“Mari Kita Pergi  ke Tempat Lain...” (Injil Markus 1:38) (sekadar satu perenungan)

redaksi - Minggu, 04 Februari 2024 07:18
“Mari Kita Pergi  ke Tempat Lain...” (Injil Markus 1:38)  (sekadar satu perenungan)Pater Kons Beo, SVD (sumber: Dokpri)

 

“Yang terbaik bukanlah yang datang dengan segala kelebihannya, namun yang tidak pergi karena segala kekurangan kita”

(Sang Bijak)

P. Kons Beo, SVD

Simon dan kawan-kawan itu lagi cari Yesus. Inti carinya itu sebenarnya hanya mau sampaikan berita pada Yesus, “Semua orang mencari Engkau..” (Mrk 1:37). Wah, bukan hanya sebagian atau beberapa. Tapi semua orang. Bayangkan betapa Yesus telah tenar. Tetapi, jadi populernya itu karena apa kah? 

Sekian banyak orang telah disembuhkan Yesus. Pun setan-setan dan kuasanya dibuat tak berdaya. Tanda heran sungguh terjadi. Dan itu sudah menjadi alasan agar Ia dicari dan terus dicari.  Mujizat adalah kegemparan yang mengandung eforia tak terbendung.

Popularitas seperti ini tentu jadi jalan tol sekiranya Yesus benar-benar ingin cari dukungan suara untuk didaulat sebagai raja. Atau setidak-tidaknya bila Ia ingin jadi anggota ‘senat kampung atau parlemen kota.’ Tetapi di hari setelah Yesus sembuhkan dan bebaskan penduduk Kaparnaum itu, Penulis Markus punya catatan serius.

…waktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang terpencil dan berdoa di sana” (Mrk 1:35). Ada pergerakan dari suasana populer yang ramai penuh hingar-bingar menuju alam sunyi penuh teduh; dari situasi terang menderang saat semua mata dapat tertuju memandang menuju keadaan ‘hari yang masih gelap,’ ketika sekian banyak orang masih lelap tertidur.

Di hari-hari ini, ada di tengah keramaian, dalam kerumuman, bahkan terhimpit sekalipun di  tumpah ruah massa adalah harapan dan impian. Sebab di situ, katanya, suara Pro sudah dipastikan. Sebaliknya, orang tak ingin sunyi, yang sepih-sepih, yang ‘tak lebat massanya.’ Jika toh ada pergerakan nan sunyi, itu hanyalah modus gelap dari operasi fajar kilat demi dukungan. 

Tetapi, fokus kita adalah ikuti ‘pergerakan’ Yesus.

Iya, Ia memang pergi ke tempat sunyi terpencil! Relasi dengan Allah, BapaNya itu, mesti tetap dibangun. Agar api dan cahaya kehendak BapaNya tetaplah jadi inti cita-cita kehadiranNya di bumi. Yesus mesti berkomunikasi dengan BapaNya. Di situ Ia tetap temukan apa ‘yang seharusnya Ia tunjukan pada dunia.’ 

Kata-kata Simon, nampaknya, agar Yesus tetap bertahan di Kapernaum. Ia sudah ‘punya nama di situ.’ Banyak orang telah mengenal dan bahkan mencariNya. Apa yang harus dipikirkan? Apa yang mesti diperjuangkan jika memang telah dapatkan suara demi popularitas?

Kata-kata bahwa“Semua orang mencari Engkau” itu tak sanggup menghadang Yesus  untuk bertahan dalam ‘kenikmatan nama besar, popularitas dan pujian warga Kapernaum.’ Yesus tak ingin jadikan DiriNya sendiri sebagai sentrum dari perhatian massa. Juga bukan untuk ‘nyatakan kehendakNya.’ Sebab kataNya, “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melaksanakan kehendakKu, tetapi melaksanakan kehendak Dia yang telah mengutus Aku...” (Yoh 6:32-34).

Kepada Simon dan kawan-kawannya, kata-kata Yesus terdengar menantang dan mungkin saja tak terduga, “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota sekitar, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang” (Mrk 1:38).

Di sini, di tempat ini, kita mungkin sudah pada populer. Nama besar telah jadi ‘milik kita.’ Di tempat ini banyak keistimewaan telah kita alami. Di tempat ini ‘kerajaan kecil’ telah kita bangun, dan kita sendiri adalah ‘rajanya’ yang sulit bergeser dan tak boleh (memang) digeser.

Sayangnya bila segala cara harus dipakai hanya untuk bertahan ‘pada suasana ini, di tempat ini, pada posisi ini, dan demi kekuasaan ini.’ Dan tak pernah ada ‘gerakan hati untuk ber-passingover.’ Simon dan kawan-kawan sepertinya dipaksa Tuhan untuk ke tempat-tempat lain juga

Bayangkan sekiranya jika tidak, mereka pasti tetap jadi ‘budak-budak popularitas Kapernaum,’ dengan cara berpikir, mentalitas, bertindak dan bersikap seperti yang ‘itu-itu saja.’ Tuhan telah melihat Simon dan kawan-kawannya jauh melampaui dari sekedar ruang lingkup ‘Kapernaum.’

Seperti itu pulalah bahwa Tuhan selalu melihat ‘lebih dari apa  yang kita miliki’ untuk dapat bertumbuh dan berkembang dalam situasi dan alam baru yang mesti kita hadapi. 

 Bayangkan pula bahwa ajakan Yesus kepada Simon dan kawan-kawannya itu adalah ajakan penuh makna untuk satu sikap penuh tulus dan jiwa besar. “Imperium  Kapernaum” itu mesti dilepaskan. Tak boleh terus digenggam erat dalam ‘tangan Simon dan kawan-kawannya itu. 

Dalam tafsiran bebas, Yesus tak mau jikalau Simon dan kawan-kawannya itu bisa terjerembab dalam dinasti kekuasaaan dan demi nama besar mereka di Kapernaum. Artinya? Iya, itu tadi, sebab itu mereka sepantasnya mesti sensitif bahwa di tempat-tempat lain ‘juga ‘Injil harus diwartakan.’

Yesus, sebenarnya, sungguh ingin menantang Simon dan kawan-kawanya: Janganlah mentang-mentang survey popolaritas yang katanya tinggi, rasa telah punya nama besar dan tenar, dan lagi bahwa katanya semua orang mencari dan mengimpikan kita.... dan akhirnya kita mati-matian ingin ‘bersarang di segalanya Kapernaum.’ 

Sebab itulah, berbesar hati lah kepada yang berikut. Dan pergilah ke mana Tuhan menunjukkan bagi kita arah dan tujuanNya yang IA kehendaki. Tuhan tak akan pergi dari kita walau di dalam kekurangan, kelemahan dan ketidakhebatan kita.

 

Verbo Dei Amorem Spiranti

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor: MAR

RELATED NEWS