Ketua STFK Ledalero, Dr. Otto Gusti Madung SVD: "Filsuf dan Robot Akan Hidup Berdampingan di Kampus Ini"

redaksi - Minggu, 25 April 2021 13:41
Ketua STFK Ledalero, Dr. Otto Gusti Madung SVD: "Filsuf dan Robot Akan Hidup Berdampingan di Kampus Ini"Upacara Wisuda 413 Lulusan Prodi Sarjana Ilmu Filsafat dan Prodi Magister Teologi STFK Ledalero, Sabtu (24/4). (Foto: Potongan youtube) (sumber: null)

LEDALERO (Floresku.com) - Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero sedang memproses ijin pembukaan tiga program studi  (Prodi) baru sehingga STFK akan berubah bentuknya menjadi Istitut.

Saat ini STFKmemiliki  tiga Prodi yaitu Prodi Sarjana Filsafat, Prodi Magister Teologi dan Prodi Sarjana Pendidikan Keagamaan Katolik.

 “Tahun ini STFK sedang memproses ijin tiga Prodi baru lagi yaitu Prodi  Kewirusahawan, Prodi Teknik Informasi dan Prodi Desain Komunikasi Visual,” ungkap Ketua STFK Ledalero, Pater Otto Gusti Madung, SVD dalam sambutannya pada acara Wisuda yang  berlangsung di Aula Santu Aquinas Ledalero, Sabtu (24/4).

Apabila ijin tiga prodi ini terbit, lanjut Pater Gusti,   nama STFK Ledalero akan berubah menjadi Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif.  "Itu berarti filsuf dan robot akan hidup berdampingan  di kampus ini," ujanya.

Wisuda Lulusan

Meski menerapkan protokol kesehatan,  upacara pengukuhan lulusan atau wisuda STFK Ledalero berlangsung semarak dan khidmat. 

Tercatat  ada 413 lulusan, terdiri atas  312 lulusan dari program strata I Filsafat dan 101 lulusan Magister Teologi.

Dalam Kata Sambutannya, Ketua STFK Ledalero, Pater Otto Gusti Madung, SVD mengatakan “Saya menyampaikan proficiat. Selamat hari ini telah diwisuda dan terima kasih telah mempercayakan lembaga ini telah mendidik dan membentuk anda secara intelektual.” 

Selanjutnya Pater Gusti  mengajak para lulusan untuk berfleksi dengan mengajukan pertanyaan, apakah teologi dan filsafat dapat membantu dirinya dalam dunia kerja nanti? 

Untuk menjawab pertanyaan itu, Pater Gusti  berkisah tentang alegori gua Plato dan peran filsafat/teologi.

Plato, ungkap Pater Gusti, berkisah tentang alegoria gua. Diceritakan bahwa sejumlah tahanan diikat dengan rantai pada dinding gua. Wajah mereka mengarah ke dinding tanpa bisa menoleh ke kanan dan ke kiri.

“Sehingga bayangan-bayangan yang tampak di dinding orang hilir mudik kesana kemari. Oleh karena mereka berada di dalam gua sejak kecil, maka  mereka anggap bayang-bayang adalah realita sejati, padahal itu semu belaka” ujar Pater Gusti.

Pada suatu hari, lanjut Pater Gusti, seorang tahanan dibebaskan dan dibimbing keluar dari gua. Ia melihat banyak hal untuk pertama kalinya. Melihat benda-benda asing dan cahaya matahari, hingga akhirnya dia terbiasa dengan terang.

“Dalam pemikiran Plato, matahari adalah sumber segala kehidupan dan pertumbuhan, syarat pengetahuan dan simbol kebaikan,” sebutnya.

Tidak berakhir di situ, bekas tahanan itu lalu kembali ke dalam gua. Ia memberitau bahwa apa yang ada di dinding gua hanyalah bayang-bayang dari fakta yang sesungguhnya.

“Karena sudah terlanjur menjadi pakar bayang-bayang pada titik epistimologi palsu, para tahanan tersebut tidak percaya pada cerita sesungguhnya yang dibawa oleh rekan mereka,” tuturunya lanjut.

Menurut  Pater Gusti, alegori gua Plato juga menampilkan sifat manusia yang lebih suka pada kegelapan daripada terang. Lebih aman dengan kesadaran palsu ketimbang mencari kebenaran. Masyarakat yang terobsesi dengan fake news ketimbang menghadapi fakta yang telanjang dan suka emamndang agama sebagai obat tidur daripada agama sebagai inspirasi  bagi perjuangan menuju kebebasan.

Kemudian dia mengatakan, para wisudawan  akan menceburkan diri pada berbagai macam profesi seperti pemimpin agama, biarawan misionaris, guru, dosen, peneliti, ASN, jurnalis, politisi, pegiat NGO, pelaku bisnis, dan mungkin juga sopir taksi.

"Kendatipun  menjalani profesi yang berbeda-beda,  para lulusan diharapkan teap ber komitmen pada kebenaran dan keadilan, keberpihakan pada kaum marginal, empati serta solidaritas hendaknya menjadi spiritualitas atau semangat dasar dalam berkarya di tengah masyarakat,” pungkasnya.

Menutup Kata Sambutannya Pater Gusti menjelaskan sekilas perihal  perkembangan terbari di STFK.  Dia mengemukakan bahwa saat ini terdapat  1239  mahasiswa yang belajar di STFK,  terdiri atas 1051  mahasiswa Prodi Filsafat,  144 Prodi Magister Teologi, dan  44 mahasiswa Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik. “Prodi Pendidikan Keagamaan katolik baru dibuka pada 2019 lalu,” jelasnya. 

Tahun ini sedang  memproses ijin 3 (tiga) Prodi baru yaitu Prodi  Kewirusahaaan, Prodi Teknik Informasi dan Prodi Desain Komunikasi Visual.

"Apabila ijin tiga prodi ini nama akan STFK Ledalero akan berubah menjadi Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif.  "Itu berarti filsuf dan robot akan hidup berdampingan  di kampus ini," ujanya. (MA, berdasarkan tayangan youtube Upacara Wisuda STFK Ledaero 2021).

RELATED NEWS