OPINI: Keluhuran Politisi Kontemporer

redaksi - Minggu, 08 Oktober 2023 10:48
OPINI: Keluhuran Politisi KontemporerSilverius CJM Lake (sumber: Dokpri)

Oleh:Silverius CJM Lake*

KARL Popper dalam pengantar bukunya, In Search of a Better World (1994) menulis begini: “all things living are in search of a better world.”

Buku hasil kumpulan bahan kuliah dan esei selama tiga puluh tahun tersebut, menunjukkan suatu rasionalitas moral dalam mengawali dan terus mendampingi karyanya yang tetap aktual serta menzaman

Karl Popper sebenarnya berkehendak baik untuk menunjukkan bahwa semua makhluk dunia selalu berusaha untuk memerbaiki situasi dan kondisi, serta paling tidak menghindari kerusakan. 

Pada bagian ini, tidak keliru jika rasionalitas manusia pada situasi dan keadaan tahun 1990-an, boleh melompat ke suasana jelang tahun politik 2024 di Indonesia. 

Paradigma Politik 

Pada dasarnya politik mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan manusia serta semua makhluk di alam semesta ini. Hakikat politik demi kebaikan dan kemajuan pada zaman moderen ini kiranya menjadi model. 

Dan, salah satu model atau paradigma politik yang tampak sekarang ditandai dengan nominasi seorang politisi. 

Nominasi politisi sebenarnya didukung oleh berbagai aspek antara lain; kekuatan fisik-mental, public support, model partai yang diwakili, hal-hal yang bersifat logistik, kecerdasan politik, serta keutamaan moral. 

Sejalan dengan perkembangan zaman digital serta memasuki tahun politik baik di tanah air maupun di seantero mancanegara, keutamaan moral seorang politisi menjadi perhatian internal partai dan eksternal publik. 

Oleh karena itu, menjadi politisi yang baik dan benar selalu menjadi tuntutan zaman. Model politisi seperti inilah yang menjadi orientasi kini dan di Indonesia.

Keutamaan moral politisi terkesan biasa saja namun justru menjadi sesuatu yang elit dan luhur. Sekalipun segala kriteria material dimiliki dan memenuhi kriteria nominasi dalam pencalonan diri ke partai politik namun sekali lagi, suara Immanuel Kant terus bergema pada abad ini; “langit berbintang di atasku dan hukum moral di batinku”. 

Jika moralitas manusia tidak membatin, maka terjadilah kesenjangan moral. Dalam hal ini politisi yang luhur tetap menjunjung dan membawa moralitas ke dalam tugas rutin dan berbagai kesempatan untuk berkiprah. Dengan demikian kriteria material sebenarnya tidak mutlak mengantar seorang politisi menjadi dominan dalam proses politik. 

Idealisme politisi diangkat mantan Gubernur New Jersey, Chris Christie dalam proses nominasi politisi calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik beberapa waktu yang lalu. 

Sementara berabad-abad Sebelum Masehi, Plato filosof Barat telah menunjukkan pandangan yang berbeda dan berlawanan dengan arus zaman itu yaitu moral knowledge dan moral behavior

Paradigma keutamaan moral zaman filosof Barat, Plato dan seruan mantan Gubernur New Jersey, Chris Christie di Amerika Serikat memerlihatkan spirit yang sama. 

Di satu sisi Plato mau mengaitkan moral knowledge dan moral behavior sebagai paradigma utama pada zaman itu dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan perilaku moral. 

Kemudian dalam semua proses tersebut, Plato justru mengingatkan bahwa perilaku imoral akan merugikan pelaku itu sendiri dan umat manusia terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan. 

Di lain sisi, mantan Gubernur New Jersey, Christie mengingatkan Partai Republik dalam proses nominasi calon presiden Amerika Serikat, sebaiknya mengutamakan nominee yang tidak bermasalah jika hendak memenangkan Pemilu Presiden Amerika Serikat. 

Sebenarnya keutamaan moral merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari setiap individu. Dan, hal ini dicapai melalui proses yang panjang mulai dari pendidikan informal di rumah keluarga sampai dengan pendidikan formal tertinggi yang diraih. 

Penegasan ini akan bermuara pada hasil baik yang dicapai. Sementara patut disadari bahwa keutamaan moral tidak merupakan sesuatu yang instan, yang ada pada diri setiap individu secara otomatis serta siap bertindak. 

Dengan kata lain kekuatan moral yang instan hanya sekadar melekat melengkapi kepribadian seseorang dengan menghasilkan kualitas tertentu. 

Probabilitas yang lain, dalam rangka memenuhi tujuan politik praktis, banyak cara yang baik dan tidak baik sering digunakan. 

