Pesan Inspiratif: Bahaya Egoisme
redaksi - Senin, 17 Juni 2024 05:29Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
SERING kita jumpai orang-orang egois, yang hanya berpikir dan berjuang untuk memenuhi apa yang diinginkan. Kepentingan diri dan keluarga menjadi segala-galanya.
Mereka sangat berambisi untuk mendapatkannya. Sebaliknya orang lain dan kepentingannya tidak pernah dipedulikan.
Dan, mereka bisa gunakan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya. Bisa gunakan jabatan dan kuasa untuk mengancam, menjauhkan atau menutup mulut.
Atau cara-cara brutal dan tidak manusiawi, seperti menghabisi dan membunuh penghalang, sebagaimana terjadi di antara binatang-binatang buas.
Raja Ahab.adalah contoh seorang egois dan ambisius. Ia inginkan kebun anggur Nabot, seorang Israel. Ahab minta supaya ia tukar dengan kebun anggur lain dan belinya dengan uang.
Tetapi Nabot menolak karena alasan kesetiaan pada tradisi Yahudi. Ia berpegang teguh pada tradisi nenek.moyangnya. Bagi orang Israel tanah warisan nenek moyang hanya boleh digunakan, dan tidak boleh diperjualbelikan. Dan, kebun anggurnya adalah warisan leluhurnya. Maka mesti diwariskan kepada turunan lain.
Penolakan Nabot membuat Ahab gusar hati. Ia merengek dan mogok makan. Izebel, isterinya, gunakan kesempatan untuk ambil hati sang suami. Ia manfaatkan kuasa Ahab sebagai raja.
Atas nama raja, ia buat siasat kotor dan menulis surat dengan meterai raja, disertai tuduhan palsu, "Nabot telah mengutuk Allah dan raja". Mereka juga sebarkan berita palsu itu kepada seluruh rakyat. Akibatnya Nabot dilempari denan batu sampai mati, (1 Raj 21, 1-16).
Kita berjuang untuk menjauhkan sikap egoisme dari hati dan pikiran. Egoisme sangat berbahaya. Dan, egoisme bisa menjadi racun yang membahayakan diri sendiri dan orang lain di sekitar kita.
Semoga Tuhan memberikan kita hati yang terbuka dan penuh belas kasihan, tanpa iri, benci dan dendam. Tidak hanya berpikir untuk kepentingan diri, keluarga dan kelompok. Tetapi, membiarkan orang lain menjalani hidup sebagaimana mestinya.
Kewapante, 17 Juni 2024. ***