Pesan Inspiratif: Yesus Datang Membawa Pedang dan Bukan Damai

redaksi - Senin, 15 Juli 2024 05:08
Pesan Inspiratif: Yesus Datang Membawa Pedang dan Bukan DamaiPater Gregor Nule, SVD (sumber: Dokpri)

Oleh: Pater Gregor Nule SVD

DALAM hidup sehari-hari pedang berfungsi untuk memotong, membelah dan memisahkan. Pedang memotong dan  memisahkan satu bagian dengan bagian lain dari pohon atau benda lain.

Sedangkan, damai atau kedamaian adalah perasaan dan pengalaman tenang, aman dan tenteram. Ketika orang hidup  damai dengan orang lain maka ada persatuan, kesatuan dan kerukunan.

Kalau mau dapatkan damai dalam suatu konflik dibutuhkan dialog, kerja sama  dan upaya temukan solusi damai. Sebaliknya, jika gunakan pedang dan kekerasan maka konflik pasti  tidak pernah akan selesai. Kekerasan akan mendatangkan kekerasan yang lebih brutal.

Yesus tegaskan bahwa Dia datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang, (Mat 10,34).   Mengapa? Kehadiran  dan panggilan Yesus menuntut tanggapan, entah menerima atau menolak-Nya.

Orang yang menerima Yesus, mengikuti-Nya dan melaksanakan ajaran-Nya akan bertentangan dengan orang yang menolak Yesus dan tidak mengikuti ajaran-Nya. Orang yang menerima Yesus hidup dalam kebenaran dan melakukan kebaikan menurut ajaran Yesus dan perintah-perintah Allah.

Sebaliknya, orang yang menolak Yesus akan tetap hidup dalam keyakinan dan pola hidup lama, yang bisa saja bertolak belakang dan bertentangan dengan kebaikan,kebenaran, keadilan serta perintah-perintah Allah. Mungkin ia masih hidup dalam kegelapan dan dosa.

Menjadi murid Yesus menuntut pertobatan dan pembaharuan hati. Seorang murid Yesus mesti menyelaraskan pola pikir, sikap, tingkah  laku dan pilihan-pilihan hidup dengan ajaran Yesus dan tuntutan Kerajaan Allah. Hidup lama mesti diubah dan diganti dengan hidup baru menurut Yesus.

Karena itu, keputusan menjadi murid Yesus bisa punya konsekuensi pemisahan dan bahkan permusuhan di antara anggota  serumah dan keluarga. Bisa saja seorang anak melawan ayahnya. Atau seorang anak perempuan melawan ibunya. Atau, menantu melawan ibu mertuanya, dan seterusnya.

Mari kita belajar menjadi murid Yesus yang setia dan konsekuen dengan keputusan memilih dan mengikuti Yesus. Semoga!

Kewapante, 15 September 2024

Editor: redaksi

RELATED NEWS