Sungguh berterima kasih jika cara yang baik digunakan untuk memenuhi tujuan yang baik. Namun, pada umumnya politisi menggunakan kedua pendekatan yang bertentangan. Dengan sengaja atau tidak sengaja politisi menerapkan politik uang mulai dari proses awal politik sampai dengan pencapaian target dan bahkan ketika menjalankan kekuasaan selama periode kepemimpinannya.

Di sini Plato kembali mengingatkan bahwa manusia yang bertingkah laku imoral tidak memahami dengan lebih baik tentang keutamaan moral. Pengabaian nilai dan norma moral menunjukkan kualitas pribadi yang yang rendah. 

Dalam konteks tersebut, opini ini merupakan input dan feedback yang baik bagi pemahaman akan keutamaan moral dan kehendak baik seorang politisi. Di sini, politisi kontemporer terpanggil demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakat. 

Keluhuran Politisi 

Belakangan ini di tanah air Indonesia, pimpinan teras partai-partai politik saling berkunjung dan dialog untuk membangun koalisi. Koalisi politis bertujuan untuk menjaring Bakal Calon Presiden (Bacapres) dan Bakal Calon Wakil Presiden (Bacawapres). 

Setiap partai koalisi selalu menyampaikan yang terbaik untuk Indonesia. Dan, Partai Nasional Demokrat (Partai Nasdem) bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melihat koalisi kedua partai politik kokoh karena memiliki kekuatan dan keutamaan sehingga tidak berlama-lama mengumumkan pasangan Bacapres dan Bacawapres, Anies Baswedan bersama Muhaimin Iskandar. 

Selanjutnya, tentu akan menyusul pasangan Bacapres-Bacawapres yang lain untuk deklarasi kehendak baik memimpin negeri ini. 

  • https://floresku.com/read/andai-penduduk-ntt-sama-seperti-penduduk-dki-peringatan-kecil-bagi-pj-gubernur-ntt

Politisi yang ideal tentu berjalan bersama menuju tujuan nasional Indonesia serta mewujudkannya sebagaimana pada Pembukaan UUD 1945. Nota bene, Bangsa Indonesia telah memasuki usia ke-78 tahun kemerdekaannya dengan semboyan historis “Terus Melaju untuk Indonesia Maju”. 

Dalam konteks historia Indonesia, semangat gotong royong, bekerja sama, bahu membahu membangun negeri ini tidak patut dihindari, dialihkan, bahkan dihentikan, melainkan dilanjutkan. 

Dalam perjalanan menuju RI1-RI2, DPR-RI, DPD, atau pun DPRD I – DPRD II, bahkan Bupati/Walikota dan Gubernur, strategi politisi dan partai politik selalu mengarah pada pemenangan. 

Dalam rangka mencapai impian dan target tersebut mesin partai politik bergerak basis pada strategi partai. 

Sepatutnya strategi partai mendorong politisi yang memiliki keutamaan moral menuju Pemilu 2024. 

Banyak tantangan yang akan dihadapi pasti dilampaui dengan kekuatan moral dan visi-misi partai politik. Terdapat hal baru dan realistis yang disampaikan mantan Gubernur New Jersey, Christie yaitu politisi bermasalah sebaiknya tidak disertakan dalam proses nominasi atau pun proses koalisi karena merugikan politisi yang bersangkutan, partai politik serta rakyat yang diwakili. 

Selanjutnya, realitas politik baru di ibu kota DKI Jakarta, putra bungsu Presiden RI Bpk. Joko Widodo, menunjukkan harmoni baru dengan membawa impian baru menuju politik generasi muda demi masa depan Indonesia. 

Kaesang Pangarep sebagai generasi muda penerus kepemimpinan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyampaikan secara rasional dan jelas pada pidato awal kepemimpinannya. 

Begini putra Presiden VII RI berbicara, “I believe that going into politics is one of the ways for the youth to save our future”. 

Keyakinan pemimpin baru PSI, Kaesang Pangarep tentu berangkat dari kekuatan batin sebagai norma moral subyektif. 

Inilah bagian dari keutaman seorang politisi muda yang mengarah pada masa depan bangsa bersama dengan upaya solusi terhadap kerusakan alam Indonesia. 

Di tengah perjuangan dan kompetisi politisi senior dan yunior dalam percaturan politik Indonesia, strategi dan kecerdasan politik masih sangat relevan untuk digunakan. Kecerdasan politik senantiasa memertimbangkan keutamaan moral dan strategi politik dikembangkan secara murni dan rapih demi keluhuran bangsa. 

Proses koalisi dan konsolidasi diperkuat demi tujuan bangsa dan rakyat Indonesia. Semoga tujuan politik demi kepentingan umum dan bonum commune tercapai melalui realisasi politik keutamaan moral dan kebahagiaan bersama. 

Demikianlah keharusan yang patut dimiliki seorang politisi yang baik, benar, dan luhur. Apakah sulit, menjadi politisi etis dan elitis? ***

*Silverius CJM Lake, Dosen Character Building, Binus University. 

 

RELATED NEWS