Mari Jelajahi Keindahaan Alam di Biak Numfor, Papua

redaksi - Kamis, 12 Mei 2022 16:36
Mari Jelajahi Keindahaan Alam di Biak Numfor, PapuaDestinasi wisata alam dan sejarah Kubuan tua Padwa, Biak Numfor, Papua (sumber: www.goole.com)

BIAK (Floresku.com) - Biak Numfor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua. Daerah ini terletak di Teluk Cenderawasih yang memang berseberangan langsung dengan Samudra Pasifik, yang mana di sebelah utaranya yaiu daratan Papua. Keindahan alamnya yang masih alami dan jarang terjamah menjadi poin plus tersendiri bagi daerah ini.

Sudah terbayang indahnya bukan? Baik dari segi alam maupun destinasi wisata budaya yang tak kalah menarik siap untuk memanjakan matamu! 

Lebih jelasnya simak ulasan lengkap empat destinasi wisata paling keren yang ada di Biak Nukfor berikut ini.

1. Air Terjun Wafsarak

Siapa sih yang tak ingin  kalau sudah ketemu air  terjun yang begitu beningh? Nah, air terjun Wasfarak cocok untuk pelancong yang sangat menyukai air. 

Air terjun Wafsarak sering juga di sebut air terjun Warsa. Letak Air terjun ini ada di Biak Utara tepatnya di Distrik Warsa, tidak terlalu jauh dari pusat kota.

Air Terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih sekitar 10 meter, dan mengairi sungai dibawahnya. Letak air terjun ini juga tidak jauh dari pantai yang tak kalah indahnya.

Sumber:Twitter.com @ayani_y

Nuansa alami bisa dirasakan di tempat ini, apalagi di kelilingi dengan pepohonan yang rindang.

Air terjun ini memiliki daya tarik tersendiri, yaitu batunya berwarna putih yang sekilas nampak seperti batu kapur. Kebersihannya pun jangan diragukan lagi. Karena tempat ini memang masih jarang terjamah para wisatawan. Cukup siapkan uang 35.000 per rombongan, maka Anda bisa menikmati keindahannya.

2. Telaga Biru Samares

Sesuai dengan namanya, Telaga Biru Samares ini mempunyai air yang berwarna biru dikarenakan saking jernihnya. Terlebih jika airnya terkena sinar matahari, maka birunya akan semakin pekat. 

Telaga ini terletak di tengah-tengah hutan dan aksesibilitasnya memang harus melewati jalan yang naik dan turun.

Sumber:Twitter.com @rimba56

Para wisatawan yang berkunjung kesini, mereka akan menghabiskan waktunya dengan snorkeling ataupun diving. Menikmati indahnya alam bawah air yang memang jernih adanya. Namun jangan heran, jika air di telaga ini merupakan air payau, karena ia berada di percampuran antara air tawar dan air asin.

Telaga ini memiliki kedalaman sekitar 14 meter. Telaga ini mempunyai nama lain dengan bahasa Biak yaitu telaga Wopersnondi. Yang mana merupakan gabungan dari dua kata yaitu “Woper” dan “Snon”. Woper berarti melompat dan Snon berarti pria. Maka Wopersnondi memiliki arti pria yang melompat.

3.Air Terjun Karmon

Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar -+ 20 meter. Aksesibilitas seperti jalan sudah cukup baik untuk menuju destinasi wisata kali ini. Tempat ini pun terletak di pinggir jalan, maka tak perlu waktu lama untuk segera sampai ke tempat ini.

Untuk biaya masuk di air terjun ini masih gratis alias tidak bayar sepeserpun. Akan tetapi, fasilitas yang ada memang masih bisa dikatakan minim. 

Sumber: Facebook.com @amazingpapuaofficial

Hal ini dikarenakan tempat ini terlampau jauh dari warga sekitar.Struktur air terjun ini terdiri dari dinding bebatuan yang lebar sekaligus tinggi. Oleh karena hal tersebut, maka air terjun ini terlihat seolah-olah seperti tirai. 

