Pemkab Nagekeo dan BPOPLBF Tandatangani MoU Untuk Percepat Pembangunan Parekraf

redaksi - Senin, 10 Mei 2021 21:14
Pemkab Nagekeo dan BPOPLBF Tandatangani MoU Untuk Percepat Pembangunan ParekrafBupati Nagekeo Yohanes Do Bosco Do dan Dirut BPOPLBF Shana Fatina saat penandatangan MoU Kerjasama Percepatan Pembangunan Parekraf (Foto:Protkompim NK) (sumber: null)

MBAY (Floresku.com) - Bupati Nagekeo Yohanes Don Bosco Do didampingi Asisten II, Syarifudin Ibrahim dan Sekretaris Bapelitbangda, Kasmir Dhoy. menerima DirekturBadan Pelaksana Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOPLBF) , Shana Fatina, di Ruang Kerja Bupati Jl. Kantor   Bupati Nagekeo, Lape, Aesesa, Rabu (5/5).

Kedatangan Direktur Utama BPOPLBF bersama jajarannya ke Nagekeo adalah dalam rangka Penandatangan MoU antara dan Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemkab) Nagekeo guna mempercepat pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di Kabupaten Nagekeo.

Sebelum Penandatanganan, Sekretaris Bapelitbang memapaparkan Hasil Pembahasan Rencana Kerja Pokja Percepatan Pembangunan Pariwisata dan Ekraf Kabupaten Nagekeo dan BPOPLBF.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2018, BPOLBF memiliki fungsi otoritatif dan koordinatif dengan pemerintah 11 Kabupaten di Flores, Alor, Lembata, dan Bima (Floratama) dalam upaya percepatan pengembangan Pariwisata dan Ekraf yang berkelanjutan dan berdaya saing.

Salah satu langkah adalah dengan kesepakatan kerja sama Pemda Nagekeo dan BPOLBF sebagai wujud konkret komunikasi, koordinasi dan kolaborasi pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif berkelanjutan di Kabupaten Nagekeo.

Kampung Kawa

Kabupaten Nagekeo memilik sejulah obyek  wisata. Namun, saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan Kampung Kawa sebagai salah satu tujuan pariwisata di Nagekeo prioritas.

Kampung Kawa masih sangat tradisional dengan warga yang menjunjung tinggi adat istiadat setempat. Secara geografis, Kampung Kawa terletak di bagian barat Desa Labolewa dengan jarak tempuh kurang lebih 10 kilometer dari Desa Labolewa dan 15 km dari Kota Mbay, ibu kota Kabupaten  Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kampung ini berada persis di punggung Gunung Amagelu dengan landskap berlatar belakang Gunung Ebulobo.

Pelaksana tugas (Plt) Bappedalitbangda  Nagekeo Kasmir Dhoy menyatakan Kampung Kawa telah bersanding dengan Kampung Waerebo di Manggarai dan Bena di Kabupaten Ngada.

"Kampung Kawa, salah satu destinasi unggulan Nagekeo, kini telah menjadi salah satu destinasi yang diunggulkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Flores-Daratan," kata Kasmir kepada awak media, Rabu (5/5). 

Dia mengatakan tantangan besar memasukkan Nagekeo ke dalam rencana perjalanan wisatawan di Flores-Daratan telah membuahkan hasil.

Bila sebelumnya hanya menjadi tempat lewat wisatawan menuju Ende dan Ngada, maka kini Kawa sudah menjadi salah satu tempat tujuan wisatawan.

"Mari kita bangun pariwisata Nagekeo dari Kampung Kawa. Bila Kampung Kawa adalah busur, maka potensi wisata lainnya adalah anak panahnya," dia menyebutkan.

Sementara Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi pada Dinas Pariwisata Nagekeo, Edy Due Woi mengatakan, Kampung Kawa kini menjadi top satu pariwisata Nagekeo.

Berkat kunjungan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada 2020, maka Kampung Kawa masuk menjadi pola pariwisata perjalanan nasional maupun internasional.

Adapun dua kategori yang menjadi alasan Kemenpar yakni kampung adat atau kampung tradisional dan potensial untuk nomadic tourism (tracking dan cycling).

"Apa yang menarik dari Kampung Kawa? Komponen pariwisata lengkap sekali, pariwisata lanskap ada, wisata alam dapat, ada wisata gunung dan tracking. Kawa juga sangat potensial untuk nomadic tourism seperti camping dan touring," ujarnya.

"Ekosistem ring of Amagelu. Kawa, Lambo, Ngegedhawe, air terjun Ngabatata dan Rendubutowe kalau waduk lambo sudah dibangun," dia menambahkan.

Namun demikian, adapun tiga catatan Kemenpar yakni aksesibilitas,  amenitas pariwisata, dan sanitasi (kebutuhan air). Pihaknya kini tengah berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar itu.

"Kalau bicara keaslian, memang masih terjaga sampai sekarang. Keaslian itu yang kita harus pertahankan dalam konsep sustainable tourism atau wisata berkelanjutan," dia memungkasi.  (Ririn)

RELATED NEWS