, dibanting dan dirusakkan oleh anak-anak nakal itu. Lalu mereka pergi meniggalkan dia. 

Anak gadis malang itu hanya duduk menangis di pinggir jalan dalam keadaan bingung dan cemas. Ia tidak berani pulang ke rumah karena pasti akan dimarahi habis-habisan.

Pada saat itu lewatlah seorang pemuda di jalan itu. Ia mendekati anak itu dan menanyakan alasan kenapa ia menangis. Dengan berurai air mata dan suara terputus-putus anak malang itu menceritakan nasib malang yang dialaminya.

Dengan sangat ramah pemuda itu berusaha menenangkannya dan menuntun dia ke sebuah toko terdekat. Dibelinya sebuah dulang baru sama seperti dulang yang dirusakkan itu lalu diserahkan kepada anak itu bersama uang secukupnya untuk membayar roti yang telah dirampas. 

Pemuda itu menyuruhnya pulang ke rumah keluarga angkatnya. Tetapi sebelum pergi, gadis kecil itu memegang tangan sang pemuda, menatap wajahnya dan bertanya, “Apakah tuan bernama Tuhan Yesus?”  

“Tidak. Saya hanya pengikutNya”, jawab pemuda yang baik hati itu.

Saudara/iku, kita semua telah menerima sakramen pembaptisan. Melalui pembaptisan kita diurapi oleh Rohkudus dan diangkat menjadi anak-anak Allah. 

Kita juga mendapat tugas untuk mengambilbagian di dalam misi Kristus yakni menghadirkan karya keselamatan Allah di tengah dunia melalui cara hidup dan tugas panggilan  kita masing-masing.

Mengambilbagian di dalam tugas perutusan Kristus berarti kita dipanggil untuk hidup, bersikap dan bertindak seperti Kristus sendiri. Kristus merendahkan diriNya menjadi manusia dan hidup bersama dengan orang-orang berdosa, kecil, sederhana, miskin dan menderita. Kristus menjadi satu dan senasib dengan mereka.

Lalu, bagaimana dengan kita? Sebagai pengikut Kristus, sebetulnya kita  tidak punya jalan dan pilihan lain selain  membangun sikap rendah hati serta rela turun untuk hidup dan berbagi pengalaman dengan orang-orang kecil dan menderita. 

Kita tidak hanya omong, berkotbah atau berceramah tentang nasib orang-orang kecil, miskin, sakit dan menderita. Tetapi, seperti sang pemuda dalam ilustrasi di atas, kita mesti buat sesuatu yang nyata. 

Kita mesti membuka tangan dan hati, turun untuk menolong dan rela berkorban, memberi dari yang kita miliki untuk meringankan penderitaan dan beban hidup orang lain di sekitar kita. Semoga! Amen.

Kewapante, Minggu, 09 Januari 2022.

RELATED NEWS