OPINI Helena Deci: Membaca sebagai Tindakan Produktif, Persiapan untuk Masa Depan yang Cerah

redaksi - Selasa, 07 Desember 2021 10:35
OPINI Helena Deci: Membaca sebagai Tindakan Produktif, Persiapan untuk Masa Depan yang CerahHelena Deci, mahasiswi Unika St Paulus Ruten (sumber: Dokpri)

 MEMBACA adalah suatu kegiatan mengamati dan memahami apa yang ditulis. Dalam dunia pendidikan, membaca harus menjadi salah satu kebiasaan. 

Menurut KBBI V' membaca' adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).

Pada hakikatnya ‘membaca’ merupakan suatu yang rumit dan melibatkan banyak hal. Tidak hanya sekedar melafalkan, tetapi juga aktivitas yang mencakup visual, psikolinguistik serta berpikir. 

Keterampilan membaca tergolong keterampilan yang bersifat aktif-reseptif. Aktivitas membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara.

Namun, masyarakat yang memiliki tradisi literasi telah berkembang, seringkali  mengembangkan keterampilan membaca  secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara. 

Keterampilan membaca dapat dibagi dalam dua klasifikasi yakni: Pertama, membaca permulaan. Kemampuan membaca permulaan ditandai oleh kemampuan melek huruf, yakni kemampuan mengenali lambang-lambang tulis dan dapat membunyikannya dengan benar. Pada fase ini, pemahaman isi bacaan belum begitu tampak karena orientasi pembaca lebih ke pengenalan lambang bunyi bahasa.

Kedua, membaca lanjutan. Pada pembaca lanjut, kemampuan membaca ditandai oleh kemampuan melek wacana. Artinya, pembaca bukan hanya sekedar mengenali lambang tulis, bisa membunyikannya dengan lancar, melainkan dapat memetik isi atau makna bacaan yang dibaca. (Bdk.Dr. Yeti Mulyati, M.Pd. Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa).

Penekanan membaca lanjut terletak pada pemahaman isi bacaan, bahkan pada tingkat tinggi harus disertai dengan kecepatan membaca yang memadai.

Para ahli lingustik menyebutkan ada 12  keterampilan mikro terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki pembicara. Yaitu, pertama, mengenal sistem tulisan yang digunakan. Kedua, mengenal kosakata. 

Ketiga, menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama. Keempat, menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata dari konteks tertulis. 

Kelima, mengenal kelas kata gramatikal seperti kata benda, kata sifat, dan sebagainya. Keenam, menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi. 

Ketujuh, mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis. Kedelapan, merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan. Kesembilan, menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan. 

Kesepuluh, menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama. Kesebelas, membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan. 

Keduabelas, menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam. (Bdk.http://www.sil.org/lingualinks).

Terlalu Santai Menggunakan Waktu Luang

Rendahnya tingkat membaca pada peserta didik akan mengakibatkan kesulitan dalam mengerjakan tugas. Siswa pada zaman sekarang terlalu terlena bermedia sosial. Membaca sebenarnya suatu kegiatan yang asyik jika sering dilakukan dan menjadikannya sebagai hobi.

Siswa terlalu santai dalam mengerjakan tugas dengan melakukan plagiarisme, sehingga mereka mengerjakan tugas dengan asal-asalan tanpa memahami tugas yang mereka kerjakan. Peserta didik yang terlalu santai memanfaatkan waktu luang dapat mengakibatkan mereka akan kesulitan untuk memahami bacaan yang mereka baca. 

Hal itu telah terbukti bahwa Indonesia menjadi salah satu negara berkembang dengan minat baca masyarakat masih rendah. Dalam pemberitaan Pikiran Rakyat terbitan tanggal 17 Maret 2017 menyebutkan bahwa berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Pada tingkat pendidikan dasar, kebiasaan membaca anak-anak masih rendah (Putra, 2008: 131).

Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak agar masalah minat baca segera teratasi. Rendahnya minat baca ditunjukkan dengan peserta didik yang kurang tertarik mengunjungi perpustakaan untuk membaca maupun meminjam buku. 

Peserta didik kurang mengutamakan aktivitas membaca dalam kesehariaanya. Ketika peserta didik memiliki waktu luang seperti jam kosong, siswa belum mau menggunakan waktunya untuk membaca materi di buku. Mereka juga belum memiliki inisiatif untuk membaca buku pelajaran atas kemauannya sendiri.

Rendahnya minat baca pada peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor seperti yakni; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri peserta didik tersebut, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik seperti faktor lingkungan, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah.

Membaca Produktif Bagi Peserta Didik

Membaca produktif adalah membaca yang menghasilkan atau dapat bermanfaat. Bagi peserta didik membaca produktif dapat menghasilkan wawasan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan.

Membaca produktif memiliki efek menyenangkan, memperkaya pengetahuan, dan memanfaatkan waktu luang yang lebih produktif bagi peserta didik. Peserta didik bisa dengan seluas-luasnya memilih buku bacaan yang mereka sukai, sehingga terinspirasi dan termotivasi untuk dipelajari. 

Membaca produktif juga bisa digunakan untuk mencari hiburan, meningkatkan kemampuan berpikir, serta mencari inspirasi untuk membuat karya yang lain. Menggali problem sosial atau pengetahuan yang menjadi minat kita juga sangat penting. 

Membaca sebagai tindakan produktif karena dengan membaca kita dapat memperoleh wawasan yang berguna untuk meningkatkan kecerdasan peserta didik, sehingga mereka siap menghadapi tantangan untuk ke depan, pasalnya dunia semakin maju.

Mereka yang rajin membaca akan terbuka cakrawala pemikirannya. Membaca menjadi sarana untuk memperoleh beragam informasi yang sekarang ini tersaji dalam bahan bacaan seperti, majalah, koran atau surat kabar, buku pengetahuan dan lain-lain.

Dengan demikian, membaca sangat penting bagi semua kalangan masyarakat khususnya peserta didik. Manfaat membaca produktif yaitu untuk membantu peserta didik dalam mempelajari berbagai pengetahuan, menambah informasi dan menambah kosa kata peserta didik.
Membaca buku juga bisa meningkatkan produktivitas kerja misalnya, membaca buku saat beristirahat, hal ini membantu menjaga otak kita agar terangsang untuk beraktivitas lebih banyak lagi.

Tidak melakukan aktivitas yang dapat membuat otak bekerja secara berlebihan mungkin menjadi pilihan bagi semua orang saat beristirahat kerja. 

Namun ternyata, tak melakukan hal apa pun saat beristirahat kerja berpotensi dapat membunuh setiap aliran energi positif yang dapat meningkatkan produktivitas setiap orang.

Seperti dikutip dari LifeHacker (2015), untuk meningkatkan produktivitas kerja manusia maka  dianjurkan untuk meluangkan waktu setidaknya 15 sampai 20 menit untuk membaca dengan jenis buku yang bermacam-macam. 

Selama proses membaca dalam durasi pendek tersebut, gear otak bakal melakukan proses refreshing sehingga pasca membaca, otak bakal segar kembali layaknya usai bangun tidur siang.

Selain dapat meningkatkan produktivitas, efek rajin membaca saat istirahat kerja bisa bertambah wawasan serta membuat kita bakal jadi lebih fokus dalam melakukan segala hal. ***

*Oleh: Helena Deci, mahasiswi Semester III, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unika St. Paulus Ruteng.

RELATED NEWS