Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
Doa dan berdoa merupakan ungkapan penyerahan diri kepada Tuhan. Dalam dan melalui doa seseorang mengungkapkan diri dan pengalamannya kepada Tuhan.

Seseorang mengungkapkan pujian, syukur dan permohonan kepada Tuhan. Memang Tuhan sudah mengetahui seluruh pengalaman hidup. Apa yang kita inginkan dan butuhkan. Tetapi, tetap saja kita memohon sesuatu dari Allah.

Perikop Injil Luk 18:9-14 melukiskan tentang pengalaman doa seorang Farisi dan pemungut cukai. Sikap doa keduanya sungguh bertolak belakang.

Orang Farisi berdoa sambil berdiri dan mengungkapkan segala sesuatu yang telah ia lakukan. Ia sebutkan segala kebaikannya termasuk berpuasa, memberi sedekah .

Ia juga menganggap diri lebih baik dan lebih suci daripada orang lain karena ia bukan pembunuh,  perampok, bukan orang lalim, dan bukan seperti pemungut cukaii yang sedang berdoa bersamanya.

Sedangkan pemungut cukai berdiri jauh dari altar Tuhan. Ia menundukkan  kepala dan sambil memukul dadanya, ia berkata..."ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa imi", (Luk 18:13).

Allah membenarkan si pemungut cukai karena sikap rendah hati yang ditunjukkannya dalam doa.  Sedangkan, doa orang Farisi tidak berkenan kepada Allah karena ia sombong, dan meninggikan diri-Nya.

Sebagai pengikut Yesus kita belajar untuk bersikap rendah hati baik dalam doa maupun dalam hidup sehari-hari.

Allah telah mengetahui segala sesuatu yang kita inginkan, bahkan termasuk keinginan yang masih tersembunyi dalam hati. Maka kita tidak perlu menyebutkan semuanya.

Kita hendaknya bersikap seperti si pemungut cukai. İa.menyadari kedosaannya dan dengan rendah hati memohon ampun. Allah mengabulkan doa orang yang merasa diri kecil dan tidak punya apa-apa.

Semoga Tuhan sungguh berkenan atas doa dan persembahan kita kepada-Nya.

Kewapante,  29 Maret 2025