Prof. Dorodjatun dan Globe Inspiratif

redaksi - Senin, 22 Desember 2025 21:25
Prof. Dorodjatun dan Globe InspiratifProf. Dr. Dorodjatun Kuntjoro—begawan ekonomi Indonesia— saat berbagi pengalaman dan inspirasi kepada warga Sekolah Tunas Indonesia dan Akademi Perhotelan Tunas Indonesia, Senin (15/12). (sumber: Panitia Seminar STI)

APA  arti sebuah globe? Pertanyaan sederhana ini mengemuka di hadapan sekitar 150 siswa Sekolah Tunas Indonesia (STI) dan mahasiswa Akademi Perhotelan Tunas Indonesia (APTI) yang memadati STI Theatre, Bintaro Sektor IX, Senin (15/12). 

Pertanyaan itu muncul bukan tanpa alasan. Hari itu, Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro—begawan ekonomi Indonesia—hadir bukan hanya membawa gagasan, tetapi juga sebuah globe yang sarat makna.

Bagi sebagian orang, globe hanyalah alat bantu pelajaran geografi. Namun di tangan Prof. Dorodjatun, globe menjelma menjadi simbol mimpi, harapan, dan masa depan yang terbuka luas. 

Mantan Menteri Koordinator Perekonomian era Presiden Megawati Soekarnoputri (2001–2004) itu mengajak para pelajar untuk berani bermimpi melampaui ruang dan waktu.

“Dunia tidak pernah berhenti bergerak. Mimpi pun seharusnya tidak dibatasi usia,” ujarnya. Pernyataan itu terasa kuat, mengingat di usia senja Prof. Dorodjatun masih aktif berkarya dan dipercaya sebagai Komisaris PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. Tepuk tangan dan decak kagum pun mengiringi pengakuannya.

Prof.Dorodjatun saat berbagai isnpirasi di Sekolah Tunas Indonesia, Senin (15/12).

Sambil memutar globe, pria kelahiran Rangkasbitung, Banten, 25 November 1939 ini menyampaikan pesan reflektif. Setiap putaran globe, katanya, melambangkan dinamika dunia yang terus berubah. 

Dari satu titik kecil tempat seseorang dilahirkan, terbentang ribuan kemungkinan: kota, budaya, bahasa, dan profesi yang menunggu untuk dijelajahi.

Baca juga:

https://floresku.com/read/mahasiswa-apti-tangsel-tampil-prima-di-ajang-open-house-sekolah-tunas-indonesia

Pesan itu terasa relevan bagi para siswa yang kerap merasa masa depannya dibatasi oleh kondisi ekonomi, geografis, atau latar belakang keluarga. 

“Globe ini seakan berbisik bahwa hidup tidak berhenti di satu tempat,” ujar Prof. Dorodjatun. Dunia, menurutnya, selalu menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau belajar dan berusaha.

Sebagai ekonom yang bersama Emil Salim, Ali Wardhana, dan J.B. Soemarlin kerap disebut bagian dari “Mafia Berkeley”, Prof. Dorodjatun menekankan bahwa globe juga merangsang imajinasi karier. 

Dari peta dunia itu, siswa dapat membayangkan diri menjadi pilot yang menjangkau wilayah terpencil, diplomat yang merajut perdamaian, wirausahawan yang berinovasi lintas negara, hingga peneliti yang menjaga keberlanjutan bumi.

Penerima Bintang Mahaputera Adiprana dari Pemerintah Indonesia dan Order of the Rising Sun, Gold and Silver Star dari Pemerintah Jepang ini juga menggarisbawahi pentingnya sikap mental global.

 Di era globalisasi dan digitalisasi, batas negara kian kabur. Yang menjadi “paspor” utama bukan lagi asal-usul, melainkan keterampilan, kreativitas, dan karakter.

Prod Dodojatun dan istri didampingi Ketua Yayasan  Tunas Karya Persada Nusantara berfoto bersama warga STI dan APTI, Senin (15/12), 

Menurutnya, kebiasaan memandang dunia secara luas akan mendorong siswa untuk belajar bahasa asing, mengembangkan kompetensi lintas budaya, dan membuka diri terhadap kolaborasi global. 

Hal itu tercermin dalam seminar yang berlangsung hampir dua jam tersebut, yang sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris. Para siswa tampak mampu mengikuti dan berkomunikasi dengan baik.

Sesi tanya jawab menjadi salah satu bagian paling hidup. Salah satu pertanyaan yang mengemuka adalah apakah mimpi besar benar-benar terbuka bagi semua orang, atau hanya milik mereka yang memiliki privilese. 

Prof. Dorodjatun menjawab dengan tegas: mimpi bersifat inklusif. Seperti globe yang ia tunjukkan, dunia terbuka bagi siapa saja yang mau belajar, bekerja keras, dan berkomitmen.

Ia juga menyinggung posisi Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat atau kelima di dunia. Menurutnya, kekuatan demografis ini merupakan modal besar bagi generasi muda untuk tampil dan berkiprah di tingkat global, tanpa merasa kecil atau terpinggirkan.

Baca juga:

https://floresku.com/read/akademi-perhotelan-tunas-indonesia-bintaro-tangsel-gelar-ospek-siapkan-lulusan-perhotelan-tembus-pasar-global

Kesan mendalam dirasakan para peserta. Muhammad Bani, mahasiswa APTI, mengaku terinspirasi untuk berani bermimpi besar di era global. 

Sementara itu, Maximus Ali Perajaka, dosen Pengantar Pariwisata sekaligus Pembantu Direktur II APTI, menilai Prof. Dorodjatun sebagai figur teladan yang konsisten menunjukkan profesionalisme lintas rezim, dari era Presiden Soeharto hingga Megawati.

Maximus juga menyoroti kiprah Prof. Dorodjatun pasca jabatan menteri, termasuk perannya sebagai Co-Chair Panel 45 Sidang Umum PBB ke-60 dan anggota Dewan Pengarah Lemhannas. Semua itu, katanya, menunjukkan ketokohan yang patut diteladani generasi muda.

Melalui simbol sederhana bernama globe, Prof. Dorodjatun Kuntjoro berhasil menyampaikan pesan edukatif yang kuat: pendidikan sejati bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga keberanian bermimpi dan kesiapan menapaki dunia yang tanpa batas. (RB – APTI). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS