Pupuk Indonesia Masuk Daftar Fortune SEA 500, Posisi ke-69!
Justina Nur Landhiani - Rabu, 18 Juni 2025 21:33
JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (Persero) kembali masuk dalam daftar Fortune Southeast Asia 500 (FSEA500) 2025, yang memuat 500 perusahaan terbesar di kawasan Asia Tenggara berdasarkan pendapatan tahun fiskal 2024. Dalam daftar tersebut, Pupuk Indonesia berhasil menduduki peringkat ke-69, naik dari peringkat ke-71 di tahun sebelumnya. Di tahun 2024, Pupuk Indonesia mencatatkan total pendapatan audited Rp81,6 triliun.
Vice President Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia, Cindy Sistyarani mengatakan terpilihnya Pupuk Indonesia dalam daftar ini bukan hanya mencerminkan skala bisnis dari sisi pendapatan, namun juga menjadi indikator penting kepercayaan publik terhadap perusahaan yang mampu menjaga fundamental bisnis secara konsisten dan bertanggung jawab. Penghargaan ini turut menguatkan posisi Pupuk Indonesia sebagai BUMN strategis yang adaptif, efisien, dan berdaya saing global.
- PERSIDA TUAN RUMAH PIALA SURATIN U-17, TAPI SATU GRUP DENGAN DELTRAS
- Investasi SBN Ritel Jadi Mudah, Trimegah Sekuritas dan DANA Jalin Kerja Sama Penjualan e-SBN Ritel
- Penyerapan Tembakau Probolinggo Terancam PP 28/2024, Pendapatan Daerah Senilai Rp21,7 Miliar Berpotensi Berkurang
“Pencapaian ini mencerminkan konsistensi kami dalam memperkuat fundamental perusahaan melalui semangat efisiensi, inovasi teknologi, serta fokus pada kesejahteraan petani. Kami terus menjaga keseimbangan antara kinerja bisnis dan mandat strategis sebagai BUMN yang berperan dalam mendukung swasembada pangan nasional,” ujar Cindy, Selasa, 17 Juni 2025.
Cindy mengatakan bahwa Pupuk Indonesia secara konsisten menjalankan langkah-langkah penguatan proses bisnis melalui pendekatan berbasis teknologi. Di lini produksi, Pupuk Indonesia terus memperluas penerapan teknologi industri 4.0, seperti integrasi sistem big data dan Internet of Things (IoT), guna meningkatkan ketepatan pengendalian operasional dan efisiensi dalam proses produksi. Saat ini, lebih dari 32 ribu sensor telah terpasang di 48 fasilitas produksi Pupuk Indonesia untuk mendukung pemantauan secara real-time.
Menurut Cindy, salah satu upaya efisiensi utama yang dijalankan Pupuk Indonesia adalah revitalisasi fasilitas produksi secara bertahap, termasuk pembangunan pabrik Pusri III-B yang akan menggantikan pabrik tua dengan konsumsi energi tinggi. Pabrik baru ini diproyeksikan mampu menurunkan konsumsi gas dari 32 MMBTU/ton menjadi 21,7 MMBTU/ton, dengan potensi efisiensi biaya hingga Rp1,5 triliun per tahun. Efisiensi energi ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan perusahaan dalam meningkatkan daya saing dan produktivitas industri pupuk nasional.
“Efisiensi bukan hanya soal penghematan, tetapi juga tentang menciptakan proses kerja yang lebih cerdas, terukur, dan berkelanjutan. Langkah-langkah seperti revitalisasi pabrik dan integrasi teknologi menjadi fondasi kami dalam membangun perusahaan yang adaptif dan kompetitif,” kata Cindy.
Di sisi distribusi, Cindy mengatakan Pupuk Indonesia terus meningkatkan digitalisasi, salah satunya melalui platform i-Pubers untuk memastikan penyaluran pupuk subsidi yang efektif dan akuntabel. Saat
ini, i-Pubers telah digunakan di lebih dari 26 ribu kios resmi di seluruh Indonesia, dan berperan penting dalam memastikan penyaluran pupuk melalui distribusi yang tepat dan terpantau.
Lebih jauh, Cindy mengatakan sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Pupuk Indonesia juga mengembangkan portofolio usaha melalui diversifikasi bisnis. Di sektor hilir, perusahaan tengah membangun pabrik soda ash pertama di Indonesia melalui Pupuk Kalimantan Timur, dengan kapasitas 300 ribu ton per tahun, guna mendukung produksi bahan baku penting sejumlah industri Tanah Air dalam menjalankan bisnisnya, seperti sektor kaca, kertas, detergen, dan tekstil.
Pupuk Indonesia juga menjalankan proyek energi bersih seperti green ammonia melalui Petrokimia Gresik dan proyek Green Ammonia Initiative from Aceh (GAIA) di Pupuk Iskandar Muda untuk mendukung transisi menuju industri ramah lingkungan. Sementara itu, pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak, Papua Barat, turut diarahkan untuk memperkuat distribusi pupuk di kawasan timur Indonesia serta membuka pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan.
“Kami meyakini bahwa transformasi menyeluruh dari sisi operasional, digitalisasi, maupun pengembangan usaha, adalah kunci untuk menciptakan nilai tambah jangka panjang. Masuknya Pupuk Indonesia dalam daftar ini turut mempertegas arah strategis perusahaan yang berpijak pada tata kelola yang baik, efisiensi operasional, dan keberpihakan kepada petani. Kami akan terus menjaga komitmen untuk memastikan akses pupuk yang tepat sasaran, merata, dan berkelanjutan di seluruh Indonesia,” tutup Cindy.
Tentang Pupuk Indonesia
PT Pupuk Indonesia (Persero) merupakan produsen pupuk Urea terbesar di Asia, Timur Tengah, dan Afrika Utara dengan total kapasitas produksi pabrik pupuk mencapai 14,6 juta ton per tahun. Dalam mengemban tugas mendukung ketahanan pangan nasional, PT Pupuk Indonesia (Persero) dan 9 (sembilan) anak perusahaannya memiliki sejumlah produk pupuk yang terdiri dari pupuk Urea, NPK, ZA, Organik, dan SP36 yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Memiliki fasilitas pendukung antara lain berupa pelabuhan dan sarananya, kapal angkutan, distribution center, pergudangan, serta unit pengantongan pupuk yang memperlancar proses produksi dan distribusi pupuk. Kegiatan operasional Pupuk Indonesia Group bergerak di bidang industri pupuk, petrokimia dan agrokimia, steam (uap panas) dan listrik, pengangkutan dan distribusi, perdagangan serta EPC (Engineering, Procurement and Construction).
Sembilan anak perusahaan dimaksud sebagai berikut: PT Petrokimia Gresik (PKG), PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC), PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (PSP), PT Pupuk Indonesia Niaga (PIN), PT Pupuk Indonesia Logistik (Pilog), PT Pupuk Indonesia Pangan (PIP), dan PT Rekayasa Industri (Rekind).
Tulisan ini telah tayang di halojatim.com oleh Redaksi pada 18 Jun 2025