Ja (Jara) Heda, Warisan Langka dari Nagekeo Yang Mendunia

Redaksi - Senin, 01 Maret 2021 06:20
Ja (Jara) Heda, Warisan Langka dari Nagekeo Yang MenduniaJa Heda dari Nagekeo (sumber: 2021/03/1614591010008.jpeg)

Jakarta: Ja heda atau jara heda,  patung kuda kayu dengan  sepasang penunggang leluhur pria dan wanita adalah warisan terbesar dan paling mencolok  di antara patung animisme Asia Tenggara Patung semacam itu dipasang di depan kuil marga (sao heda) di wilayah Nagé dan Kéo di Flores Tengah, tidak jauh dari tempat ditemukannya Homo floresiensis, manusia Flores yang dijuluki 'hobbit'.

Di seluruh Flores,  leluhur dari bangsawan (mosalaki) terkadang  menjadi mitos dan dipandang sebagai  leluhur dari suatu komunitas adat.  Oleh karena itu Ja (jara) heda selalu dikaitkan dengan nenek moyang  yang adalah pendiri kampung-kampung adat. 

Senior Curator Asian Art di Galeri Nasional Australia,  Robyn Maxwell mengatakan dalam budaya Indonesia bagian timur, kuda adalah simbol kekuatan dan keterampilan berburu (termasuk pengayauan) dari penguasa lokal. Motif kuda sangat menonjol dalam kesenian yang berhubungan dengan keluarga bangsawan (mosalaki). Pembuatan Ja (jara) heda dan pendirian rumah adat (sao heda ) baru membutuhkan biaya besar dan ritual yang rumit.  Pada masa lampau, seringkali  ratusan kerbau  dan babi dikorbankan untuk nenek moyang selama proses tersebut.

Pelindung marga (suku)

Ja (jara) heda bertindak sebagai penjaga di pintu masuk ‘kuil marga’ di mana pusaka marga yang dikeramatkan — tekstil, tanduk kerbau dari korban leluhur, gading dan emas — disimpan dan dipasang sepasang patung leluhur dari kayu. Ukuran kudanya yang sangat besar, berdiri tinggi di tiang yang panjang, membuatnya menjadi pelindung yang kuat. 

Ja (jara) heda juga diidentifikasi sebagai penjaga roh yang mampu memberikan kekayaan dan kekuasaan, makhluk-makhluk ini, dengan tubuh panjang dan anggun, mewakili kuda (jara) dan ular berkepala kuda (naga). Sisi-sisi kuda yang diukir dalam dengan motif dekoratif juga ditemukan pada bentuk seni Flores Tengah lainnya seperti tekstil, perhiasan emas, dan fasad arsitektur rumah marga.

Leluhur animisme Indonesia biasanya dianggap sebagai pasangan yang bersama-sama menciptakan alam semesta dan komunitas yang sekarang memuja mereka. Dalam kosmologi dualis yang mengakui sifat saling melengkapi unsur laki-laki dan perempuan dalam segala aspek kehidupan dan kematian, sudah sepantasnya pasangan leluhur (ana deo) dilukiskan. Namun, jika seorang pria berkuda muncul sendirian, kuda dan penunggangnya mewakili aspek pria dan kuil klan dianggap sebagai wanita. Hal ini juga terjadi di kabupaten tetangga Ngada di Flores Tengah, di mana nenek moyang laki-laki digambarkan sebagai tiang jerami dan perempuan sekarang dilambangkan dengan bentuk rumah kecil.

Salah satu karya monumemental orang Nagekeo,  pada 2010 diakuisisi  oleh Galeri Nasional Australia itu memiliki ukiran yang indah dan sangat menawan dari sepasang penunggang leluhur yang dinekal sebagai Ana Deo. Tampak seorang perempuan duduk menyamping di pelana dengan tangannya diletakkan dengan penuh kasih sayang di bahu pasangan prianya yang dengan percaya diri memegang kendali. Sosok-sosok penunggang kuda ini dikaitkan dengan para leluhur,  pendiri klan. Mereka dianggapa sebagai  leluhur yang memiliki kekuatan luar biasa yang memungkinkan mereka untuk naik dan terbang di atas naga. Penis tegak pada kuda dan pengendara pria menunjukkan kesuburan.

Patung langka ini adalah karya kunci dalam pameran besar  bertajuk “Life, death and magic: 2000 years of Southeast Asian Ancestral Art ” di Galeri Nasional Australia. Selanjutnya, karya seni  tersebut dipamerkan secara permanen, mulai 2011,  di pojok galeri Asia Tenggara di Galeri Nasional Australia. 

Mendunia

Patung Ja (jara) heda dan  Ana Deo belakang semakin kurang populer di kalangan masyarakat Nagekeo sendiri, terutama di kalangan generasi muda. Namun, siapa sangka  warisan budaya leluhur orang Nage dan orang Keo  itu sudah tersebar di berbagai museum kelas dunia, selain di Meseum Nasional, di Jakarta. 

Beberapa museum kelas dunia yang memamerkan atau mengoleksi patung Ja (jara) heda dan  Ana Deo antara lain: Galeri Nasional Australia, The Metropolitan Museum of Art - New York Amerika Serikat (AS), Yale University Art Galery, Connecticut -AS,  The Dallas Museum of Art-AS,  Musee du Quai Branly-Perancis,  dan Musee Barbier-Myeller - Swiss. (BS/MAP)

RELATED NEWS