Lebih Dekat dengan Rumah Adat 'Bhisu One' di Desa Jopu, Kecamatan Wolowaru
redaksi - Jumat, 20 Juni 2025 23:03
KABUPATEN Ende memiliki warisan budaya yang kkaya. Salah satu di ataranya adalah Rumah Adat Bhisu One yang berdiri di Kampung Adat Bhisu One, Desa Jopu, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, NTT .
Situs ini tercatat sebagai warisan budaya dan merupakan pusat permukiman prasejarah yang ditetapkan oleh Dinas Kebudayaan Bangunan ini masih tegak utuh dengan arah hadap utara—menegaskan keterkaitan magis dan kosmologis masyarakat Ende-Lio.
Ia menjadi pusat upacara adat, tempat menghaturkan sesaji, dan menandai otoritas penghuni setempat.
Nama “Bhisu One” mengandung makna penting. “Bhisu” merujuk pada leluhur atau pemimpin adat, sedangkan “One” berarti pusat, menandakan bahwa rumah ini adalah pusat kehidupan adat dan spiritual masyarakat lokal Sejalan dengan pola penataan permukiman Lio, rumah ini berada di zona kedua dari utara, setelah Bhisu Deko Ghele dalam tata zonasi kampung adat .

Struktur & Simbolisme Arsitektur
Rumah ini berupa rumah panggung dengan enam tiang penyangga silindris alami, konstruksi kayu dan bambu, serta atap ilalang yang rapi unik: sisi kiri dan kanan membentuk segitiga sama sisi, sementara depan-belakang agak persegi empat, dengan empat bubungan datar di sudut
Perpaduan bentuk atap ini melambangkan keselarasan antara manusia, alam, dan langit, mirip struktur atap rumah Musalaki di Ende-Lio yang berfungsi sebagai tanda status adat
Secara kosmologis, rumah panggung ini mencerminkan terbentuknya tiga alam semesta: kolong mewakili dunia roh, ruang tengah tempat manusia beraktivitas, dan atap yang mengarah ke dunia para leluhur atau dewa .
Tiang-tiang utamanya sarat simbolisme—olehnya dilakukan dengan ritual adat khusus seperti Woti Geri (pengukiran dan pemberian darah kerbau) serta pemasangan tiang utama Deke dengan ritual Bhisu
Seremoni ini menegaskan tiang sebagai simbol kekuatan, persatuan, dan pijakan spiritual masyarakat.
Fungsi Sosial, Ritual & Makna Budaya
Rumah Adat Bhisu One bukan sekadar tempat tinggal, melainkan pusat kendali adat. Ruangnya terbagi menjadi bagian utama: serambi depan untuk musyawarah adat dan ruang dalam sebagai tempat tinggal dan dapur.
Kehadiran ruang untuk ritual—seperti Tubumusu (batu leluhur) dan Kanga (pelataran suci)—menunjukkan perannya sebagai pusat spiritual dan kosmologis
Setiap elemen pada bangunan memiliki makna tersendiri. Misalnya, tiang utama melambangkan enam kepala suku dalam suku lokal; atap berbentuk kerucut-perahu mengingatkan pada asal-usul maritim dan perpindahan nenek moyang
Sementara itu, ruang serambi depan adalah tempat menampung aspirasi masyarakat, mengadakan ritual, dan memegang keputusan adat.
Upacara peletakan tiang dan penghormatan leluhur adalah momen krusial. Penempatan tiang raja memperkuat ideologi bersama, mempersatukan berbagai keluarga adat, dan menetapkan kesatuan komunitas agresi-struktural
Simbolisme Keseluruhan dan Pelestarian
Rumah Adat A Bhisu One menjadi simbol keberlanjutan nilai-nilai budaya: kekohesian masyarakat, kerjasama ritual, dan harmoni vertikal antara manusia dan alam. Ia bukan hanya warisan fisik, tetapi juga penanda identitas dan daya tahan budaya di era modern.
Konsepnya mengingatkan pada falsafah “kanopi tiga jagat” (dunia atas, tengah, bawah) yang sarat makna religio-kosmologis
Pelestarian rumah ini disertai dengan struktur situs yang mencakup pondasi, tiang, benda cagar budaya seperti meriam tum¬buk dan pedang —menghubungkan masa lampau (periode prasejarah) dengan masa kini .
- https://floresku.com/read/misi-svd-di-bidang-media-komunikasi-flores-akan-terbenam-oh-tdak
Ritual masa kini seperti penghormatan leluhur, pemasangan tiang adat, dan upacara sesaji terus dilestarikan komunitas setempat.
Jadi, rumah adat Bhisu One adalah simbol hidup kebudayaan Ende. Ia mewakili sejarah, kosmologi, spiritualitas, dan struktur sosial masyarakat Lio—melalui arsitektur, simbolisme tiang dan atap, serta fungsi sosial dan ritualnya.
Pelestariannya adalah bukti komitmen masyarakat untuk menjaga keberlanjutan budaya, dalam harmoni antara leluhur, manusia, dan alam. (San/Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende)***