Moke: Menteri Fadli Zon Minta Dilestarikan, Polisi di Sikka Merazianya

redaksi - Jumat, 14 November 2025 22:53
 Moke: Menteri Fadli Zon Minta Dilestarikan, Polisi di Sikka MerazianyaMenteri Fadliz Zon berbeicara kepada warwatan usai membuka ndonesia Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025 di Kupang, NTT, Selasa (11/11). (sumber: Instagram.com)

MAUMERE (Floresku.com) - Saat membuka Indonesia Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025 di Kupang, Selasa (11/11),  Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa moke dan sopi adalah bagian dari warisan budaya Nusa Tenggara Timur yang harus dilestarikan. 

“Pangan lokal seperti moke dan sopi bisa menjadi objek kemajuan kebudayaan. Semua yang berbau pangan lokal sangat bisa menjadi warisan budaya harta benda kita,” kata Fadli Zon. 

Pernyataan Menteri Fadli Zon justru berbanding terbalik dengan aksi pihak aparat keamaan di Kabupaten Sikka.

Pekan lalu, media sosial riuh oleh unggahan yang menampilkan aksi aparat kepolisian menyita moke dari sebuah tempat penyulingan moke di Lepo Lima di Kabupaten Sikka. 

Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan jerigen berisi moke disita, meninggalkan kesan penegakan hukum yang menekan tradisi lokal.

Aksi polisi menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat. 

Pembuat moke, seperti Servasius Nong Dewa dari Desa Kuwuwire, Lepolima, mengaku terjepit. 

“Kami sudah turun-temurun hidup dari moke. Dari sini saya bisa menyekolahkan anak-anak sampai kuliah. Kalau dilarang, kami mau makan apa?” ujarnya.

Belum hilang ingatan warga akan aksi polisi di Sikka, kini muncul pernyataan dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang mendorong moke dan sopi dilestarikan. Sebab,  moke, yang diolah dari nira pohon lontar, bukan sekadar minuman beralkohol. Ia menjadi simbol kerja keras, solidaritas, dan hadir dalam upacara adat dari kelahiran hingga kematian. 

Kontroversi ini menyoroti dilema serius: bagaimana NTT dapat menjaga warisan budaya yang sarat makna sosial, sementara hukum formal menuntut pembatasan? (Silvia). ****

RELATED NEWS