Kembangkan Agro Wisata Kopi, BOPLBF Bawa Petani Kopi Manggarai Benchmarking di Empat Kota di Pulau Jawa
redaksi - Sabtu, 27 Maret 2021 21:35Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) Shana Fatina (kiri) menyerahkan buku tentang Kopi Flores kepada General Manager MesaStila Resort Sugeng Sugiantoro (kanan). (Foto. beritasatu.com)
BANYUWANGI (Floresku.com) - Badan Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) menginisiasi benchmarking petani kopi Manggarai, Flores Provinsi Nusa Tenggara timur (NTT), belajar pemasaran agrowisata kopi di empat kota di Jawa selama 21-27 Maret. Kota-kota yang menjadi tujuan para petani kopi manggara belaja adalah Magelang, Yogyakarta, Banyuwangi, dan Jember.
"Benchmarking ini diharapkan menjadi awal mula pengembangan desa wisata khususnya agro wisata kopi, sehingga nantinya kita dapat mengembangkan produk olahan kopi dan dapat membuat atraksi dari agro wisatanya," kata Shana Fatina, Direktur Utama BOPLBF, Sabtu (27/3/2021).
Selain petani kopi, BOPLBF juga membawa Asosiasi Petani Kopi Jahe Manggarai (APEKAM), Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Flores Manggarai dan perwakilan Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur.
Menurut Shana, pada Kamis (25/3) sebanyak 40 pekebun kopi dari Labuan Bajo, Flores, NTT datang ke Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi. Di situ mereka belajar soal agrowisata kopi yang dikembangkan di Kabupaten Banyuwangi.
“Proses benchmarking dilakukan puluhan pekebun tersebut untuk mengembangkan pariwisata melalui kopi di daerahnya nanti. Dari kopi, puluhan pekebun ini belajar untuk mengembangkan pemasaran destinasi wisata. Tidak hanya itu, diharapkan dari cita rasa kopi mampu membangun destinasi-destinasi baru di Flores,”ujar Shaha.
Menurut Shana, Banyuwangi memiliki kopi. Komoditas kopi terdongkrak seiring dengan kunjungan wisata yang terus meningkat. Apalagi, kolaborasi antara Pemkab Banyuwangi bersama dengan masyarakat dan pelaku usaha sangat kompak.
"Pertama, Banyuwangi itu punya kopi. Kedua cara mereka menyajikan sangat orisinil dengan mengadaptasi pariwisata. Makanya saya ajak petani kopi, penentu kebijakan pariwisata dan pertanian dari Labuan Bajo melihat bagaimana kolaborasi antara pemerintah. 'Masyarakat dan pelaku usaha sangat kompak. Meski Banyuwangi tidak dibantu oleh Pusat," imbuhnya.
Shana menjelaskan, BOPLBF saat ini tengah menyiapkan langkah awal dalam pengembangan desa wisata pada segmentasi agrowisata kopi di Labuan Bajo. Yakni dengan mendorong peningkatan sumber daya manusia melalui program bencmarking.
Dalam kesempatan tersebut, pemilik sanggar Genjah Arum, Setiawan Subekti memberikan motivasi kepada pekebun kopi dari Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat.
"Kopi dari NTT khususnya Manggarai sangat dikenal di dunia. Makanya pekebun kopi tak harus hanya menjual biji kopi mentah saja. Tapi bagaimana mengolah kopi agar nilai jual semakin meningkat," kata Subekti.
Pria yang biasa dipanggil Iwan ini, juga berharap adanya perbaikan kemasan kopi yang akan dijual oleh pekebun di Labuan Bajo. "Ini sangat penting. Karena orang akan tertarik dengan kemasan yang bagus. Di luar negeri Amerika Serikat, kopi Flores dikenal dengan logo komodo," katanya.
"Tapi apakah itu memang benar dari Flores? Makanya kita dorong pekebun kopi menghasilkan kopi yang baik dan dijual dengan keaslian kopi dari Manggarai yang sudah dikenal sebagai juara nasional 2012 lalu," sambung Subekti.
John Sentis, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur, NTT, mengaku antusias dengan adanya kunjungan di Sanggar Genjah Arum, Banyuwangi. Menurutnya, Banyuwangi dinilai berhasil dalam pengembangan industri pariwisata berbasis kopi.
"Ya pasti ada yang kita terapkan di sana (NTT). Sangat luar biasa, dari Kabupaten Banyuwangi kami sudah dengar semuanya berjalan dengan baik antara pariwisata dan industri pariwisata tentang kopi. Masyarakat punya komitmen dengan pemerintah membangun pariwisata yang baik. Ini sebagai best practise untuk dicontoh di Indonesia," cetus Kepala Dinas Pertanian Manggarai tersebut. (SH).