Kementerian PUPR Targetkan Bendungan Mbay Groundbreaking pada Awal 2022 dan Rampung pada 2024

redaksi - Jumat, 20 Agustus 2021 21:29
Kementerian PUPR Targetkan Bendungan Mbay Groundbreaking pada Awal 2022 dan Rampung pada 2024Penandatanganan kontrak pembangunan bendungan Mbay di Kabupaten Nagekeo, NTT (Paket 1 dan paket 2). (sumber: Istimewa)

JAKARTA (Floresku.com) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan Bendungan Mbay di Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) groundbreaking pada awal 2022 dan rampung pada 2024. Hal ini menyusul telah ditekennya kontrak dengan penyedia jasa yang terbagi dalam dua paket pengerjaan pada 19 Agustus 2021.

Direktur Bendungan dan Danau Direktorat Jenderal SDA Kementerian PUPR Airlangga Mardjono mengatakan, Bendungan Mbay merupakan salah satu bendungan yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang pengerjaannya agak terlambat karena proses lelangnya sebelum akhirnya kontrak bisa ditandatangani. Penandatangan kontrak Bendungan Mbay telah dilakukan untuk dua paket, yakni paket 1 pekerjaan jalan dan main dam oleh PT Waskita Karya KSO PT Bumi Indah dan paket 2  berupa pekerjaan pengelak, intake, dan spillway oleh PT Brantas Abipraya.

“Setelah itu, proses selanjutnya akan dilanjutkan, mulai dari validasi dokumen perencanaan dengan kondisi lapangan, seperti topografi dan geodesinya. Hal ini diperkirakan akan memakan waktu beberapa bulan mengingat luasnya lahan yang akan dijadikan bendungan tersebut. Targetnya awal tahun depan kita sudah harus mulai. Jika dihitung dari saat ini, masih empat bulan lagi. Dengan demikian, kami targetkan 2024 akan selesai,” ungkap Airlangga kepada Investor Daily, Jumat (20/8).

Menurut Airlangga, pemerintah telah melakukan sosialisasi lahan sejak tahun lalu. Walaupun memang saat ini masih belum sampai tahap pembayaran ganti rugi, sebab masih dalam proses. Meskipun demikian, ia menegaskan proses pembangunan bendungan tersebut tidak mengalami kendala. Bahkan, kendala alam mengingat curah hujan di lokasi tersebut terbilang relatif sedikit.

“Kami tidak ada kendala berarti. Tinggal hati-hati dalam pengadaan lahan harus segera diselesaikan,” paparnya.

Airlangga menambahkan luas genangan Bendungan Mbay  mencapai 500 hektare (ha) dengan volume tampungnya mencapai 51,7 juta m3. Dengan kehadiran bendungan itu akan memberikan manfaat irigasi seluas 5.200 ha dan penyediaan air baku sebanyak 0,2 m3. Daerah irigasi bendungan tersebut sudah ada, ditambah adanya bendungan Sutami Mbay di hilirnya dan nantinya terkoneksi ke Bendungan Mbay. Nilai investasi dari Bendungan Mbay tersebut adalah sebesar Rp 1,4 triliun.

“Jadi kalau sekarang sumber airnya mengandalkan air yang mengalir secara alami dari sungai. Nanti kalau sudah jadi bendungannya, airnya ditampung dulu di bendungan dan bisa dimanfaatkan setiap saat dan tidak menunggu musim penghujan lagi sehingga musim kemarau pun bisa tetap melakukan penanaman,” paparnya.

Pembangunan bendungan Mbay bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air baku di Kabupaten Nagekeo serta memenuhi kebutuhan air irigasi. Lokasi Bendungan Mbay terletak di sungai Lambo, desa Rendubutowe, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Ketahanan Pangan

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan Bendungan Napun Gete pada Februasi lalu yang merupakan bendungan ke-3 dari tujuh bendungan yang dibangun di NTT. Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang sudah selesai pada 2018 dan Bendungan Rotiklot pada 2019. Sedangkan empat bendungan sedang diproses pembangunannya, selain Bendungan Mbay,  yakni Bendungan Manikin di Kabupaten Kupang, Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Bendungan Welekis di Kabupaten Belu.

Kementerian PUPR terus melanjutkan dukungan ketahanan pangan dan ketersediaan air secara nasional di antaranya dengan pembangunan dan rehabilitasi irigasi serta pembangunan infrastruktur embung, sumur air tanah, dan bendungan di NTT pada 2021. Hal itu menyusul pernyataan Presiden bahwa permasalahan ketahanan pangan di NTT masih tetap sama yaitu masalah air.

“Saya sudah perintahkan Menteri PUPR untuk dilihat kemungkinan dibangun waduk atau bendungan kemudian tambahan untuk embung dan juga sumur bor," ucap Presiden ketika itu.

Lebih lanjut, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dilakukan guna menunjang produktivitas dalam bidang pertanian, sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan membantu memulihkan perekonomian masyarakat terdampak pandemi Covid-19.

“Pembangunan bendungan juga diikuti dengan pembangunan jaringan irigasinya. Makanya, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat nyata di mana air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” tutur Menteri Basuki.

Berdasarkan data, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air di NTT pada TA 2021 mengalokasikan anggaran sebesar Rp 24,76 miliar untuk membangun Daerah Irigasi Baing (Tahap II) seluas 100 ha.  Hal itu merupakan pembangunan lanjutan jaringan irigasi dalam mendukung program food estate di NTT yang pada TA 2020 telah membangun empat Daerah Irigasi (DI) dengan anggaran sebesar Rp 82,28 miliar, yakni DI Kodi seluas 700 ha, DI Baing (Tahap I) seluas 14 ha, DI Wae Laku dan Wae Dingin seluas 125 ha, dan DI Raknamo seluas 250 ha.

Bukan hanya membangun jaringan irigasi baru, Kementerian PUPR juga melanjutkan rehabilitasi irigasi pada delapan DI dengan nilai anggaran Rp 119,5 miliar yang meliputi DI Nggorang, DI Lembor, DI Netemnanu, DI Tilong, DI Satarbeleng, DI Wae Dingin, DI Mbay Kanan, dan DI Nebe.

Guna mempercepat aliran air ke persawahan sebagai jaringan irigasi, Kementerian PUPR bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) membangun prasarana air baku dengan pompa hidran dan jaringannya sebanyak 89 titik . Hingga saat ini sudah ada 49 embung dengan air baku sebesar 202 liter per detik dan 478 sumur air tanah dengan air baku sebesar 716 liter per detik yang berpotensi melayani jaringan irigasi ke lahan pertanian seluas 12,864 ribu ha.

Kementerian PUPR telah merencanakan program pembangunan bendungan di NTT sebagai suplai air kontinu untuk irigasi dan penyediaan air baku. Tiga bendungan telah selesai dan beroperasi di antaranya Bendungan Raknamo dengan kapasitas tampung air sebesar 14,09 juta m3, Bendungan Rotilot dengan kapasitas tampung air sebesar 2,90 juta m3, dan Bendungan Napun Gete dengan kapasitas tampung air sebesar 11,22 juta m3.

Selain penyediaan air baku dan pengirigasian guna mendukung program food estate pemerintah, seluruh bendungan tersebut juga berpotensi mereduksi banjir di NTT sebesar kurang lebih  1,915 meter kubik per detiknya serta penggerak untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang menghasilkan daya sebesar 2,575 megawatt. (MAR)

Editor: Redaksi

RELATED NEWS