Pesan Dewan Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama Menyambut Bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1442 H
redaksi - Senin, 12 April 2021 19:56Cardinal Miguel Ángel Ayuso Guixot, M.C.C.J., President of the Pontifical Council for Interreligious Dialogue atau Dewan Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama (vaticannews.va)
VATICAN (Floresku.com) - Menyambut datangnya Ramadhan dan Idul Fitri 1442 H/2021 AD, Dewan Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama (DKDA) di Vatican menyampaikan pesan khusus. Pesan yang diterbitkan di Vatikan, 29 Maret 2021, dan ditandatangani oleh Presiden DKDA Miguel Ångel Cardinal Ayuso Guixot, MCCJ President bersama Rev. Msgr. Indunil Kodithuwakku Janakaratne Kankanam, selengkapnya demikian:
Umat Kristiani (Katolik) dan Umat Muslim: Saksi-Saksi untuk Sebuah Harapan
Saudara dan saudari Umat Muslim yang terkasih,
Kami di Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama dengan penuh suka cita menyampaikan salam persaudaraan kami untuk bulan yang kaya akan berkah Ilahi dan meningkatnya pendalaman spiritual. Puasa, bersama dengan doa, sedekah serta praktik kesalehan yang lain, membawa kita lebih dekat dengan Tuhan Sang Pencipta kita dan juga pada semua orang di sekitar kita dimana kita hidup dan bekerja, dan membantu kita untuk terus berjalan bersama di jalan persaudaraan.
Selama dalam bulan-bulan penderitaan, kesesakan dan kesedihan yang panjang ini, terutama selama periode penguncian (lockdown), kami sungguh merasakan kebutuhan akan adanya bantuan Ilahi, namun juga muncul kebutuhan untuk mengekspresikan perhatian dan gerakan solidaritas persaudaraan: sebuah panggilan telepon, sebuah perhatian dalam bentuk pesan yang mendukung, penghiburan, doa, pertolongan untuk membeli obat atau makanan, nasihat, atau apapun, yang secara sederhana, membuat kita merasa aman karena mengetahui bahwa seseorang selalu ada untuk kita pada saat dibutuhkan.
Bantuan Ilahi yang kita butuhkan dan kita cari, khususnya dalam situasi pandemi saat ini, menjadi berlipat ganda: belas kasih, pengampunan, pemeliharaan, karunia spiritual dan material lainnya. Namun, yang paling kita butuhkan sekarang ini, adalah harapan. Maka, pada saat ini, kami pikir pantas kiranya untuk berbagi dengan anda beberapa refleksi tentang kebajikan ini. Seperti kita sadari, harapan, tentunya termasuk optimisme, adalah melampaui segala hal. Sementara optimisme adalah sikap manusia, maka pengharapan memiliki dasar pada sesuatu yang religius: Tuhan mencintai kita, dan karena itu memelihara kita melalui penyelenggaraan-Nya. Ia melakukan ini dengan cara-Nya sendiri yang misterius, yang tidak selalu dapat kita pahami.
Dalam situasi ini, kita seperti anak-anak yang yakin akan perhatian penuh kasih orang tuanya, tetapi belum dapat memahami sepenuhnya. Harapan muncul dari keyakinan kita bahwa semua masalah dan pencobaan kita memiliki arti, nilai dan tujuan, betapapun sulit atau tidak mungkinnya bagi kita untuk memahami alasannya atau untuk menemukan jalan keluarnya. Harapan juga disertai dengan keyakinan akan kebaikan yang ada di hati setiap orang. Seringkali, dalam situasi kesulitan dan keputusasaan, bantuan, dan harapan yang ditimbulkannya, dapat datang dari orang-orang yang paling tidak kita harapkan. Persaudaraan manusia, dalam berbagai manifestasinya, menjadi sumber harapan bagi semua, terutama bagi mereka yang membutuhkan.
Syukur kepada Tuhan Pencipta kita, dan kepada sesama kita, baik laki maupun perempuan, atas tanggapan yang cepat serta solidaritas yang penuh kemurahan hati, yang ditunjukkan oleh orang-orang beriman dan juga orang-orang yang berkehendak baik tanpa afiliasi agama di saat bencana, baik alami maupun buatan manusia, seperti konflik dan perang. Semua pribadi ini dan kebaikan mereka mengingatkan kita sebagai rang-orang yang percaya, bahwa semangat persaudaraan adalah universal, dan melampaui semua batasan: etnis, agama, sosial dan ekonomi.
Dalam mengadopsi roh ini, kita meniru Tuhan, yang memandang dengan penuh kebajikan pada umat manusia yang Ia ciptakan, pada semua makhluk lain dan pada seluruh alam semesta. Inilah sebabnya mengapa kasih dan kepedulian yang tumbuh di planet ini, "rumah bersama" kita, menurut Paus Fransiskus, merupakan bentuk lain untuk tanda harapan. Kami juga menyadari bahwa harapan memiliki musuh seperti: kurang percayanya pada kasih dan perhatian Tuhan; kehilangan kepercayaan pada saudara dan saudari kita; pesimisme; keputusasaan dan seterusnya, generalisasi yang tidak adil berdasarkan pengalaman negatif seseorang, dan sebagainya. Pikiran, sikap, dan reaksi yang berbahaya ini harus dilawan secara efektif, untuk memperkuat harapan kepada Tuhan dan kepercayaan kepada semua saudara dan saudari kita.
Dalam Surat Ensiklik Fratelli Tutti baru-baru ini, Paus Fransiskus sering berbicara tentang harapan. Di sana ia memberi tahu kita: “Saya mengundang semua orang untuk memperbarui harapan, 'karena harapan berbicara kepada kita tentang sesuatu yang berakar dalam di setiap hati manusia, terlepas dari keadaan dan kondisi historis kita. Harapan berbicara kepada kita tentang kehausan, aspirasi, kerinduan akan kehidupan yang terpenuhi, keinginan untuk mencapai hal-hal besar, hal-hal yang memenuhi hati kita dan mengangkat semangat kita ke realitas luhur seperti kebenaran, kebaikan dan keindahan, keadilan dan cinta... dan itu bisa membuka kita pada cita-cita besar yang membuat hidup lebih indah dan berharga' (lih. Gaudium et Spes, 1).
Maka, marilah kita terus maju di sepanjang jalan pengharapan” (no. 55). Kita, umat Kristiani dan Muslim, terpanggil menjadi pembawa harapan, untuk kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang, dan menjadi saksi, pemulih dan pembangun harapan ini, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan dan keputusasaan.
Sebagai tanda persaudaraan spiritual kami, kami membawa anda dalam doa kami, dan kami mengirimkan harapan terbaik untuk Ramadhan yang damai dan berbuah, dan untuk Idul Fitri yang penuh kebahagiaan.
Vatikan, 29 Maret 2021
Miguel Ångel Cardinal Ayuso Guixot, MCCJ (Presiden)
Rev. Msgr. Indunil Kodithuwakku Janakaratne Kankanam (Sekretaris)