Lebih Dekat dengan Bung Karno Lewat Membaca "Surat-Surat Islam dari Ende'
redaksi - Selasa, 08 Juni 2021 21:56
Oleh Bone Jehandut

Hari ini, Selasa (8/6) pukul 16.54, twitter resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif @Kemenparekraf menulis begini, “Hai #SobatParekraf pencinta sejarah Indonesia, sudah coba napak tilas sejarah Indonesia di kota ini belum? Kota Ende, kota bersejarah tempat lahirnya ideologi bangsa kita Indonesia yang wajib kamu kunjungi. Kamu bisa mendapat pengalaman dan merasakan suasana lahirnya Pancasila dari tempat diasingkannya Bung Karno, Bapak Proklamator Indonesia, oleh Belanda.”
Pada tulisan pertama, saya memperkenalkan rumah, tempat Bung Karno berdiam selama kurang lebih empat tahun.
Nah, salah satu situs yang bertalian erat dengan kehidupan Bung Karno, adalah pelataran atau pendopo rumah Biara SVD Sto. Yoseph, tempat Bung Karno biasa bertemu sahabat-sahabatnya yaitu Pater Gerardus Huijtink SVD, Pater Dr. Johannes Bouma,SVD, Pater Adriaan Mommersteeg, SVD, dan Pater Dr. Pater Dr. Mathias van Stiphout, SVD, serta Pater Anthonius Tiyssen SVD.


Di perpustakaan biara ini, Bung Karno sering membaca berbagai buku filsafat dan agama. Hal itu tentu saja membuat wawasan Bung Karno, dan memotivasi Bung Karno untuk mendalami agama yang dianutnya, Islam.
Kerinduan Bung karno untuk mendalami Islam terpancar kuat dalam Surat-Surat Islam, salah satu di antaran saya cuplik berikut ini: Surat no.3:
Ende, 26 Maret 1935.
Assalamu’alaikum w.w.,
Tuan punya kiriman pospaket telah tiba di tangan saya seminggu yang lalu. Karena terpaksa menunggu kapal, baru ini harilah saya bisa menyampaikan kepada tuan terima kasih kami laki-istri serta anak. Biji jambu mede menjadi “gayeman” seisi rumah; di Ende ada juga jambu mede, tapi varieteit “liar”, rasanya ak nyaman. Maklum belum ada orang menanam vaireteit yang baik. Oleh karena oti jambu mede itu menjadikan pesta. Mulut saya tak henti-henti mengunyah!
Buku-buku yang tuan kirimkan itu segera saya baca. Terutama “Soal-Jawab” adalah suatu kumpulan jawahir-jawahir. Banyak yang tadinya kurang terang, kini lebih terang. Alhamdulillah!
Sayang belum ada Buchari dan Muslim yang bisa baca. Betulkah belum ada Buchari Inggris? Saya pentingkan sekali mempelajari Hadits, oleh karena menurut keyakinan saya yang sedalam-dalamnya, - sebagai yang sudah saya tuliskan sedikit di dalam slah satu surat saya yang terdahulu- , dunia Islam menjadi mundur oleh karena banyak orang “jalankan” hadits yang dlaif dan palsu. Karena hadits- hadits yang demikian itulah, maka agama Islam menjadi diliputi oleh kabut-kabut kekolotan, ketakhyulan, bida’ah-bida’ah , anti-rasionalisme, dll. Padahal tak ada gama yang lebih rasional dam simplistis daripada Islam. Saya ada sangkaan keras bahwa rantai – taqlid yang merantaikan Roh dan Semangat Islam dan yang merantaikan pintu-pintunya Bab-el-idjtihad, antara lain- lain, ialah hasilnya hadits-hadits yang dlaif dan palsu itu. Kekolotan dan kekonservatifan-pun dari situ datangnya. Karena itu, adalah saya punya keyakinan yang dalam, bahwa kita tak boleh memberikan harga yang mutlak kepada hadits. Walaupun menurut penyelidikan ia bernama SHAHIEH. Human reports ( berita yang datang dari manusia) tak bisa absolut; absolut hanyalah kalam Ilahi. Benar atau tidakkah pendapat saya ini? Di dalam daftar buku, saya baca tuan ada sedia “Jawahirul – Buchari”. Kalau tuan tidak keberatan, saya minta buku itu, niscaya di situ banyak pengetahuan pula yang saya bisa ambil.
Dan kalau tuan tak keberatan pula saya minta “Keterangan Hadits Mi’radj”. Sebab, saya mau bandingkan dengan saya punya pendapat sendiri, dan dengan pendapat Essad Bey, yang di dalam salah satu bukunya ada memberi gambaran tentang kejadian ini. Menurut keyakinan saya, tak cukuplah orang menafsirkan Mi’radj dengan “percaya” saja, yakni dengan mengecualikan keterangan “akal”. Padahal keterangan yang rasionalistis di sini ada. Siapa kenal sedikit ilmu psikologi dan para-psikologi, ia bisa memberi keterangan yang rasionalistis itu. Kenapa sesuatu hal harus di-“gaib-gaibkan”, kalau akal sedia menerangkannya?
Saya ada keinginan pesan dari Eropa, kalau Allah mengabulkanNya dan mbakyuku suka membantu uang harganya, bukunya Ameer Alie “The Spirit of Islam”. Baikkah buku ini atau tidak? Dan di mana uitgever-nya?
Tuan, kebaikan budi tuan kepada saya, - hanya sayalah yang merasai betul harganya-, saya kembalikan kepada Tuhan. Alhamdulillah, - segala pujian kepada-Nya. Dalam pada itu, kepada tuan 1.000 kali terima kasih.
Wassalam
SUKARNO