'Orang Gila' Pembela Orang Normal, In Memoriam KK Silvester Nong Manis

redaksi - Jumat, 06 Agustus 2021 15:17
'Orang Gila' Pembela Orang Normal,  In Memoriam KK Silvester Nong ManisCover Buku "TOKOH-TOKOH INSPIRATIF DARI NTT" dan judul pada halaman 14 (sumber: FB Even Edomeko)

Oleh Even Edomeko*

SEPULUH hari  setelah kepergiannya, hari ini, Kamis (5/8/2021) Kakak (KK) Sil saya lihat tersenyum. Beliau tersenyum dalam buku karya tulis Kae Antonius Tonggo yang berjudul "TOKOH-TOKOH INSPIRATIF DARI NTT". 

Buku ini sudah lama disiapkan penulisnya, termasuk proses wawancara dengan almarhum, dan terbit persis di saat KK Sil meninggal dunia.  Bab tentang KK Sil ada di halaman14. Judulnya saya jadikan judul catatan ini.

Saya membayangkan KK Sil terbahak membahana kala membaca judul artikel tentang dirinya itu. Selalu begitu, dia. Tapi teman perlu tahu, makna kata "gila"  dan "kegilaan" di sini adalah sseperti yang  dilukiskan oleh Filsuf Michel Foucault (Kegilaan dan Peradaban).

Gampangnya begini: satu-satunya orang gila di antara orang-orang gila adalah orang yang tidak gila. Begitulah KK Sil.

Sejak hijrah dari Malang ke Jakarta (1994) dan bergabung bersama Bpk. V.B. da Costa SH (alm.) di YLBH Veritas, KK  perlahan-lahan mulai dikenal publik, melalui karya advokasi hukum bagi "The Voiceless", "the grass root people", masyakrakat  kecil yangg terbelit hukum, yang untuk sekedar omong pun mereka tak mampu.'  

Sebentar di Jakarta, kaget-kaget dia bel saya, kalau d ia ada di Ambon. Tak lama kemudian dia su kirim foto selfie di Padang atau Kalimantan. Begitu sibuk, sehingga Nong Beneditto Mario Gian Silvano dan KK Kristiana Umi su terbiasa berdua sendirian.

Gegara kadung kondang itu, lama-lama, saya membayangkan KK Sil su jadi orang kaya, sepertipengacara tenar lain. Benarkah???

"Aduh, Wariam... Saya ini rumah saja belum punya...," katanya suatu waktu. Saya kira, ini juga bentuk "kegilaan". Kerja hebat untuk sesama, tapi dirinya sendiri hanya bisa tinggal di rumah kos.

Lamaaaaa kemudian, dia mampu beli sepotong tanah kavling di Bekasi.

"Adikam, untuk bisa biaya hidup keluarga, saya terpaksa nyambi kerja di luar YLBH Veritas," katanya di kesempatan lain. Harap maklum, di VERITAS, KK Sil dkk bekerja tanpa meminta upah kepada orang-orang yang dibelanya. Mereka bahkan membayarkan ongkos-ongkos perkara dari para kliennya.

Uniknya, ketika KK Sil bingung bagaimana bisa membangun rumah mungilnya di Bekasi itu, selalu saja ada orang-orang yang diam-diam mengirimkan batu,  pasir, semen, besi, dll.

"Wariam, saya sendiri tidak tahu, siapa yang kirim. Sopir yang antar barang itu hanya bilang dirinya diperintahkan untuk antar benda-benda tersebut," jelas KK Sil.

(Bersambung)

NB. Buku TOKOH-TOKOH INSPIRATIF DARI NTT bisa dipesan online di aplikasi Play Buku (play store).

*Even Edomeko adalah Camat Nelle, Kabupaten Sikka.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS