Kisah Amye Un, Wanita TTS, NTT yang Kini Jadi Wakil Wali Kota Darwin, Australia
redaksi - Minggu, 25 Desember 2022 13:10KUPANG (Floresku.com) – Agustus 2021 lalu, nama Amye Un tiba-tiba muncul di berbagai media online dan media sosial. Pasalnya, kala itu perempuan asal Amanatun, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) maju sebagai calon Wali Kota Darwin, Australia.
Khusus untuk Pemilihan Wali Kota, Amye berada di posisi kedua dengan perolehan 3.405 suara.
Kalah dalam ajang Pemilihan Wali Kota, kemudian terpilih sebagai Dewan Penata Kota Darwin, Northern Territory, Australia.
Amye terpilih bersama dua kandidat lainnya yakni Paul Arnold dan Mick Palmer. Pada pemilihan dewan penata kota yang berbarengan dengan pemilihan wali kota, Amye berada di peringkat ketiga dengan meraup 1.134 suara.
Ajang Pemilihan Dewan Kenata Kota atau Alderman diikuti oleh enam orang yakni Paul Arnold (1.929 suara), Mick Palmer (1.515 suara), Amye Un (1.134 suara), Adam Troyn (1.116 suara), Andrew Lee (712 suara), dan Sue Shearer (423 suara).
Belakangan, Amye Un justru diangkat sebagai Wakil Wali Kota, Darwin.
Berlibur Natal di Timor
Beberapa hari belakangan ini, nama Amye Un muncul lagi di berbagai media. Ini lantaran ia sedang melakukan liburan Natal bersama keluarga di Timor, NTT.
Kepada media, Amye Un mengaku tak pernah bermimpi bisa menjadi pejabat penting di Darwin. Menurutnya, semula dia hanya iseng ikut bertarung sebagai calon dan terpilih sebagai Wakil Wali Kota di Darwin. Terlebih, Amye Un tidak punya latar belakang sebagai seorang politisi.
“Saya menjadi Wakil Wali Kota bukan menjadi impian dan prioritas apalagi melalui jalur independen. Ini hanya sekadar mencoba dan akhirnya menang di posisi kedua," kata Amye didampingi sejumlah anggota DPRD NTT.
Ia menjelaskan, sudah sekitar 18 tahun ikut berpartisipasi melakukan pembenahan dan berkecimpung langsung bersama masyarakat kecil di kota tersebut. Ia bahkan menyebut selama 8 tahun ikut memberikan sejumlah sumbangan kepada masyarakat miskin.
"Pada prinsipnya saya sudah membaur belasan tahun bersama masyarakat yang tinggal di emperan toko dan perkumuhan. Jadi seorang politisi bukan didasari oleh uang tapi membangun fondasi nilai kepercayaan masyarakat," terangnya sebagaimana dilansir DetikBalinews.com.
Di sisi lain, Amye Un mengaku tidak senang menjadi seorang politisi. Itu sebabnya, dia mencalonkan diri melalui jalur independen alias tidak bergabung dengan partai politik.
Menurutnya, bergabung dengan parpol membuatnya tidak bisa leluasa menyerap aspirasi masyarakat.
"Saya sama sekali tidak tertarik maju lewat partai politik karena tidak leluasa kita bisa sampaikan aspirasi masyarakat," ujarnya.
Kisah hidupnya
Amye Un menceritakan bahwa dirinya adalah lulusan SMEA Pembina Negeri Kupang. Setelah itu ia sempat bekerja di sejumlah pabrik semen. Pada 1980, ia bekerja di PT Semen Kupang dan dikirim ke PT Semen Gresik untuk mengikuti program training.
Tak lama kemudian, ia dipanggil oleh mantan Gubernur NTT Piet Alexander Tallo untuk ikut menjadi juru kampanye di Kabupaten TTS.
"Tahun 1980 itu bekerja di PT Semen Kupang dan kemudian dikirim lagi ke PT Semen Gresik untuk training. Tapi dipanggil oleh Piet Tallo yang saat itu mau ikut calon Bupati TTS," ungkapnya.
Enam tahun berselang, tepatnya pada 1986, ia pun memutuskan untuk bekerja ke Kota Darwin, Australia. Ia memberanikan diri merantau ke Negeri Kangguru itu berbekal penguasaan Bahasa Inggris yang mumpuni. Di sana, ia bekerja sebagai juru masak.
"Saat itu saya sangat menguasai Bahasa Inggris sehingga saya mencoba cari kerja ke Kota Darwin. Tapi, setiap dua bulan sering balik kampung," imbuhnya.
Amye Un mengaku senang kembali ke Kupang. Ia mengatakan, kepulangannya kali ini bukan untuk urusan politik, melainkan untuk sekedar menikmati liburan Natal bersama keluarga setelah empat tahun tidak bertemu.
Amye Un diketahui sudah menjadi warga negara Australia sejak 1998 silam. Status kewarganegaraan itu dia dapat setelah menikah dengan seorang pria asal Negeri Kanguru.***