Paroki Salib Suci Maurole: Asa Membangun Rumah Tuhan Di Era Pandemi

redaksi - Minggu, 18 Juli 2021 17:57
Paroki Salib Suci Maurole: Asa Membangun Rumah Tuhan Di Era PandemiUmat Paroki Salib Suci Marole bergotong royong membangun gereja baru (sumber: RD Josal)

"BARANGSIAPA membangun Rumah Tuhan pada masa pandemi ini, dia sedang menunjukan keberanian imannya di hadapan Tuhan dan Sesama. Dan Dia sedang membuktikan Kemenangan Salib, Sebab dengan Salib Suci, Kristus Yesus Menyelamatkan dunia" 
(Rd. Josal, Pastor paroki)

RD Josal, Pastor Paroki Salib Suci Maurole (Foto: RD Josal)

Gempa dan 'Barak Suci' 

Sejak gempa tektonik dan Tsunami 12 Desember 1992 melanda Flores, Gereja Salib Suci Maurole, Keuskupan Agung Ende Flores, yang dibangun perdana oleh P. Luis Zurron SVD sejak tahun 1975, ambruk dan hanya menyisahkan beberapa tiang. 

Kala itu, umat bergotongroyong mendirikan 'barak suci' sebutan untuk gedung gereja darurat pasca gempa. Di situ Perayaan Ekaristi dan aneka pelayanan Sakramental dirayakan dalam keterbatasan.

Gereja masa RD Clemens SoA

Gereja baru dipugar pada tahun 2002 bersama RD Clemens SoA, pastor paroki saat itu. Kini Paroki Salib Suci Maurole terus bertumbuh. Jumlah Stasi sekarang ada 4 Stasi besar, Stasi Salib Suci Maurole, St Yoseph Kedoboro, St. Yohanes Pemandi Aewora, dan Stasi SanDominggo Watukamba. Jumlah KK : 2024, menyebar di 78 KUB (Komunitas Umat Basis) di 15 Lingkungan. 

Gereja kecil itu kian penuh sesak. Umat banyak meluber keluar gedung. Dan pada saat pesta besar, seperti Paskah, Natal dan HUT Paroki (14 Sept) gedung mungil itu seakan tak sanggup memeluk luapan iman umat Tuhan yang menggelora. 

Gambar desain gereja yang baru,  bercorak semi byzantium (Sumber: RD Josal)

Membangun gereja baru

Keinginan membangun gereja baru, sudah muncul seperti doa di tengah lautan harapan umat Maurole. Terhitung ada 2 kali Rapat Pleno Karya Pastoral Paroki (2017-2018) fokus diskusi lebih kepada pembangunan Gereja baru Paroki Salib Suci Maurole. 

Panitia Pembangunan dibentuk. Konsultasi dilaksanakan dengan Komisi Pembangunan Keuskupan Agung Ende. Pada Mei 2019, Panitia mendapat restu dari Uskup Agung Ende untuk boleh membangun gereja baru dengan memenuhi syarat kemandirian finansial. Bermodal semangat iman, dan keuangan hasil Kolekte dan swadaya Umat senilai 500juta rupiah, pada tanggal 28 Juni 2019, di pelataran Gereja, Upacara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gereja Salib Suci dilaksanakan. 

Sabda yang terucap jelas kala itu, diambil dari Injil Matius 14: 17-18. Kata Para Murid: "Yang Ada Pada Kami hanya lima roti dan dua ikan. Dan Yesus pun menjawab, Bawalah Kemari KepadaKu". Sabda dan berkat Tuhan, serta seremoni adat menjadi penanda awal karya pergerakan bakti ini. 

Umat datang berduyun menggali fundasi dengan kedalaman 3 meter, Mengapa tiga meter ke dalam permukaan laut? karena kami mendirikan Gereja di atas pasir dan itu tentunya melawan hukum alam dan anjuran biblis. Kalau Yesus memberi makan 5000 orang sampai kenyang dari 5 roti dan 2 ikan, maka kami meneteskan peluh kami pada hamparan pasir Maurole ini untuk mengubahnya menjadi wadas kokoh. 

Kini,  dua tahun sudah, kami sedang mendirikan Gereja berukuran 45 x 25 m, bercorak semi byzantium.  Menurut RAB (Rancangan Anggaran Belanja), biaya pembangunan seharga 8 Milliar rupiah dengan keyakinan dana ada di saku umat dan semua orang yang berkehendak baik. 

Beras Ciherang Lokal SanctaCrux Maurole (Foto: RD Josal)
Padi (gabah) persembahan umat dijemur sebelum digiling dan dijual secara COD (Foto: RD Josal)

Covid-19 dan ide kreatif

Tantangan berat datang di tahun 2020. Pandemi Covid19 menghentikan aktivitas pembangunan kurang lebih tujuh bulan.  Segala rencana harus berubah drastis. 

Mau gencar galang dana di tengah Pandemi? Ah itu harus extra hati-hati penuh pertimbangan. Semua sedang dalam fase mengencangkan ikat pinggang financial.

Di tengah pandemi Covid-19, muncul ide kreatif: menjual beras Cash On Delivery (COD).

Maka,  COD beras Ciherang Lokal SanctaCrux Maurole sebagai bentuk upaya galang dana. 

Padi (gabah) hasil panen sawah dan persembahan umat dijemur dan digiling dengan menjaga aspek higienis sanitasi. Beras lokal ini kemudian dipromosi dengan harga Rp.12,000 per kilo, dan sekarung ukuran 50 Kg diberi harga Rp. 550,000. 

Sudah ada pesanan dari rekan-rekan, baik imam maupun umat, kebanyakan dari Kota Ende. 

Beras Ciherang, memang punya daya pikat. Rasanya enak, gurih apalagi disantap dengan penuh syukur. 

Beberapa adik Katekis dan OMK (Orang Muda Katolik) dilibatkan dalam proses ini. Mereka bekerja dengan giat dan penuh sukacita. Semoga upaya ini makin mendapat tanggapan dari umat. 

Ada juga pesanan dari luar Flores, tapi yang uniknya mereka mempersembahkan beras ini untuk disalurkan ke Panti Asuhan terdekat. 

Selain itu ada Ikatan Alumni Seminari St. Yohanes Berkmans Todabelu Mataloko (Alsemat) yang secara grup membuka kolekte pembangunan bagi Gereja Salib Suci.

Ternyata karya amal dan kebaikan bisa tumbuh di tengah krisis pandemi ini. 
Tuhan tidak diam. Dia mencintai kita dan menguji seberapa kuat iman kita. Bukankah Emas Murni hanya bisa diuji dalam tanur api yang membakar serentak membentuk dan Intan terbentuk pada tempaan lapisan bumi paling dalam? 

Salam Sehat, O Ave Cruce, Spes Unica.. Salam Salib Suci, Harapan Kami Satu-Satunya. 
(Rd Josal Petrus Baleng, Pastor Paroki Salib Suci Maurole)

Editor: Redaksi

RELATED NEWS