Pasar Danga, Rekam Jejak yang Bakal Terus Dikenang

redaksi - Rabu, 08 Desember 2021 14:48
Pasar Danga, Rekam Jejak yang Bakal Terus Dikenang Suasana Pasar Danga, Mbay, Nagekeo (sumber: www.facebook/Anwar Pua Geno)

MBAY (Floresku.com) - ‘Rapih, lega, dan bersih’. Itu kesan utama mengenai kondisi Pasar Danga sekarang. Kesan itu berbanding terbalik dengan keadaan awal 2019 atau tahun-tahun sebelumnya. 

Kala itu, siapa pun yang masuk wilayah Pasar Danga cenderung menutup hidung untuk memblokir aroma tak sedap yang menguap dari campuran aroma keringat para pedagang, calon pembeli dan aroma barang dagangan basah maupun yang kering.

Bukan hanya itu, pada saat musim hujan, setiap pengunjung harus melangkah ekstra hati-hati supaya tidak jatuh tergelincir. Ia juga perlu berjalan pelan-pelan agar pakaiannya tidak terpecik lumpur dari sandalnya sendiri.

Sebaliknya, pada musim panas, siapa pun harus rela bercucuran keringat, karena udara pasar yang pengap.

Waktu itu, Pasar Danga sangat sumpek. Siapa pun yang datang ke sana harus siap bersenggolan dengan calon pembeli lainnya, bahkan dengan para pedagang sendiri. Apalagi, pada Sabtu, hari yang didedikasikan sebagai Hari Pasar Danga oleh warga Mbay dan sekitarnya, juga oleh para papa lele yang datang dari berbagai kampung di seantero Kabupaten Nagekeo, bahkan dari Kabupaten tetangga, seperti Ende Ngada, dan Manggarai. 

Kondisi Pasar Danga kala itu memang kumuh. Bangunan utama pasar sudah tampah uzur dengan atap seng yang mudah terlepas. Bangunan itu dikitari oleh puluhan lapak atau tenda sederhana dari bambu atau kayu dengan atap sementara dari terpal yang rendah. Makanya, para pedagang dan calon pembeli harus merunduk agar kepalanya tidak tepentok bambu penyangga lapak darurat dari bamboo  atau kayu yang dibangun ala kadarnya. Singkat kata, kondisi Pasar Danga kala itu sangat  mirip dengan pasar-pasar yang ada di film-film India atau Thailand, juga Manila yang terkenal kumuh itu.

Kemajuan tak mungkin tanpa perubahan

Novelis, kritikus, esaias, politikus, dan orator Irlandia yang menetap di Inggris.George Bernard Shaw(1856–1950) pernah berkata, “Kemajuan tidak mungkin tanpa perubahan, dan mereka yang tidak dapat mengubah pikiran mereka tidak dapat mengubah apa pun.”

Pola pikir demikian rupanya telah menginspirasi Bupati Yohanes Don Bosco Do dan Wakil  Bupati Wakilnya Marianus Waja sejak mereka dilantik menjadi ‘orang puncak’ di Kabupaten Nagekeo, 23 Desember 2018.

Makanya, tak kurang dari sebulan menjabat Bupati Don sudah mencanangkan peruban Pasar Danga. Tentu saja itu seusai dengan apa yang dijanjikan dalam kampanye bertajuk: Ayo, Mari Berubah! Pada poin empat jelas-jelas tertulis, “Menggerakkan ekonomi rakyat dengan merivatilisasi pasar di setiap kecamatan”. 

Itu sebabnya, Bupati Don dan Wakil Bupati Marianus serius dengan apa yang dijanjikan. Kendati, tidak semua, terutama yang maasih menaruh dedam politik jangka pendek,  berkehendak agar apa yang menjadi program ini berjalan mulus.

Tak heran kalau ketika Bupati Don mengumumkan perombakan Pasar Danga, tak sedikit suara sumbang beredar. Mereka beranggapan bahwa perombakan Pasar Danga belum waktunya, dan bukan sesuatu yang diprioritaskan.

Namun Bupati Don tidak bergeming. Bagi dia, pasar adalah urat nadi pereknomian masyarakat. Oleh karena posisinya yang vital itu, maka pembenahan Pasar Danga harus mendapat prioritas utama.

Januari 2019, sebagian bangunan dan lapak-lapak penjual dalam areal Pasar Danga pun digusur. Sebanyak 840 pedagang dipindahkan sementara ke belakang Podium Lapangan Berdikari Danga.

