HOMLI, Pater Gregor Nule, SVD, Minggu, 14 Januari 2024
redaksi - Sabtu, 13 Januari 2024 07:08MENDENGARKAN SUARA TUHAN DAN PERCAYA, SYARAT MENJADI MURID SEJATI
(Minggu IIB, 1Sam 3:3b-10.19; 1Kor 6:13c-15a.17-20; Yoh 1:35-42)
Ilustrasi
SEORANG bapak pernah datang kepada seorang rahib tua yang sangat bijaksana dan bertanya, “Bapak, mengapa sekarang ini semakin banyak orang yang meninggalkan Gereja?”
Rahib itu menjawab dengan perbandingan berikut, “Apabila seekor anjing melihat babi di hutan, anjing itu tentu saja akan berlari mengejar babi itu sambil menggonggong. Gonggongan anjing itu tentu saja akan menarik perhatian anjing-anjing lain untuk ikut berlari ke sana-kemari sambil menggonggong, meskipun mereka tidak melihat babi itu.
Setelah beberapa saat kemudian anjing-anjing yang hanya ikut-ikutan menggonggong akhirnya lelah dan menyerah.
Mereka berhenti berlari ke sana ke mari karena tidak menemukan mangsanya. Dan, hanya anjing yang melihat babi itulah yang terus mengejarnya sampai mendapatkannya.
Demikian pula mereka yang menjadi anggota Gereja. Hanya orang yang benar-benar melihat Kristus dengan mata hati sendiri dan percaya kepadaNya akan bertahan. Sedangkan yang lain yang datang hanya karena ajakan orang lain atau alasan2 tertentu pelan2 akan kehilangan minat dan meninggalkan Gereja.”
Refleksi
Bacaan-bacaan suci hari ini melukiskan tentang kisah panggilan manusia menjadi utusan Allah di tengah dunia. Bacaan-bacaan ini pun mengajak kita untuk merenungkan dan memaknai panggilan hidup kita masing-masing.
Bacaan pertama mengisahkan tentang Samuel yang lahir sebagai buah dari doa Hana, ibunya, yang mandul. Hana berjanji menyerahkan anaknya kepada Allah jika Allah berkenan mendengarkan doanya.
Maka Samuel dipersembahkan kepada Allah sebagai pemenuhan nazar Hana. Hana buat janji dan menepatinya.
Samuel dipanggil oleh Allah untuk menjadi utusanNya ketika ia melaksanakan tugasmya di Bait Allah. Pada mulanya Samuel tidak mengenal suara Allah. Tetapi berkat bimbingan imam Eli Samuel yakin bahwa suara yang memanggilnya adalah suara Allah sendiri.
Maka Samuel berkata, “Bersabdalah ya Tuhan, hambaMu mendengarkan”, (Bdk. Sam 3:10). Sejak saat itu Tuhan terus-menerus menyampaikan firmanNya kepada Samuel, untuk mematangkan keyakinannya dan membimbingnya menjadi nabi, imam dan hakim bagi bangsa Israel.
Kesediaan Samuel menjadi utusan Allah menunjukkan kemampuannya untuk mendengarkan dan mengenal Sabda Tuhan. Dan kemampuan mendengarkan Tuhan menjadi syarat utama seorang utusan Tuhan. Karena orang yang sungguh mendengarkan Tuhan akan sanggup memahami kehendak Tuhan dan mampu menjadi utusan yang sejati.
Samuel tampil sebagai nabi, imam dan hakim karena ia sungguh mendengarkan Firman Tuhan dan hidup menurut kehendak Tuhan.
Sebagai nabi, ia mewartakan Firman Tuhan kepada orang-orang Israel. Sebagai imam, ia membawa persembahan yang berkenan kepada Allah mewakili bangsa Israel. Dan sebagai hakim, ia melindungi dan membela bangsa pilihan Allah dari ancaman musuh-musuh, khususnya orang-orang Filistin.
Dalam Injil kita dengar tentang proses panggilan murid-murid Yesus yang pertama. Ketika melihat Yesus, Yohanes Pembaptis mengarahkan perhatian kedua muridnya dan memperkenalkan Yesus kepada mereka, “Inilah Anak Domba Allah”.
Kita lihat bahwa Yohanes sungguh setia pada panggilannya yakni menjadi perintis yang siapkan jalan bagi manusia untuk mengenal Yesus, Mesias. Ia membiarkan kedua muridnya mengenal, mengikuti dan menjadi murid Yesus.
Perjumpaan pertama dengan Yesus membuat hati kedua murid itu sungguh terpikat sehingga tanpa ragu-ragu mereka menyapa Yesus sebagai Rabi atau Guru, ketika menanggapi pertanyaan Yesus, “apa yang kamu cari”.
Keduanya sepertinya cepat melupakan Yohanes lalu beralih kepada Yesus. Mereka telah memutuskan untuk mengikuti Yesus dan menjadi muridNya. Maka mereka tinggal bersama Yesus hingga pukul 4 petang.
Kedua murid Yohanes justeru mengenal, mengikuti dan menjadi murid Yesus karena jasa Yohanes Pembaptis. Dengan kata lain, Yohanes Pembaptis menjadi jalan yang menghantar kedua muridnya untuk mengenal, mencintai dan tinggal bersama Yesus.
Hal yang sama dilakukan oleh Andreas, salah seorang dari kedua murid, yang telah memnjumpai Yesus. Keyakinan Andreas akan Yesus sebagai Mesias yang dinantikan, mendorong dan memotivasinya untuk membawa Simon, saudaranya, kepada Yesus.
Simon sepertinya membiarkan dirinya dibawa oleh Andreas untuk berjumpa dengan Yesus. Dan, nampaknya Yesus sudah mengenal sosok Simon dan karakternya yang keras laksana batu karang sehingga Yesus menyebutnya Simon Petrus.
Apa pesan kisah-kisah panggilan di atas untuk kita?
Pertama, pentingnya peran pendengaran. Samuel mendengarkan panggilan Tuhan. Dan, ia sungguh yakin akan suara Allah dan setia mentaatinya. Itulah sebabnya Samuel berkata, “Bersabdalah ya Tuhan, hambaMu mendengarkan”.
Kedua murid Yohanes Pembaptis juga menjadi murid Yesus karena mereka mendengarkan perkataan gurunya bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah.
Kedua, pentingnya peran perantaraan. Allah memanggil Samuel menjadi utusanNya dengan perantaraan imam Eli. Yesus memanggil murid-muridNya melalui Yohanes Pembaptis.
Kita pun dipanggil untuk menjalankan tugas sebagai utusan Allah di dalam masyarakat, keluarga dan lingkungan hidup kita. Kita menjadi imam Eli yang berusaha memperkenalkan suara dan Firman Allah kepada sesama kita.
Kita menjadi Yohanes Pembaptis yang menunjukkan Allah yang senantiasa hadir di dalam peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari. Kita mengajak sesama untuk berdoa, membaca Firman Allah dan merenungkannya.
Sebab ketika kita dekat dengan Tuhan maka kita akan semakin memahami kehendakNya, iman kita menjadi lebih kuat dan kita bisa bertahan menghadapi banyak tantangan, kesulitan dan cobaan hidup.
Mari kita saling menolong dan mendukung sehingga bisa hidup sebagai murid Tuhan yang setia dan berusaha menjadikan tubuh kita bait kudus Allah, tanpa cacat dan dosa, sehingga pantas menjadi utusan Allah di tengah dunia.
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita. Amen.
P. Gregorius Nule,SVD
Kewapante, 14 Januari 2024.***