Mau Tahu Tentang 'Danau Asmara'? Simak Ceritanya di Sini!

redaksi - Sabtu, 28 Agustus 2021 18:38
 Mau Tahu Tentang 'Danau Asmara'? Simak Ceritanya di Sini!Potret Danau Asmara, Flotim dari atas jalan. (sumber: Paul Kebelen)

WAIBAO (Floresku.com) - Danau Waibelen atau biasa juga dikenal Danau Asmara adalah potret wisata lokal daerah Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Keindahan Danau Asmara tentu menarik minat para pecinta destinasi wisata,  barangkali termasuk Anda juga.

Danau ini terletak di ujung timur Pulau Flores, berdekatan dengan beberapa desa, di antaranya, Desa Waibao, Desa Riangpuho, dan Desa Riangkeroko. Ketiga desa ini berada di wilayah Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur.

Danau Waibelen atau Danau Asmara di Flores Timur (Sumber: Istimewa)

Lantaran penasaran dan tergugah dengan cerita dari beberapa orang, saya memutuskan untuk menyaksikan secara langsung, seperti apa keindahan danau yang satu ini.

Dengan tekad yang tengah membeludak, saya akhirnya meluncur menggukana sepeda motor Yamaha Vixion menuju ke arah Timur pulau Flores, ditemani seorang jurnalis energik dari EkoraNTT, Yurgo Purab.

"Abang, ini hari kesana saja ee..! Kita berdua belum pernah saksikan Danau Asmara dari jarak dekat. Kira-kira seperti apa Danau Asmara ini", ujar saya sambil bujuk-bujuk manja pada Yurgo Purab, sebelum akhirnya kami berdua meluncur kesana.

Tak menunggu lama, kami segera melaju perlahan dengan memakan waktu tempuh selama kurang lebih 45 menit. Tiba di sana, kami terperangah melihat potret Danau Asmara yang begitu cantik.

Dari atas jalan, kami harus berjalan kaki, menjajal area setapak menurun dan terjal. Sebenarnya kami bisa menggunakan sepeda motor karena jarak dari atas jalan ke danau berjarak 400 Meter. Namun karena setapak tersebut agak curam, kami bersepakat untuk jalan kaki guna menghindari resiko kecelakaan.

Tiba dibibir danau, kedua bola mata serta mata bathin kami dimanja habis-habisan. Pasalnya pada pohon pisang pengganti atap guna menepis sengatan matahari, kami dapat menyaksikan secara langsung potret panorama alam Danau Asmara yang eksotis itu.

Danau Asmara nan hijau membentang cantik, di kelilingi bukit dan pepohonan hijau pula. Tampaknya seperti lukisan alam dalam bingkai yang terpampang begitu cantik.

"Wihh, puas sekali kalau jalan jauh tapi terbayar begini," gumam saya penuh kagum.

Namun ironisnya, Danau Asmara yang eksotis ini tak lagi terawat apa lagi diperhatikan sebagai salah satu aset wisata daerah. Kayu-kayu berserakan, sampah-sampah yang dibiarkan begitu saja, dan beberapa fasilitas lopo yang sudah lapuk dan goyah.

Seharusnya Danau Asmara menjadi salah satu aset berharga. Apa bila terawat baik, sistem manajemennya bagus, saya kira akan berpengaruh positif pada pundi-pundi pendapatan asli desa dan tentunya daerah. Selain itu, usaha ekonomi kreatif masyarakat juga dapat bertumbuh signifikan.

Beberapa desa di sekitar Danau Asmara punya berbagai potensi yang menguntungkan. Mulai dari ikan segar, hasil bumi seperti pisang, kelapa, dan lain-lain mampu berdampak pada perputaran uang secara cepat di wilayah tersebut apabila wisata Danau Asmara kembali terawat.

"Semoga ke depan bisa jadi proyeksi strategis penataan pariwisata di daerah kita abang," ujar saya pada jurnalis EkoraNTT, Yurgo Purab.

"Itu sudah no. Ini akan bagus sekali kalau ditata dan dikelola dengan baik," tandas Yurgo.

Yurgo Purab, Jurnalis EkoraNTT, membantu menyiram tanaman sayur milik Thomas Koten (Foto: Paul Kebelen)

Ada Petani Sayur

Selain terkagum-kagum dengan pemandangan alamnya yang eksotis, mata kami kembali beralih pada salah seorang petani muda di sana.

Namanya Thomas Koten dan ia berasal dari Desa Riangpuho. Orangnya sangat friendly. Awalnya kami ragu-ragu untuk berbincang. Eh, sebelum menyapa, pemuda itu malah duluan tersenyum seraya menyapa kami dengan nada santun.

"Sore bro. Asalnya dari mana?", Tanya Thomas Koten sambil menenteng air danau untuk menyiram tanaman sayurnya.

"Sore juga kawan. Kami hendak jalan-jalan dan berpose sajah. Pemandangan di sini terlalu bagus untuk mengabadikan momen", jawab Yurgo dengan nada santun jua.

Lama berbincang dan berkenalan, kami jadinya akrab. Saking akrabnya, kami memutuskan membantunya untuk menyiram beberapa bedeng sayurannya yang belum dijamah air.

Pada kisah hari ini, ternyata ada beberapa pembelajaran yang patut kami syukuri. Rasa syukur itu tentu tertuju kepada sang Pemberi waktu (Tuhan). Karenanya, kami dapat menikmati keindahan alam Danau Asmara yang begitu indah, kemudian mempertemukan kami dengan orang-orang baik, sederhana dan luar biasa seperti Thomas Koten. (Paul Kebelen)

Editor: Redaksi

RELATED NEWS