Waktu itu Sekretaris Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Kabupaten Nagekeo, Imosensi Panda, menjelaskan alasan para pedagang di pasar Danga di pindahkan sementara karena kondisi lokasi pasar Danga yang merupakan pasar induk tidak layak untuk di huni oleh para pedagang dalam berjualan di tempat itu.

"Pasar itu selama ini terkesan semrawut, tidak teratur sehingga menjadi tidak rapih dan kumuh

Kondisi tersebut mendorong Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Koperindag bersama instansi terkait dalam hal ini Dinas PUPR Nagekeo, saat itu melakukan penataan dan pengurugan di lokasi pasar induk tersebut.

Imosensi menjelaskan, para pedagang ini dipindahkan sementara dalam waktu kurang lebih 3 bulan, terhitung sejak hari ini tanggal 18 Januari hingga ke tanggal 18 April 2019.

Tujuannya pemindahan sementara itu untuk memberikan kesempatan kepada pemerintah agar bisa mengatur dan menata serta memperbaiki kembali agar pasar ini menjadi lebih baik.

Anggaran Pembangunan

Upaya pembangunan kembali Pasar Danga memang menarik perhatian publik Nageko. Pasalnya, proyek pembangunan  tersebut menelan biaya yang lumayan besar. 

Kepada media, Kepala Dinas Koperasi, Perdagangan dan Industri dan UMKM Kabupaten Nagekeo, Gaspar Djawa, menyatakan bahwa Pasar Danga akan dibangun dengan anggaran kurang lebih 5 miliar.

“Yang akan dibangun adalah bangunan pasar dan pasar ikan. Sumber dananya adalah Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Tugas Pembantuan (TP)," jelas Gaspar sebagaimana dikutip florespos.co.id, 12 Agustus 2019.

Sementara itu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Pasar Danga Kabupaten Nagekeo, Adrianus Raga, merincikan bahwa anggaran pembangunan Pasar Danga terdiri dari DAK pembangunan pasar ikan, dengan pagu anggaran Rp1.394.955.500 dan Dana Tugas Pembantuan dengan pagu anggaran Rp3.655.930.000.

"Untuk Pasar Ikan yang dibiayai DAK, sudah ditenderkan dan sekarang sedang dikerjakan oleh CV. Marvillas dengan nilai kontrak Rp1.305.548.307,90," ungkapnya. 

Adrianus menambahkan bahwa bangunan Pasar Danga yang akan dibangun adalah pasar Tipe D.

Mengacu ke Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.37/M-DAG/PER/5/2017 tentang Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan, Pasar Rakyat tipe D adalah Pasar Rakyat dengan operasional pasar paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu, jumlah kapasitas pedagang paling sedikit 100 (seratus) orang, dan/atau luas lahan paling sedikit 2.000 m2(dua ribu meter persegi).

Kepala Dinas Koperasi Perindustrian, Perdagangan dan UMKM (Kadis Koperindag dan UKM), Nagekeo, Maria K.S Djawaria (biasa disapa Thyll Djawaria) menjelaskan sebagai pusat kota Kabupaten Nagekeo, pembangunan pasar rakyat Danga di atas tanah pemerintah daerah menjadi urgensi guna menunjang aktifitas ekonomi masyarakat secara maksimal salah satunya yakni aktifitas ekonimi yang terjadi di pasar.

"Postur pasar rakyat Danga Lama kurang layak dan masyarakat menjadi kurang nyaman saat berdagang", ujar Tiell Djawaria kepada floresku.com di ruangan kerjanya, Jumat, 17 September 2021.

Tiell juga memaparkan, selain dari dana Pemda Nagekeo, pembangunan pasar rakyat Danga juga dibantu Kementerian Perdagangan tahun anggaran 2018.

“Selain dari dana Pemda Nagekeo, pembangunan pasar rakyat Danga juga dibantu Kementerian Perdagangan tahun anggaran 2018,” ungkap 

Menyambut Positif

Meski ada yang bersuara sumbang, rencana pembangunan Pasar Danga, umumnya mendapat sambuta positif dari masyarakat. 

Lukas Mbulang, tokoh masyarakat Danga, menyambut rencana tersebut. 

"Saya menyambut baik kabar ini. Hal ini positif. Sebab, penggusuran pasar pada bulan Januari lalu sangat mengguncang perekonomian masyarakat. Padahal, para pedagang pasar mempunyai kontribusi yang sangat besar bagi pergerakan roda ekonomi,"katanya kepada florespos.co.id, medio Agustus 2019.

Lukas mengharapkan agar pembangunan Pasar Danga sesuai dengan mekanisme dan regulasi yang berlaku, agar seluruh proses pembangunan berjalan baik dan lancar, dan tanpa meninggalkan masalah.

