Padre Marco SVD Beri Lima Makna atas Terowongan Istiqlal -Katedral Jakarta

redaksi - Selasa, 19 Oktober 2021 22:24
Padre Marco SVD  Beri Lima  Makna atas Terowongan  Istiqlal -Katedral JakartaPadre Marco SVD, Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama Vatikan. (sumber: Istimewa)

JAKARTA (Floresku.com) – Selasa, 19 Oktober 2021, pukul 16.45 redaksi media ini menerima pesan melalui aplikasi WhatsApp dari Padre Marco SVD di Roma, Italia.

Padre Marco SVD menulis pesan singkat sebagai berikut: “Baru-baru ini Majalah Hidup Katolik (Pak Sihol) mewawancarai saya beberapa hal seputar Terowong penghubung antara Katedral dan Masjid Istiqlal serta pemaknaannya, dan-lain. (Hasil wancara tersebut) diterbitkan sebagai Sajian Utama edisi cetak dan online dalam Minggu ini. Diizinkan untuk share. Salam sukses dan sehat selalu.”

Pada kesempatan yang sama, Padre Marco juga melampirkan copy ‘Sajian Utama Mingguan Hidup’ edisi 24 Oktober 2021 yang ada pada halaman 14 dan 15.

Baca juga: https://floresku.com/read/terowongan-silaturahmi-masjid-istiqlal-dan-gereja-katedral-jakarta-rampung-akhir-september-ini

Menurut ‘Hidup Katolik’ Padre Marco SVD merasa sangat terkesan dengan dengan inisiatif luar biasa dari pemuka Islam dan Katolik, terkhusus dari Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta yang sudah bekerja dengan keras dan akhirnya sukses membangun terowongan tersebut. Ia juga sangat mengapresiasi upaya unik dan luar biasa ini.

“Ini salah satu yang unik karena sejauh saya tahu, belum ada di seluruh dunia,” kata staf Dewan Kepausan untuk Dialog AntarUmat Beragama Untuk Tahta Suci Vatikan.

Terowongan antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta (Sumber: istimewa)

Lima makna 

Bagi Padre,  terowongan antara Gereja Katedral dan Masjid Istiqal  memiliki beberapa makna. Pertama, terowongan adalah tidak lain dan tidak bukan, adalah sebuah jalan. Jalan membuka kesempatan untuk pertemuan timbal balik dan memudahkan dialog. 

“Dengan membangun terowongan ini, kedua belah pihak (umat Islam dan Katolik,red) ingin mengintensifkan relasi timbal balik antara keduanya. Mereka ingin membuka lebih banyak kemungkinan untuk saling berjumpa dan berdialog. 

Baca juga:  https://floresku.com/read/mantan-uskup-anglikan-pindah-ke-gereja-katolik

Kedua, terowongan  sekaligus menyiratkan pesan bahwa dialog lintas agama atau relasi antaraumat Islam dan umat Katolik (Kristiani) di Indonesia sangat dinamis. 

“Relas antara umat Islam dan Katolik di Indonesia itu tidak semata-mata terpaku atau terikat pada metode-metode klasik yang statis atau tidak bergerak dan tidak bisa berubah, melainkan sebuah aktivitas dinamis yang bisa menembus batas-batas ketakmungkinan,” ucapnya. 

Ketiga, terowongan ini adalah eskpresi relasi persaudaraan yang khusus antara umat Islam dan Katolik di Indonesia.

“Di dalam spirit Dokumen Abu Dhabi yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar al-Azhar, Ahmed al-Tayyeb 2019, terowongan ini adalah eskpresi relasi persaudaraan yang khusus antara umat Islam dan Katolik di Indonesia,” katanya.

Orang Indonesia, baik yang Islam maupun Katolik memeiliki derajat kedekatan persaudaraan yang akrab  sehingga memutuskan mengabadikannya melalui sebuah terowongan. Jadi, terowongan menjadi simbol yang memperkuat relasi persaudaraan yang sudah ada di antara mereka.

Baca juga:  https://floresku.com/read/lebih-dekat-dengan-carlo-acutis-remaja-milenial-yang-telah-jadi-beato

Keempat, terowongan substansinya sama dengan “jembatan” yakni penghubung atau menghubungkan satu titik dengan titik yang lain. 

“Terwongan menghubungkan dua titik yang selama ini dirasa atau dianggap terpisah atau terputus. Dengan adanya terowongan, dua titik yang selama ini terpisah menjadi tersambung kembali,” ujarnya. 

Kelima, terowongan adalah simbol kesuksesan dialog dan kerja sama antara pihak Katolik dan islam di Indonesia sejauh ini.

Padre Marco menerangkan, ada tiga tipologi dialog di dalam Gereja Katolik yaitu dialog kehidupan, dialog perbuatan atau kerja sama, dan dialog  pengamalam beragama (teologis dan spiritualitas). 

“Kehadiran terowongan mau mangatakan bahwa dialog pada tataran tutur kata selalu bisa direalisasikan melalui dialog kerja sama nyata untuk kesejahteraan kita bersama. Kerja sama lintas agama adalah sebuah urgensi nyata dan selalu mungkin. Dibutuhkan keterbukaan dan kemauan baik,” jelasnya.

Terus membangun ‘terwongan’

Pada akhir wawancara dengan Majalan Hidup, Padre Marco menyetir pernyataan Paus Fransikus yang mengatakan, “Barang siapa membangun tembok, dia sendiri akan terkurung di dalam tembok itu. Barang siapa membangun jembatan (baca:terowongan), (dia)  membuka jalan untuk sebuah perjalanan panjang”.

Bertolak dari pernyataan Paus tersebut Padre Marco mengajak agar warga bangsa Indonesia untuk terus membangun terowongan dan jembatan, dan bukan ghetto atau tembok pemisah. 

“Kita butuh terowongan dan jembatan, bukan tembok pemisah,” tegasnya.***

Editor: redaksi

RELATED NEWS