In Memoriam Trio Sekawan: Daniel Dhakidae, Yosef Niesen Parera dan Abdon Longinus Da Cunha

redaksi - Rabu, 07 April 2021 09:46
In Memoriam Trio Sekawan: Daniel Dhakidae, Yosef Niesen Parera dan Abdon Longinus Da CunhaRD Stef Wolo (sumber: null)

Oleh: RD Stefanus Wolo*

Saat bangun pagi Selasa, 6. April 2021 jam 05.30 waktu Swiss saya membaca satu berita duka di Grup Alsemat. "RIP Daniel Dhaki Dae". Saya bergumam sendiri: "Wah cendikiawan hebat, alumni seminari Mataloko dan Ritapiret/STFK Ledalero itu kembali ke pangkuan Illahi".

Pertama kali saya mendengar nama dan cerita kehebatan Daniel Dhakidae dari kakak sulung saya Emanuel Buku Due. Beliau pernah menjadi guru di Wekaseko, kampung halaman Daniel Dhakidae pada dasawarsa 1960 an. Kak Emanuel menceriterakan tentang kecerdasan intelektual Daniel.

Lebih lanjut saya menelusuri jejak intelektual Daniel ketika tinggal di Ritapiret dan kuliah di STFK Ledalero tahun 1990 - 1997. Salah satu minat saya adalah membongkar bundelan majalah Prisma terbitan LP3ES Jakarta pertengahan dasawarsa 1975-1985. Sebagai anggota Redaksi dan kemudian ketua Redaksi Prisma,  Daniel sering menulis tajuk dan opini. Gaya bahasa dan pilihan katanya luar biasa. Wawasannya luas. Horison pemikirannya tajam dan kritis. Saya punya kebahagiaan tersendiri bila membaca tulisan Daniel.

Saya juga mengikuti perkembangan intelektual Daniel melalui Harian Umum Kompas. Beliau sering menulis opini di Kompas dan selalu tampil dalam forum Dialog intelektual yang diselenggarakan Kelompok Kompas Gramedia.

Tahun 1991 Daniel menyelesaikan studi Doktorat di Universitas Cornel Amerika Serikat. Disertasinya keren: "The State, the Rise of Capital and the Fall of Political Journalism, Political Econo my of Indonesian News Industry". Disertasi ini mendapat penghargaan dari Program Studi Asia Tenggara  di Universitas Cornel karena memberikan sumbangan luar biasa bagi ilmu pengetahuan. Sebagai mahasiswa semester-semester awal di STFK Ledalero ketika itu saya sungguh  mengagumi beliau.

Kisah kehebatan Daniel selanjutnya saya dengar ketika bertugas di Ratesuba Maukaro periode 1999 - 2006. Saya banyak mendengar tentang Daniel dari pastor rekan saya di Ratesuba 2001-2006, Romo Sius Sega almarhum. Romo Sius adalah senior Daniel di Seminari Mataloko dan Seminari Ritapiret.

Romo Sius mengisahkan sikap kritis Daniel diruang kuliah terhadap dosen Filsafat Dr. Osias Fernandes dan berujung pada "penanggalan jubah" di markas keuskupan Ndona. Daniel menurut Romo Sius punya niat yang kuat menjadi imam projo Ende. Tapi situasi saat itu akhirnya membuat Daniel harus beralih ke jalan hidup lain. "Daniel kecewa berat", kata Romo Sius.  

Saya ingat satu kesempatan wartawan menyanyakan "agama" Daniel. Daniel menjawab wartawan itu: "Saya simpatisan Katolik" he he. Apakah itu ungkapan kekecewaan Daniel? Tentu hanya Daniel yang tahu.

Orang berikut yang menceriterakan kehebatan Daniel pada saya adalah almarhum Romo Yosef Niesen Parera. Romo Yosef adalah salah satu senior terdekat saya. Beliau adalah teman sharing dan curhat pastoral yang asyik. Romo Yosef adalah teman kelas Daniel sejak di Seminari Mataloko. Sebagai teman kelas sejak Seminari Menengah Todabelu, Mataloko hingga Seminari Tinggi Ritapiret, Daniel dan Yosef saling mengenal satu sama lain.

Mereka saling mengenal latar belakang keluarga. Mereka saling mengenal kepribadian, bakat dan talenta masing-masing. Daniel selain pintar, juga penyanyi solist yang bagus. Pengenalan Romo Yosef dengan keluarga Daniel menjadi lebih intensif ketika Romo Yosef menjadi Pastor paroki Ratesuba tahun 1988-1998. Romo Yosef selalu ke Wekaseko.

Setelah membaca perjalanan intelektual Daniel lewat tulisan-tulisan dan testimoni dari Romo Sius dan Romo Yosef, saya akhirnya bertemu langsung Daniel di rumahnya di Wekaseko. Saya sudah lupa tanggal persisnya. Tapi saya ingat saat itu bulan Juli tahun 2005. Romo Sius Sega, Romo Yosef Niesen, saya dan beberapa imam diundang untuk menghadiri perayaan 100 hari kematian mama Theresia Poi Gani, mama kandungnya Daniel.