"Tentang tender proyek ini, dinas terkait harus umumkan secara terbuka. Kita harapkan sebuah proses yang baik agar pembangunan yang dihasilkan bermanfaat bagi masyarakat," tegasnya.

Sambutan positif juga disuarakan Anastasia Dhiu, salah satu pedagang di Pasar Danga. Anantasi menyatakan dirinya sangat bersyukur apabila Pasar Danga dibangun kembali. 

"Saya senang sekali kalau pasar kembali dibangun. Karena, sejujurnya, pendapatan kami sangat berkurang selama delapan bulan terakhir ini," ucapnya. 

Anastasia mengungkapkan bahwa sebelum pasar digusur, pendapatannya setiap hari pasar mencapai Rp400.000. 

"Delapan bulan ini, pendapatan saya paling banyak Rp150.000. Padahal, saya harus membiayai anak-anak saya yang masih sekolah," ungkapnya. Anastasia berharap agar jika kelak pasar telah dibangun, pembagian lapak dilakukan secara adil dan memperhatikan jenis barang jualan. 

"Saya berjualan buah-buahan. Kalau nanti saya ditempatkan di tempat yang tertutup dan tidak ramai, tentu akan sulit laku, dan akhirnya jualan saya  membusuk dan saya merugi," katanya kepada media Agustus 2019 lalu.

Tanggapan positif juga disampaikan oleh Pimpinan DPRD Kabupaten Nagekeo Kristianus Dua Wea yang menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Nagekeo. 

"Lembaga DPRD sangat mengapresiasi hal ini. Sebab, pasar merupakan roh dari pergerakan ekonomi masyarakat. Selama ini, pergerakan ekonomi masyarakat di ibukota sepertinya mati suri," katanya.

Kris mengharapkan agar pembangunan Pasar Danga berjalan baik dan lancar. "Agar bangunan pasar dapat segera digunakan dan perekonomian di ibukota bangkit kembali," pungkasnya.

Pembenahan Terus Berlanjut

Dua tahun berlalu, Pasar Danga yang direnovasi sudah tegak berdiri. Namun, masih ada juga yang sibuk mempersoalkan prosedur. 

Sah-sah saja sebenarnya, silahkan menempuh jalur hukum, tak usah menyebar opini yang menguras energi. Apalagi kalau hanya bermotif meremehkan, atau bahkan ingin menghapus jejak rekam yang baik dari orang-orang yang sedang memimpin.   

Meski bangungan fisik pasar sudah seleasi, pekerjaan rumah (PR) penataan Pasar Danga terus berlanjut. 

PR besar itu diberikan Bupati Don kepada Maria K.S Djawaria saat melantiknya menjadi Kadis Koperindag-UKM) pada 17 Januari tahun ini. 

Waktu itu, Bupati Don memintanya untuk fokus menata ulang pasar Danga.

“Ibu Thyll, ada PR berat untuk Koperindag  tahun ini. Saya mau lihat kinerja pengelolaan pasa. Saat ini, tempat pelayanan publik paling strategis -dan itu janji kita untuk perbaikan pelayanan publik – adalah pasar. Sebab pasar itu pusat peradaban, tempat  bertemu semua orang. Kalau kita dengelola pasar dengan baik kita dianggap beradab. Mengingat sudah sejak 1 tahun  semenjak pasar lama digusur dan sudah ada bangunan pasar yang baru, maka sudah saatnya Pasar Danga ditata dan dikelola dengan baik,” ujar Thyll menirukan pesan Bupati Don.

Meski mengaku bingung dengan jabatan baru di bidang Perkoperasian yang sebelumya tidak pernah ia geluti, tapi Thyll Djawaria optimis tugas yang diberikan oleh orang nomor satu  di Kabupaten Nagekeo mampu dijalaninya dengan baik berkat komitmen dan prinsip yang kuat. 

Dia mengatakan kunci kesuksesan ada pada pemimpin bagaimana cara membangun komunikasi yang baik dengan semua pihak baik itu staf maupun orang lain.

Semenjak itu, kata Thyll Djawaria, sering berada di antara para pedagang di Pasar Danga guna merelokasi mereka untuk kembali berjualan di lokasi bangunan pasar baru yang sudah disediakan Pemda Nagekeo.

Bahkan ia tidak sungkan untuk berjibaku bersama para staf dan sejumlah pedagang untuk membersihkan sampah di sekitar los pasar ikan baru. Sembari mengobrol santai, membangun komunikasi secara humanis penuh rasa kekeluargaan dengan 52 pedagang ikan dan beberapa pedagang lainya berhasil diarahkan untuk menempati lapak baru.

