Kisah Kemesraan Duo Konglomerat Indofood Anthoni Salim dan Emtek Eddy Kusnadi
redaksi - Jumat, 26 Maret 2021 20:36Pemilik Grup Salim, Anthoni Salim (paling kanan), saat meresmikan pabrik Indomie di Afrika. / Facebook @indomie.
JAKARTA (Floresku.com)– Baru-baru ini terungkap pemilik PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Anthoni Salim memborong saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja.
Sejatinya, “kemesraan” antara duo konglomerat Anthoni Salim dan Eddy Kusnadi tidak hanya terjadi pada saat ini saja. Lebih dari satu dekade lalu, dua konglomerat itu pernah melakukan barter saham.
Pada 2007, Anthoni Salim melalui PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan Indofood Agri Resources Ltd (Indoagri) mengakuisisi mayoritas saham PT London Sumatera Plantations Tbk yang sekarang bernama PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
Kedua anak perusahaan INDF itu menggelontorkan dana segar berjumlah Rp8,4 triliun untuk memuluskan pengambilalihan saham emiten sawit tersebut.
Rinciannya, SIMP membeli 500,095 juta saham atau 36,6% saham LSIP dari First Durango Singapore Pte Ltd dan Ashmore Funds. Sedangkan, Indoagri melakukan transaksi tukar saham dengan Eddy Kusnadi untuk mendapatkan 109,521 juta atau 8% saham LSIP.
Tak hanya itu, SIMP juga memborong surat utang konversi (mandatory convertible notes) senilai US$47 juta yang dapat dikonversi menjadi 169,343 juta saham atau setara 19,7% saham LSIP.
Sehingga, transaksi total pembelian saham dari First Durango, Asmore Funds serta pembelian surat utang konversi mencapai Rp5 triliun atau Rp6.500 per saham LSIP.
Di sisi lain, EMTK yang merupakan induk usaha PT Surya Citra Media (SCM) yang memiliki stasiun televisi SCTV merampungkan akuisisi saham PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM) dari Anthoni Salim.
EMTK menyelesaikan pembelian 551,71 juta saham IDKM dari PT Prima Visualindo pada 16 Mei 2011. Waktu itu, perseroan menggelontorkan dana sekitar Rp2,03 triliun sebagai mahar pembelian saham Indosiar.
Dua tahun setelah itu, tepatnya pada 1 Mei 2013, SCTV dan Indosiar resmi melebur. Merger antara dua stasiun televisi ini berada di bawah naungan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk alias Emtek.
Aksi itu menjadi tonggak proses peralihan perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka tanpa melalui proses penawaran umum perdana saham (iniatial public offering/IPO).
Saat itu, SCTV melakukan backdoor listing lewat Indosiar setelah proses akusisi selesai. Akhirnya, surviving entity dipegang oleh PT Surya Citra Media Tbk dengan kode saham SCMA.
Emiten itu menaungi dua stasiun televisi free-to-air (FTA) yakni SCTV dan Indosiar. Proses akuisisi saham ini pun membawa nama Eddy Kusnadi menjadi orang terkaya ke-40 versi majalah Forbes pada saat itu.
Gagal Move On
Setelah hampir 10 tahun berlalu, tampaknya Anthoni Salim belum dapat move on dari Indosiar. Ia kedapatan melakukan aksi borong saham EMTK yang merupakan induk Indosiar dengan nilai triliunan rupiah.
Berdasarkan data pemegang saham semua emiten di atas 5% yang dirilis PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) per 22 Maret 2021 terungkap, Anthoni Salim mengempit 5.127.302.220 lembar saham EMTK atau setara 9,08% kepemilikan saham.
Jika dikalkulasikan dengan harga saham EMTK pada penutupan perdagangan Kamis, 25 Maret 2021 di harga Rp2.430 per lembar, maka Anthoni Salim telah merogoh kocek pribadinya sebanyak Rp12,46 triliun.
Bos Indofood ini diduga kuat membeli saham EMTK dalam jangka waktu tiga bulan terakhir. Pasalnya, berdasarkan laporan keuangan EMTK per 31 Desember 2020, nama Anthoni Salim belum ditemui sebagai pemegang saham emiten media tersebut.
Pada periode itu, saham mayoritas EMTK masih dikuasai oleh Eddy Kusnadi Sariatmadja sebesar 25,54%, Susanto Suwarto 12,94%, dan PT Adikarsa Sarana sejumlah 11,62%.
Kemudian, Piet Yaury memiliki 9,07% saham, PT Prima Visualindo 8,35%, Archipelago Investment Pte Ltd 8,27%, Rd. Fofo Sariatmadja 5,52%.
Sedangkan, struktur pemegang saham EMTK terbaru yakni Eddy Kusnadi Sariatmadja 24,9%, Susanto Suwarto 12,61%, PT Adikarsa Sarana 11,53%, dan Piet Yaury 8,84%.
Lalu diikuti oleh PT Prima Visualindo 8,14%, Archipelago Investment Pte Ltd 8,06%, Rd. Fofo Sariatmadja 5,38% dan Anthoni Salim 9,08%. (Sumber: TrenAsia)