Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

Yesus diutus Bapa ke dunia untuk menghadirkan damai sejahtera. Kejatuhan manusia ke dalam dosa menghancurkan relasi dengan Allah. Manusia memusuhi Allah. Manusia jauh dari Allah.

Tetapi,  Allah dalam Yesus, Putera-Nya, hadir untuk memulihkan kembali hubungan dengan manusia, yang telah hancur akibat dosa dan salah.

Ketika Yesus mengutus ketujuh puluh murid dan mengutus mereka berdua-dua ke kota dan desa, pesan utama yang hendaknya mereka sampaikan adalah "Damai sejahtera bagi rumah ini", (bdk Luk 9:5).

Yesus minta mereka agar menetap di rumah itu, makan dan minum apa yang disediakan dan tidak berpindah-pindah rumah.

Yesus minta agar para murid membangun persaudaraan dan kekeluargaan dengan setiap keluarga yang dikunjungi. Waktu ada bersama menjadi kesempatan untuk saling mengenal dan mencintai satu sama lain.  

Sebagai pengikut Yesus kita pun diutus untuk membawa damai kepada siapa saja yang kita jumpai. Syarat supaya kita bisa menjadi pembawa damai maka kita mesti menjadi orang yang mencintai damai.

Hanya orang yang mencintai damai dan hatinya penuh damai mau membagikan damai sejati kepada setiap orang yang kita jumpai. Sebab damai sejahtera bukan sekedar kata-kata kosong atau wacana dan cita-cita.

Orang yang hidup dalam damai sejahtera pantas membawa damai dan membagikan damai itu kepada orang lain.

Sebaliknya orang yang hatinya penuh kebencian dan kebusukan tidak pernah hidup dalam damai dan tidak pantas menjadi pembawa damai bagi orang lain.  

Karena itu, hendaknya kita bersatu dengan Yesus sehingga kita mendapatkan kekuatan dan rahmat-Nya.

Kita pun akan hidup dalam damai dan menjadi pembawa damai apabila kita sungguh bersatu dengan Yesus Kristus.  Semoga!!

Kewapante, 18 Oktober 2024. ***