Atas perintah dari Pak Bupati ia  juga berkordinasi secara lintas sektor dengan Polres, Pol-PP, Perikanan, dengan Danramil untuk menata sektor pasar ikan, mengajak para pedagang untuk pindah dari pasar ikan lama ke pasar ikan yang baru. 

“Soalnya kalau ikan pindah pedagang sayur pun ikut pindah” ujar Djawaria 

Dia menegaskan bahwa mulai saat ini semua pedagang akan dipindahkan ke dalam Pasar sehingga tidak ada lagi yang berjualan di pinggir-pinggir jalan.

Thyll menambahkan, pihaknya memang melakukan pendekatan secara lintas sektor agar  semua komponen terkait bisa terlibat menata pasar Danga ini. Sebab pada prinsipnya kita menginginkanPasar Danga  terisi penuh dan dapat dimanfaatkan secara teratur dan optimal.

Tidak Mudah Mengubah Kebiasaan

Upaya menata Pasar Danga memang tidak semudah membalikkan tangan. Para pedagang dan masyarakat pembeli yang sudah terbiasa dan ‘merasa nyaman’ dengan kondisi Pasar Lama tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan kondisi Pasar Baru.

‘Dulu mereka tidak peduli dengan urusan kebersihan sampah, dan restribusi. Sekarang, hal seperti itu sudah menjadi kewajiban. Mereka harus memperhatikan kebersihan, dan harus melatih diri untuk membuat sampah pada tempatnya,” ujar seorang pengunjung yang enggan disebut namanya.

Thyll Djawaria menjelaskan untuk para pedagang yang sudah menempati lapak baru akan dikenakan tarif retribusi senilai Rp.2.000/M3 per hari.

Saat ini, kata Thyll lagi, retribusi pasar  ditangani oleh Dinas Koperindag mengingat Badan Keuangan Daerah meliliki keterbatasan tenaga. 

“Oleh karena pasar merupakan bagian tupoksi Koperindag, maka kami diminta bantuan untuk melaukan penagihan tertulis di pasar-pasar sekaligus melakukan pembinaan pendampingan terhadap para pedagang,” jelasnya.

Berkaitan dengan retribusi pasar, Camat Aesesa menjelaskan saat ini sudah ada peraturan Bupati (Perbup) yang mana pihak kecamatan diberikan kewenangan.

"Perbupnya baru diserahkan sehingga Camat tinggal tunjuk siapa yang akan mengelola retribusinya. Bisa sajah dari pihak Kelurahan, karang taruna atau pun  badan usaha bersama", jelas Camat Aesesa, Oscar Sina, melalui sambungan suara whatsapp.

Ia melanjutkan, Perbub tersebut merupakan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kecamatan untuk mengelola sekaligus mengatur manajemen pasar.

Oskar Sina juga berharap masyarakat sebagai pelaku penjual dan pembeli bisa menjaga fasilitas infrastruktur di pasar rakyat Danga dengan mengikuti arahan dan peraturan yang dibuat pemerintah.

Pasar lain di Kabupaten Nagekeo

Saat ini terdapat tujuh pasar di wilayah Kabupaten Nagekeo yang sudah dibangun Pemerintah Daerah. Selain Pasar Rakyat Danga, ada Pasar Boawae, Pasar Mauponggo, Pasar Aewoe, Pasar Maumbawa, asar Raja Selatan, dan Pasar Aesesa Selatan.

"Dari ke tujuh pasar yang sudah dibangun ada beberapa yang boleh dikatakan belum aktif. Contohnya pasar Wolowae dan Aesesa Selatan dengan kondisi jalan yang menyulitkan pengunjung sehingga lebih banyak mereka ke pasar Maukaro", ungkap Thyll Djawaria pula.

Thyll juga menambahkan Pasar Raja Selatan belum diaktifkan mengingat kemepilikan pasar tersebut atas nama Desa. Sehingga upaya lanjutan pihak Pemda Nagekeo akan bangun koordinasi dengan pemerintah Desa setempat.

Sebetulnya, lanjud Thyll, di setiap wilayah kecamatan sudah ada pasarnya masing-masing. Ada beberapa yang kondisinya tidak memadai lagi dan perlu dibangun kembali. 

“Kami sudah mengajukan proposal untuk rehabilitasi dan pengembangan pasar-pasar tersebut. Tahun lalu sebenarnya sudah dianggarkan 3,5 miliar. Namun, rencana tersebut belum bisa diwujudkan karena kendala pandemi Covid-19. Anggaran pembangunan mengalami refocusing," ungkapnya.***

*Tim redaksi, berdasarkan liputan Rian dan Paul.

RELATED NEWS