Lebih Dekat dengan Namata, Kampung Mistik di Sabu Raijua

Redaksi - Sabtu, 29 Mei 2021 21:04
Lebih Dekat dengan Namata, Kampung Mistik di Sabu RaijuaKampung Adat Namata di kabupaten Sabu Rai Jua, NTT (sumber: Istimewa)

PROVINSI Nusa Tenggara Timur (NTT)menyabet juara umum dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2020. Dalam pengumuman juara API ke V yang digelar di Hotel Inaya Bay Komodo Labuan Bajo pada Kamis, 20 Mei 2021 malam itu, Provinsi NTT menempatkan 5 nominasi sebagai  yang terbaik dari 8 nominasi yang diunggulkan.

Kelima nomunadi yang berhasil menjadi pemenang pertama itu terdiri dari Se’i untuk Kategori Makanan Tradisional Terpopuler 2020, Sentra Tenun Ikat Ina Ndao Kota Kupang untuk kategori Destinasi Belanja Terpopuler 2020, Fulan Fehan Kabupaten Belu  untuk Kategori Dataran Tinggi Terpopuler 2020, Situs Liang Bua Ruteng Kabupaten Manggarai untuk Kategori Situs Sejarah Terpopuler 2020, serta  Kampung Namata di Kabupaten  Sabu Raijua untuk Kategori Kampung Adat Terpopuler 2020.

Kampung Namata yang mistik

Kampung Namata merupakan salah satu kampung adat dan megalitik di wilayah adat Habba. Lokasinya bisa sobat traveler temukan di Desa Raeloro, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua.

Untuk mencapai kampung Namata, sobat traveler membutuhkan  waktu kurang lebih 30 menit dari Kota Seba.  Akan lebih praktis jika sobat travler  menggunakan kendaran roda dua.

Suasana kampung adat yang halaman depannya dihampari batu-batuan megalitik yang bulat besar-besar dan berwarna kehitaman itu terkesan mistis. 

Menurut warga setempat, batu-batu megalitik itu  digunakansebagai media untuk melakukan ritual adat pemujaan pada para dewa atau leluhur. Pada bulan-bulan tertentu, tempat ini sedikit lebih ramai dengan diadakannya upacara adat. Biasanya upacara adat  dilakukan dengan maksud untuk melepas roh orang meninggal, mengusir penyakit, menurunkan hujan, atau mengabulkan permohonan lainnya.

Oh ya, untuk masuk ke kamping ini, sobat traveler wajib mengenakan pakaian adat. Bisa berupa selimut maupun sarung motif Sabu. Kalian bisa mempersiapkannya dari rumah atau menyewa pada warga di sekitar pintu masuk kampung.

Kekuatan gaib

Kampung adat ini dihuni oleh para pemangku adat yang dikenal dengan sebutan ‘Mone Ama’. Di sini  terdpat beberapa pemangku adat berbeda, yakni Deo Rai (Kepala), Pulod’o (Dewa Matahari), Rue (Dewa Penyakit), Bekka Pahi (Dewa Bumi), Maukia (Dewa Kesuburan), serta Kenuhhe (Dewa Laut).

Menurut keterangan tetua adat di Namata,  batu-batu di dalam perkampungan memiliki kemampuan gaib atau sihir tertentu. Batu-batu megalitik tersebut punya nama dan fungsi masing-masing, bahkan  punya kemampuan gaib. Misalnya ada batu yang merupakan singgasana pemangku adat tertinggi, ada batu yang menjadi penentu kemenangan perang, ada batu untuk ritual mendapatkan jodoh, dan lain sebagainya

"Batu-batu ini punya nama dan fungsinya masing-masing. Batu-batu ini pun memiliki daya magis yang kuat.  Oleh karena itu pengunjung diingatkan untuk jangan sembarangan menginjaknya karena bisa mendatangkan penyakit atau hal buruk lainnya.

“Jangan sembarangan menyentuh dengan batu-batu ini ya,  Kalian tidak boleh memotret dua batu di ujung paling kanan dan ujung paling kiri," ujar seorang tua adat.

Mendengat itu, saya kecut juga. Saya langsung mengecek, apakah foto jarak jauh saya ke arah kumpulan batu-batu itu mengenai batu yang dimaksud," tulis  tulis Mayawati NH, seorang traveler di mytrip.go.id pada 27 Februari 2020.

"Tapi hati saya jadi sedikit tenang, sebab  kata tua adat itu, tak  apa-apa kalau dari jauh,  asal tak khusus memotret batu tersebut,” tulis Mayawati NH lagi. (MAR)

RELATED NEWS