Bebatuannya pun tak luput dengan ciri khasnya yaitu adanya lumut di sekelilingnya.Maka para wisatawan yang berlibur ke air terjun ini dihimbau untuk tetap hati-hati dan waspada karena medan air terjun yang licin. 

Layaknya air terjun yang lain, air terjun ini pun memiliki kolam di bawahnya yang mana airnya sangat dangkal.

4.Wisata Cagar Budaya Kuburan Tua Padwa

Destinasi kali ini juga cocok sekali bagi para wisatawan yang menyukai sejarah. Pasalnya, dari namanya saja sudah berbau peninggalan jaman dahulu yang sangatlah identik dan tak bisa lepas dari sejarah. 

Sumber: Twitter.com @suarapapua

‘Padwa’ adalah  bahasa Biak yang berarti ‘kurungan’, karena ia berada di antara dua tanjung dan jika terjadi pasang, maka Desa Padwa ini akan terkurung.

Mengutip situs Kebudayaan.kemdikbud.go.id, jalan menuju ke kuburan tua Padwa cukup sulit dilalui, karena berada pada kemiringan dan berada di pinggi pantai. 

Di pinggiran pantai menuju ceruk 1, pengunjung harus melewati hamparan batu karang yang tajam.  Terletak pada koordinat UTM X 0603649 dan Y 9872379. 

Tempat pemakaman masa prasejarah ini hanya memanfaatkan dua tebing karang yang ada di daerah pantai ini. Kedua tebing ini memiliki ceruk yang layak untuk dijadikan sebagai tempat pemakaman pada masa itu.

Sistem pemakaman pada kuburan tua Padwa agak berbeda dengan di tempat lain, pemakaman di daerah ini merupakan pemakanan “second burial” yakni  sebelum ditempatkan pada tebing harus melewati dua tahapan, pertama adalah jasad orang meninggal direndamkan dalam air laut hingga kulit dan daging terlepas hingga tinggal tulang saja, kemudian tulang-tulang itu diangkat dan diletakan pada Abai (bahasa Biak) atau peti dengan ukuran 80 x 20 cm yang telah disediakan kemudian dinaikan ke ceruk yang terdapat di sekitar pantai ini.

Terdapat beberapa ceruk yang dijadikan sebagai tempat diletakkan tulang-tulang yakni pada ceruk 1 yang menghadap ke bagian timur dan pada ceruk 2 yang terdapat di sebelah utara dari ceruk 1 ini. 

Sisa-sisa peninggalan prasejarah ini masih ada hingga sekarang, namun kondisinya sangat memprihatinkan. Peti-peti yang ada di ceruk tersebut sudah tidak utuh lagi akibat faktor alamiah, sehingga tulang-tulang yang ada ini berserakan dan sebagian sudah jatuh ke bagian bawah ceruk. 

Pada ceruk 1 ini terdapat beberapa peti, namun sudah rusak termakan usia, sehingga tulang-tulang yang ada ini dukumpulkan dan diletakan di atas batu dan dibiarkan begitu saja. Beberapa tulang tengkorak, kaki dan paha jatuh ke bagian bawah ceruk tersebut.

Kondisi yang sama juga terlihat pada ceruk 2 yang terletak pada sisi utara ceruk 1. Pada ceruk 2 ini, terdapat peti yang diletakan pada ceruk di ketinggian 5 meter, juga sama kondisinya dan tidak terawat. 

Diperkirakan sebagian tulang-tulangnya sudah jatuh ke bawah ceruk tersebut. Kuburan tua Padwa tersebut kurang mendapat perhatian sehingga kondisinya sangat memprihatinkan. 

Jika kondisi sisa-sisa peninggalan prasejarah ini  hanya dibiarkan seperti ini, maka dikhawatirkan suatu saat bisa hilang. Dibutuhkan kepedulian dan perhatian baik oleh pemerintah maupun masyarakat agar situs ini tetap ada dan bisa dikembangkan sebagai salah satu objek wisata sejarah yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakan dan daerah ke depannya. *** (silvia, dari berbagai sumber). ***

RELATED NEWS