Ompok, Tukang dengan Keterbatasan Fisik, Butuh Kursi Roda dan Peralatan Tukang Kayu
redaksi - Jumat, 01 Oktober 2021 10:27CIBAL BARAT (Floresku.com) - Leonardus Sedu atau Si Ompok (24), pemuda asal Desa Golo Woi, Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai mengalami keterbatasan fisik bawaan sejak lahir. Meski demikian ia memiliki ketrampilan yang tinggi sebagai tukang kayu sehingga mampu memproduksi berbagai perabotan rumah tangga seperti lemari, tempat tidur, kursi dan meja kayu.
Leonardus yang lahir 27 April 1997 lalu tak bisa berjalan normal karena kondisi kakinya yang tak normal. Kondisi fisik demikian dialaminya sejak usia belia. Oleh karena kondisi fisik yang tidak nornal itu, ia pun disapa dengan sebutan Ompok atau Tompok (bahasa Manggarai), artinya putus dan tidak utuh.
Dengan kondisi fisik yang ‘tidak utuh’ seperti itu, Leonardus tidak leluasa untuk beraktivitas. Untuk berpindah tempat ia harus merangkak atau berjalana dengan menggunakan kedua tangan menopang ke tanah. Sementara bagian kedudukannya ia jadikan sebagai tumpuan utama.
Di tengah keterbatasan fisiknya, Leonardus masih berusaha untuk mandiri dan bekerja guna meringankan beban ekonomi kedua orang tuanya, Marselinus Deri dan Hendrika Jelinat.
Leonardus sendiri tidak pernah bersekolah tetapi ia mempunyai ketrampilan dalam membuat berbagai perabot rumah tangga seperti kursi, meja, lemari, tempat tidur dan sebagainya. Ketrampilan itu ia peroleh secara otodidak setelah mengamati sembari berlatih pada kakaknya, Klemens yang berprofesi sebagai tukang kayu.
Ketrampilan yang dimiliki Leonardus, kemudian menjadi buah bibir warga sekitar. Sehingga saat ini Leonardus kerap kali dimintai bantuan untuk membuat perabot rumah tangga yang dibutuhkan warga.
Bagi Leonardus panggilan untuk bekerja adalah sebuah berkah. Dia sendiri tidak mematok harga. Berapapun yang diberikan oleh orang selalu disyukuri. Baginya yang terpenting dia mendapatkan upah. Uang hasil kerjanya itu pun diberikan kepada orangtua untuk membeli berbagai kebutuhan dasar dalam keluarga.
Ibunda Leonardus, Hendrika Jelinat mengisahkan, perjalanan hidup sang Leonardus sangatlah sedih. Dulu, saat usia Leonardus masih satu tahun mereka berusaha mencari obat agar ia bisa bertumbuh normal. Waktu itu Leonardus kecil, pernah diobati secara tradisional. Ia juga pernah mendapat perawatan di rumah sakit. Namun, kondisi fisiknya tetap tidak pulih.
Pada awal tahun 1998, Leonardus pernah dibawa ke RS Cancar. Kala itu Leonardus hendak dioperasi. Setelah diperiksa, dokter tak menjamin kesembuhan Leonardus untuk bisa kembali normal. Tetapi Leonardus diminta untuk tinggal di Cancar selama beberapa waktu menjelang jadwal operasi. Keluarga menolak karena khawatir akan terjadi apa-apa dengan sang buah hati.
"Menurut dokter waktu itu, dia tidak memiliki tulang tempurung lutut. Sehingga kondisinya seperti ini. Tapi kami tidak mau biarkan dia disana, takut dia kenapa-napa," kata Hendrika, pada Selasa, 28 September 2021.
Kondisi fisik Leonardus pun diterima keluarga sebagai takdir Tuhan. Meski Leonardus mengalami keterbatasan fisik dan berbeda dengan enam orang saudaranya. Hendrika dan suami tetap merawat Leonardus sepenuh hati dengan penuh kasih sayang.
Hingga di usianya yang sekarang, Leonardus bersikukuh ingin membalas kasih sayang itu dengan bekerja. Leonardus tidak mau lagi tinggal diam di rumah. Dia minta ke orangtuanya untuk ikut bekerja mencari uang.
"Sekali dia pernah ke kebun, sampai di tengah jalan di persawahan dia jatuh dari pematang. Sejak saat itu saya melarang, dia di rumah saja dan tak perlu kerja. Dia tidak mau dan mau bantu katanya," tutur Hendrika.
Karena tidak bisa lagi ke kebun, sekarang dia hanya pergi ke rumah warga sekitar untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya. Untuk pergi ke rumah warga dia menaiki sebuah kursi roda yang sudah rusak dengan dibantu oleh orang lain. Kursi roda tersebut merupakan bantuan dari Dinas Sosial beberapa tahun lalu.
"Dari situ ia dapat uang dan diberikan ke saya. Katanya dia mau bantu sedikit. Itu yang buat saya sedih dan kadang menangis," kata Hendrika.
Menurut Hendrika, kursi roda yang sudah rusak itu sering dikeluhkan Leonardus agar diganti, namun permintaan itu sulit dipenuhi karesa keluarga masih belum memiliki uang untuk membeli kursi roda baru..
"Kalau dia minta kami belum bisa jawab secara pasti karena memang tidak ada uang," tambah Hendrika.
Selain kursi roda, Leonardus juga membutuhkan peralatan tukang sendiri agar bisa memprokduksi berbagai perabot rumah tangga, tanpa bergantung pada peralatan yang dimiliki kakaknya.
Dengan pelafalan kata-kata yang kurang jelas, Leonardus menyampaikan, selama ini untuk bekerja ia menggunakan peralatan tukang milik kakaknya.
"Sekarang hanya bisa pakai kakak punya kalau dia tidak sibuk. Saya pakai untuk kerja. Kalau ada uang nanti beli, biar bisa terus bantu mama dan papa," katanya. (Jivansi)