Perayaan ekaristi itu dipimpin oleh Mgr. Abdon Longinus Da Cunha, Uskup Agung Ende saat itu. Uskup Longinus adalah Uskup pentahbis saya dan 8 teman lain, 3 September 1997 di Langa Bajawa. Beliau terkenal tegas dengan para imam. Sebagai imam muda, saya pernah mengalami "perlakuan tegas" dari beliau. Sakit rasanya, tapi saya menyadari itu sebagai ungkapan cinta seorang gembala dan saudara seimamat.

Uskup Longinus juga terkenal merayakan misa sangat agung. Suaranya bagus, kotbahnya tanpa teks, selalu menarik dan menggelegar. Pokoknya luar biasa bila Longinus tampil di mimbar kotbah dan altar kurban.

Setelah perayaan ekaristi Daniel berpidato mewakili keluarga. Ketika itu Daniel menceriterakan kehebatan Longinus Da Cunha sejak Seminari Menengah, Seminari Tinggi, sebagai imam dan selanjutnya sebagai Uskup. Daniel adalah pengagum Longinus dalam hampir semua aspek kepribadiannya. Saking kagumnya akan figur Longinus, ketika adik bungsunya lahir, Daniel meminta agar mama Theresia memberikan nama "Longinus" kepada si bungsu. Adiknya dibabtis dengan nama "Longinus Biae Dae".

Malam itu menurut Daniel adalah salah satu malam terindah dalam hidupnya. Daniel mengungkapkannya dalam bahasa Latin yang indah. Sayangnya saya sudah lupa. Tapi artinya kalau tidak salah "malam yang paling indah dan membahagiakan". Malam dimana terjadi perjumpaan dua sahabat penuh sukacita.

Daniel juga bersukacita karena malam itu hadir juga Rm. Yosef Niesen Parera. Daniel, Abdon Longinus, dan Yosef Niesen Parera adalah "Trio Sekawan" sejak di Mataloko hingga Ritapiret. Daniel secara mengejutkan "membuka kartu" sahabatnya Yosef Niesen Parera.

Kata Daniel: "Malam ini hadir juga teman kelas dan sahabat saya Yosef Niesen Parera. Yosef ini orang hebat. Dia menguasai wilayah pantura Maumere hingga Riung Barat. Yosef ini terkenal imam yang serem dan tegas dengan umat. Lihat saja wajahnya. Kadang galak seperti singa. Tapi dia sangat dekat dan dicintai umatnya. Hatinya lembut dan cepat berbelaskasih. Sudah sejak lama saya memberi gelar pada sahabat saya Yosef "Singa Sikka Raja Utara". Yosef ini mengetahui jaringan bisnis kayu ke Makasar dan Surabaya. Bahkan Yosef pernah mensuplai puluhan kubik kayu nara ke Jakarta". 

Daniel tahu kalau Yosef sangat segan dengan Uskup Longinus. Daniel ingin mencairkan suasana. Memang kita harus mengakui pergerakan jaringan bisnis Romo Yosef pada dasawarsa 70 - 90 an luar biasa.

Pada akhir sambutannya Daniel meminta Uskup Longinus untuk  "Launching" buku terbarunya saat itu. Buku itu berjudul "Cendikiawan Dan Kekuasaan Dalam Negara Orde Baru", terbitan Kompas Gramedia tahun 2003.  Buku setebal 790 halaman ini isinya luar biasa. Penulisnya Daniel, saat itu sebagai kepala Litbang Kompas. Dia adalah figur yang menjadikan "Kompas dan Gramedia sebagai industri pengetahuan".

Bagi saya pribadi inilah buku terbaik tentang cendikiawan yang pernah kubaca. Daniel menguasai sejarah, sastra dan beberapa bahasa asing seperti Latin, Inggris, Belanda, Jerman dan Prancis. Hal ini bisa dilihat dari kutipan dan pilihan kata asing dari halaman awal hingga akhir. Bagi saya buku ini adalah "Masterpiece" nya Daniel.

Pantas kalau Prof Daniel S. Lev dari Universitas Washington berkomentar: "Buku ini tidak gampang dibaca: penuh sejarah,  kritik, analisis tajam yang menuntut perhatian penuh untuk memahami".

Daniel Dhakidae, Yosef Niesen Parera dan Longinus Da Cunha adalah Trio Sekawan. Mereka bertiga berbeda dalam panggilan hidup. Tapi mereka tetap teman kelas dan sahabat rasa saudara. Persahabatan itu juga termeterai dalam tanggal dan bulan kematian yg sama. Longinus meninggal Jumat, 6 April 2006, menjelang minggu Palem, 15 tahun lalu. Daniel meninggal Selasa 6 April 2021, dua hari setelah paskah. Yosef meninggal  pada Minggu Pentakosta 15 Mei 2016. Mereka bertiga merayakan minggu Palma, Paskah dan Pentakosta bersama.

Daniel adalah pewarta kabar gembira melalui media masa, gerakan intelektual, pendidikan politik dan demokrasi. Longinus dan Yosef adalah imam dan gembala yg menuntun umat dari mimbar sabda, altar kurban dan teladan hidup.
Terima kasih untuk para senior kami. Kami mengenang kamu selalu. Trio Sekawan: Daniel, Yosef Dan Longinus.

*Stefanus Wolo Itu, Imam Projo KAE.
Pernah bertugas di Ratesuba Maukaro 4 Oktober 1999 - 21 Pebruari 2006. Saat ini Misionaris Fidei Donum di Keuskupan Basel ,Swiss.

RELATED NEWS