Pesan Isnpiratif: Jalan Pertobatan yang Benar

redaksi - Jumat, 21 Maret 2025 23:03
Pesan Isnpiratif: Jalan Pertobatan yang BenarIlustrasi: Sang ayah menerima anak hilang yang kembali ke rumah. (sumber: Katolikku.com)

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

Manusia selalu cenderung membuat pemisahan antar kelompok atas alasan dan motivasi yang berbeda-beda.

Ada kelompok ideologi, ada kelompok minat dan bakat, ada kelompok profesi, dan macam-macam kelompok lainnya.

Perikop Injil Luk 15:1-4.11-32 melukiskan tentang sikap orang orang Farisi dan ahli Taurat yang anggap diri suci, saleh dan bersih.

Mereka pisahkan diri dari para pemungut cukai, orang berdosa dan Yesus yang justeru bergaul dan makan bersama dengan mereka.

Ahli Taurat, orang Farisi, para imam kepala dan tua-tua Yahudi mengkritik Yesus dan menjauhkan para pemungut cukai dan orang berdosa dari pergaulan sehari-hari.

Berhadapan dengan kenyataan ini Yesus memanggil mereka untuk bertobat, baik para pendosa maupun para pemuka agama.

Kelompok para pendosa segera mendengarkan ajaran dan panggilan Yesus. Mereka datang kepada Yesus, berobat dan percaya kepada-Nya.

Mereka diterima oleh Yesus. Mereka berbagi hidup dan makan bersama dengan Yesus. Mereka bertobat dan mendapatkan keselamatan yang dijanjikan Yesus.  

Sebaliknya, para pimpinan agama merasa diri suci, bersih dan tak butuhkan rahmat Allah. Mereka menutup diri terhadap Allah. Mereka juga tidak bertobat dan tidak menerima Yesus.

Orang-orang berdosa bertobat dan menjadi murid Yesus. Sedangkan para pemimpin agama tidak bertobat karena mereka tidak berdosa.  

Sebagai pengikut Yesus kita belajar dari orang-orang berdosa yang terdiskriminasi. Kita mesti bersikap rendah hati dan menyadari diri sebagai orang berdosa, mengaku dosa dan bertobat.

Tanpa merasa diri berdosa maka seseorang  tidak mungkin mau bertobat. Dan jika orang tidak bertobat maka ia juga tidak mendapatkan pengampunan dari Allah.  

Anak hilang mewakili orang-orang berdosa yang setelah jatuh ke dalam dosa, menyadari kedosaan, menyesal, mengakui dosa di hadapan Bapa dan bertobat.

Sedangkan, anak sulung mewakili kelompok yang anggap diri bersih dan suci. Ia tidak hanya memisahkan diri orang-orang berdosa. Ia berpikir negatif terhadap mereka.

Anak bungsu dan orang-orang berdosa yang bertobat mengalami pengampunan dari Allah, bersatu dengan Allah dan selamat.

Sedangkan, anak sulung dan para pemimpin agama Yahudi merasa tidak perlu bertobat. Maka mereka tidak alami rahmat keselamatan dari Allah.

Kita belajar agar selalu bertobat sehingga kita menjadi sahabat Yesus dan anak Allah. Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!

Kewapante, 22 Maret 2025. ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS