Pada Peringatan Hari Bumi, Pakar Lingkungan UNS Sebut Banyak Bencana Akibat Ketidakseimbangan

MAR - Kamis, 22 April 2021 20:44
Pada Peringatan  Hari Bumi, Pakar Lingkungan UNS Sebut Banyak Bencana Akibat KetidakseimbanganHari bumi (sumber: null)

SOLO (SFloresku.com) – Peringatan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April tahun ini mengambil tema “Pulihkan Bumi Kita” atau “Restore Our Earth”, seperti dilansir dari erathday.org.

Dr. Prabang Setyono, M.Si, salah seorang pakar lingkungan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengatakan bahwa nilai keseimbangan Bumi sekarang berkurang. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya bencana yang akhir-akhir ini menimpa dunia, khususnya Indonesia.

Jika menilik data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah bencana yang terjadi di Indonesia sampai 15 April 2021 sebanyak 1.125 kejadian. Hal ini tentu saja bukan angka yang kecil mengingat setiap kejadian bencana memiliki dampak baik material, alam, maupun psikologis korban.

Namun, menurut Dr. Prabang bencana-bencana tersebut harus diklasifikasi lebih lanjut. Tidak semua bencana yang terjadi merupakan bencana alam. Ada pula yang disebut sebagai bencana lingkungan. Salah satu contohnya yakni banjir yang mendominasi kejadian bencana selama 2021 ini. Banjir tidak dapat dikategorikan sebagai bencana alam karena jika ditelusuri lebih lanjut akan didapatkan penyebab banjir di suatu tempat. Kasus yang sering terjadi yakni banjir akibat tidak adanya lagi resapan air di suatu wilayah sehingga air hujan yang tercurah ke Bumi tidak dapat diserap untuk dijadikan air tanah.

Jika kondisi ini dibiarkan, bencana lingkungan yang terjadi akan semakin parah, ibarat bom waktu yang menunggu untuk meledak. Oleh karena itu, tema Hari Bumi tahun ini pas untuk memulihkan kembali Bumi yang sudah koyak. Menurut dosen Prodi Ilmu Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS tersebut, cara memulihkan Bumi yakni dengan mengembalikan daya dukung Bumi.

Daya dukung yang dimaksud ialah komponen-komponen penting yang ada di Bumi seperti air, lahan hijau (hutan), dan mangrove. Daya dukung air misalnya, semua orang butuh air, setiap hari persediaan air yang ada di Bumi digunakan. Namun, semakin hari resapan air semakin berkurang sehingga air hujan yang sedianya bisa diubah menjadi air tanah melalui akar-akar pohon jadi terbuang begitu saja menjadi air permukaan.

“Kalau air itu diambili terus, dieksploitasi terus tanpa ada siklus untuk memasukkan air hujan ke tanah, jadinya kan ada siklus yang terputus. Karena siklus terputus, daya dukung Bumi sedikit demi sedikit berkurang hingga sampai di atas kemampuan Bumi untuk memulihkannya. Untuk itu, perlu kita membangun banyak resapan air,” ujar Dr. Prabang seperti dilansir dari Soloaja.co, jaringan Floresku.com.

Mengembalikan daya dukung Bumi memang terlihat sebagai pekerjaan yang sangat besar dan sulit. Namun, setiap orang nyatanya dapat berkontribusi dengan melakukan langkah-langkah kecil. Langkah-langkah yang dimaksud diantaranya menyediakan resapan air dengan menanam pohon di rumah sehingga jika ada hujan, air hujan tersebut dapat meresap dan mengendap di akar-akar pohon untuk selanjutnya diubah menjadi air tanah.

Selain itu, kita juga dapat menggunakan transportasi umum. Hindarilah menggunakan kendaraan pribadi jika jarak tempuh yang dituju lumayan dekat. Hal itu dapat menekan jumlah emisi sehingga dapat mengurangi efek rumah kaca.

“Kalau satu hal kecil dilakukan satu orang, kemudian diteruskan ke orang lain akan menjadi puluhan orang yang melakukan. Diteruskan lagi menjadi ratusan orang hingga nanti ribuan orang melakukan hal kecil yang sama maka akan terjadi kesadaran kolektif,” pungkasnya.  

Di sisi lain, langkah ini juga harus didukung pemerintah dengan mengeluarkan regulasi-regulasi berbasis lingkungan. Pemerintah harus tegas mengenakan pajak pemulihan bagi siapa saja yang menyebabkan polusi atau kerusakan lingkungan.

“Peraturan yang dibuat harus berkeadilan ekologis atau green legislation. Produk-produk hukum dirancang sebagai produk-produk yang ramah lingkungan. Di mana ada potensi besar kerusakan lingkungan, maka di situ pajak tertinggi ditetapkan. Selamat Hari Bumi. Mari lakukan langkah kecil yang bisa menyalamatkan lingkungan,” tegas Dr. Prabang. 

RELATED NEWS