Panti Asuhan Adimister Duli Onan Flotim Minim Fasilitas Belajar Anak Difabel

redaksi - Kamis, 02 Desember 2021 18:12
Panti Asuhan Adimister Duli Onan Flotim Minim Fasilitas Belajar Anak Difabel Panti Asuhan Adimister di Larantuka, Flotim (sumber: Paul K)

LARANTUKA (Floresku.com) - Sinar matahari menyuar garang seluruh wilayah Kota Larantuka, Ibukota Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hawanya terasa menyengat bak terpanggang dalam perapian iklim. Namun, keindahan Kota Larantuka yang elok dipandang mata mampu menampik suhu panasnya.

Tepat di sisi timur Kota, tak jauh dari Bandar Udara Gewatantana, sebuah pangkalan udara kebanggaan masyarakat Flores Timur, terdapat sebuah bangunan tembok permanen berukuran sedang yang kerap disebut Yayasan Panca Duo Panti Asuhan Adimister Duli Onan.

Panti Asuhan Adimister Duli Onan berada di Desa Mudakaputu, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur. Panti ini diprakarsai oleh Arnoldus Dominikus Duli Uran sejak tahun 1998, kemudian dikukuhkan menjadi Yayasan melalui akta notaris pada tahun 2010.

Arnoldus, demikian sapaan akrabnya, memprakarsai Yayasan panti asuhan karena merasa terpanggil mengingat dirinya yang terlahir dari keluarga difabel.

"Banyak suka duka dan keadaan darurat saat mendirikan yayasan ini. Tujuan didirikan untuk menaungi akan difabel," ujarnya kepada wartawan pada Selasa, 30 November 2021.

Perjalanan merawat anak panti yang didominasi anak difabel memang tak mudah. Berbagai dinamika dan konflik pun terus bergulir. 

Tak patah semangat, Arnoldus yang berperan sebagai pendiri sekaligus kepala panti, terus berikhtiar merawat dan memberikan cintanya sehingga konflik tersebut berangsur surut demi kebaikan anak difabel.

"Banyak konflik kepentingan saat itu dan puncaknya tahun 2009. Dalam keadaan konflik itu, saya memutuskan harus mendirikan yayasan sebagai suatu badan hukum untuk memberikan perlindungan terhadap anak difabel," kisahnya.

Sekolah Luar Biasa (SLB) Adimister Duli Onan

Yayasan Panca Duo Panti Asuhan Adimister Duli Onan punya dua unit pelayanan terhadap kelompok rentan, yaitu Panti Asuhan untuk tempat bermukim dan Sekolah Luar Biasa ( SLB) yang memberikan pendidikan layak bagi anak difabel.

SLB sebagai wadah memberikan layanan pendidikan terhadap anak difabel masih minim fasilitas belajar. Saat belajar, fasilitas yang tersedia belum mencakup semua anak yang jumlahnya 47 orang.

"Fasilitas di sekolah masih sangat minim. Tetapi mereka tetap senang. Apalagi saat guru putar lagu, mereka ikut nyanyi dan menari," papar Arnoldus.

Arnoldus mengatakan, fasilitas belajar sangat penting bagi anak-anak difabel untuk menunjang semangat belajar dan kreatifitasnya masing-masing.

Di sekolah, anak-anak difabel ini mendapat perhatian ekstra, khususnya difabel berat. Saat menerima pelajaran, difabel berat menggunakan kasur dan hanya membaringkan badan.

"Kita butuh sekali fasilitas belajar di sekolah. Di sini, difabel yang berat ada 4 orang dan ada beberapa yang lain juga berat tapi masih bisa jalan," katanya.

Menurutnya, pengadaan fasilitas belajar bisa jadi alat terapi untuk anak difabel. Bukan hanya itu, lanjut dia, mereka juga dapat mengasah kemampuan dan kreatifitas seperti anak-anak normal pada umumnya. ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS