HOMILI: PERTOBATAN ADALAH JALAN TEPAT MENANTIKAN KEDATANGAN TUHAN

redaksi - Sabtu, 06 Desember 2025 18:50
HOMILI: PERTOBATAN ADALAH JALAN TEPAT MENANTIKAN KEDATANGAN TUHANPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

 Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
(Minggu Adven II A: Yes 11:1-10; Rom 13:4-9; Mat 3:1-12)

Dalam  masa adventus Gereja mengajak umatnya untuk merenungkan firman Tuhan, berdoa dan bersyukur bersama, sambil melihat kembali ke masa lalu, memperhatikan masa sekarang dan menatap ke masa depan.

Sebagai umat yang berziarah kita senantiasa berjalan menuju tujuan tertentu. Akibatnya, ada yang kita tinggalkan, bisa positif dan kita syukurinya, bisa juga negatif dan kita sesali lalu coba untuk perbaikinya di saat sekarang. Ada juga yang kita benahi dan coba rancangkan sesuatu yang lebih sesuai dengan kehendak Allah.

Masa adven adalah khairos, masa penuh rahmat karena Tuhan sungguh hadir di tengah kita.Tetapi, kita mesti akui bahwa ada sejumlah kenyataan merupakan anti nilai dan penghalang untuk mengalami dan berpesta bersama Tuhan yang datang.

Kita alami pelbagai krisis seperti krisis sosial, krisis politik, krisis moral, agama dan krisis iman. Mungkin secara kwantitatif ada banyak sekali orang yang masih menjalankan atau mengikuti kegiatan liturgis, doa, perayaan ekaristi para hari Minggu dan hari-hari raya.

Namun, dalam hidup sehari-hari kita jumpai tingkah laku dan sikap hidup yang justeru bertentangan dengan semangat Injil dan melawan apa yang kita ungkapkan di dalam doa-doa.

Kita minta supaya Tuhan bebaskan dari pencobaan, dan ampuni dosa karena kita pun rela ampuni orang lain, tapi dalam kenyataan kita justeru selalu mencari-cari dan mencoba untuk masukkan diri ke dalam pencobaan. Kita minta Tuhan untuk tumbuhkan rasa cinta dan respek atau hormat kepada sesama, padahal kita selalu mencari-cari kesalahan orang lain, dan menuduhnya sebagai biang keladi kejahatan-kejahatan tertentu.

Sering kita miliki pikiran, sikap dan tingkah laku sesat. Justeru dalam situasi krisis seperti ini umat manusia merindukan tokoh-tokoh pembebas yang sungguh bermutu dan terlibat, serta mampu membebaskan dan menyelamatkan.

Yesaya dalam bacaan pertama mengemukakan tentang datangnya seorang raja damai dan tokoh pencipta damai atau peace maker. Ia bukan saja menjadi raja bagi bangsa Israel, melainkan bagi seluruh umat manusia. Ia memerintah dengan adil sehingga terciptalah kedamaian yang sejati.

Kedamaian itu dilambangkan dengan persatuan dan persahabatan semua ciptaan. Serigala akan tinggal bersama anak domba, macan tutul akan berbaring di samping kambing, anak lembu, anak singa dan beruang akan makan rumput bersama; seorang bayi bisa bermain-main dengan ular tedung.  

Dalam Injil Yohanes Pembaptis tampil dengan seruan yang sangat menantang. Ia berseru, “Bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat,” (Mat 3:2).  Banyak orang datang kepadanya dan minta dibaptis.

Yohanes berani mengungkapkan kebenaran. Ia berterus terang menegur para pemimpin agama Yahudi yang minta dibaptis. Mereka yang salah diminta untuk bertobat, serta yang bengkok pikiran dan jalan hidupnya, dia minta supaya diluruskan. Yohanes tidak ingin agar kebenaran dipermainkan. Dia minta para pendengarnya agar mencintai kebenaran.

Bagaimana dengan kita di masa advent ini? Apa yang perlu dilakukan sebagai persiapan untuk menyambut Dia yang akan datang?

Kita menanti Yesus dengan penuh harapan karena merindukan kebebasan, keamanan, keadilan dan damai sejahtera sebagai harta karun yang tak dapat dibeli dengan uang atau emas. Kita mesti berusaha hidup aman dan damai dengan sesama, serta menegakkan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan umum.

Sebagaimana Allah rela mengampuni kita, maka kita pun hendaknya berusaha untuk berdamai di antara kita. Kita berusaha untuk saling memahami dan mengampuni. Tidak ada dosa dan kesalahan yang tidak pernah bisa diampuni.

Kita perlu belajar memohon ampun dan memberi ampun. Kita mesti rendah hati dan mau mengalah. Singa dan lembu yang bermusuhan sejak diciptakan bisa merumput bersama. Kucing dan tikus yang selalu saling bermusuhan bisa bermain bersama.

Apalagi manusia yang diciptakan serupa dengan Allah, punya hati dan otak, maka selalu ada jalan untuk saling mengampuni dan berdamai kembali. Damai dan pengampunan di antara suami-isteri, orang tua-anak, antara kakak-adik, antara suku dengan suku, antar partai politik dan seterusnya.  Tidak ada salah atau kejahatan yang memisahkan dan memecahbelah kita dan dibawa sampai mati.

Yohanes Pembaptis adalah tokoh kebenaran, keadilan dan kejujuran. Ia mencintai kebenaran dan selalu berusaha memperjuangkan kebaikan, keadilan dan kebenaran.

Kita hendaknya membiarkan Allah berkarya dalam diri dan hati kita. Dia akan menjadikan kita  pembawa damai, keadilan dan sarana kehadiran Kerajaan Allah di tengah dunia.

Karena itu, kita mesti  bertobat dari segala dosa dan siapkan hati, budi serta seluruh diri untuk menjadi tempat diam Dia yang datang, ialah Yesus Kristus, sang Juruselamat.

Panggilan untuk bertobat merupakan sikap yang pas karena kita mengaku diri sebagai orang berdosa, menyesal dan mau bertobat, artinya bertekad untuk meninggalkan perbuaran-perbuatan jahat, hidup dan masa lalu yang kelam, gelap lalu mengenakan hidup baru dan hidup dalam terang.

Kita diminta untuk menghayati suatu pertobatan sejati, bukan sekedar pertobatan asal-asalan atau seremonial: ikut ibadat tobat, mengaku dosa, laksanakan penitensi lalu kembali ke rumah dan hidup seperti biasa dan buat dosa lagi.

Kita usahakan pertobatan hati, yakni seluruh hidup kita menjadi sungguh baru untuk menerima Dia sebagai Raja dan Tuhan kita. Maka bertobat bukan sekedar menyesal dengan kata-kata, melainkan tekad untuk membaharui diri dan hidup dalam Roh Kudus.

Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!

Kewapante, Minggu, 07 Desember 2025 . ***

 

RELATED NEWS