Paus Leo XIV Satukan Suara Iman di Lapangan Martir Beirut

redaksi - Senin, 01 Desember 2025 23:03
Paus Leo XIV Satukan Suara Iman di Lapangan Martir BeirutPertemuan Ekumenis dan Antaragama di Lapangan Martir, Beirut, Senin (1/12) malam. (sumber: Youtube.com-vaticannews.va)

BEIRUT, LEBANON (Floresku.com) - Dalam lanjutan Kunjungan Apostoliknya yang sarat makna, Paus Leo XIV pada hari kedua perjalanannya memimpin sebuah Pertemuan Ekumenis dan Antaragama di Lapangan Martir, ruang publik paling ikonik di Beirut yang sejak lama menjadi simbol pergulatan dan ketabahan rakyat Lebanon.

Pertemuan berlangsung pada Senin (1/12) malam, dihadiri oleh ribuan orang.

Lapangan yang pernah menyaksikan sejarah kelam perang, aksi protes, hingga seruan reformasi itu kembali menjadi tempat perjumpaan—kali ini mempertemukan para pemimpin berbagai Gereja Kristen, tokoh Muslim Sunni dan Syiah, komunitas Druze, dan perwakilan agama lainnya. 

Mereka hadir bukan hanya sebagai pemimpin umat, tetapi sebagai penjaga masa depan koeksistensi Lebanon.

Dalam pidatonya, Paus Leo XIV menggarisbawahi akar identitas Lebanon: sebuah bangsa yang tumbuh dari keberagaman dan disatukan oleh tekad untuk hidup berdampingan. Ia menegaskan bahwa di tanah yang penuh luka sejarah, agama ditantang untuk menjadi “jalan menuju dialog, bukan tembok pemisah.”

“Jika Lebanon ingin bangkit, maka persaudaraan lintas iman harus menjadi fondasinya,” ujar Paus, mengajak seluruh pemimpin agama membangun kembali kepercayaan sosial yang lama terkikis oleh konflik dan krisis ekonomi.

Para tokoh agama Lebanon menyambut seruan tersebut dengan nada optimis. Mereka menilai bahwa suara Paus Leo XIV menjadi dorongan moral bagi masyarakat yang masih berjuang menavigasi ketidakpastian politik dan tekanan hidup yang berat.

Pertemuan ditutup dengan doa bersama—sebuah momen sederhana namun kuat—yang dipanjatkan untuk para korban kekerasan, bagi kesejahteraan rakyat, dan untuk masa depan Lebanon yang lebih damai. Di tengah bangunan tua Beirut yang menyimpan kisah panjang, suara doa lintas agama itu menjadi pengingat bahwa harapan selalu mungkin, bahkan di tengah reruntuhan. (Sandra-Sumber: Katolikku.com). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS