Putra Petani Kecil dari NTT Menangis Haru Saat Dilantik Jadi Prajurit TNI AD di Jakarta

redaksi - Sabtu, 06 September 2025 21:44
Putra Petani Kecil dari NTT Menangis Haru Saat Dilantik Jadi Prajurit TNI AD di JakartaAnggota Zeni TNI AD Rikardus Watan Wuwur bersama ayahnya, Martinus Boli Wuwur (kanan) dan saudaranya, Yong Wuwur (kiri) di sela-sela Upacara Penutupan Pendidikan Pertama Bintara TNI AD Tahun Anggaran 2025 di Markas Resimen Induk Komando Daerah Militer (Rindam) Jayakarta di Markas Rindam Jaya, kawasan Condet Raya, Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Sabtu (6/9) (sumber: Istimewa)

JAKARTA (Floresku.com)— Air mata tak terbendung dari wajah Rikardus Watan Wuwur, pemuda sederhana asal Desa Liwulagang, Nagawutun, Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Sabtu (6/9), ia resmi dilantik sebagai anggota TNI Angkatan Darat dalam Upacara Penutupan Pendidikan Pertama Bintara TNI AD Tahun Anggaran 2025 di Markas Rindam Jaya, Jakarta Timur.

Rikardus—akrab disapa Rico—tak kuasa menahan tangis saat berseragam hijau loreng. Dengan penuh haru, ia memeluk ayahnya, Martinus Boli Wuwur, kakaknya Yong, serta dua kerabatnya yang jauh-jauh datang dari kampung untuk menyaksikan momen bersejarah itu.

“Saya hanya bisa bersyukur kepada Tuhan. Dari kampung kecil di NTT, hari ini saya berdiri bersama rekan-rekan dari seluruh Indonesia sebagai prajurit TNI AD,” tutur Rico, dengan mata berkaca-kaca.

Rikardus Watan Wuwur bersama (dari kiri) kakaknya Yong Wuwur dan ayahnya Martinus Boli Wuwur serta kerabatnya, Rafael Wai Mudaj dan Rafael Balawala saat berada dalam komplek Markas Resimen Induk Komando Daerah Militer (Rindam) Jayakarta, kawasan Condet Raya, Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Sabtu (6/9)

Rico mengaku perjalanannya tidak mudah. Berasal dari keluarga petani kecil, ia menempuh proses seleksi dengan penuh disiplin. 

Doa dan dukungan keluarga menjadi bahan bakar semangatnya. Ia juga berterima kasih kepada para pimpinan TNI di Koramil Nagawutun, Kodim Larantuka, Korem Wirasakti, hingga Kodam Udayana yang telah membimbingnya hingga lolos seleksi.

Ayahnya, Martinus—seorang petani sekaligus mantan buruh migran—tak kalah terharu. Ia mengingat kembali ketika anaknya menyampaikan niat mendaftar TNI. 

“Kami mendukungnya dengan doa. Saya selalu bilang, disiplin, kerja keras, dan rendah hati itu kunci. Anak-anak saya harus belajar dari kebun; terik dan dingin sudah jadi sahabat kami, tapi doa dan kerja keras tak pernah sia-sia,” ungkapnya.

Bagi Martinus, datang ke Jakarta adalah pengalaman pertama yang membekas. “Kota ini begitu ramai, berbeda jauh dengan kampung. Tapi yang paling membahagiakan, saya bisa melihat anak saya dilantik jadi abdi negara,” katanya dengan mata berbinar.

Momen haru itu tak hanya menjadi tonggak perjalanan Rico, tapi juga simbol harapan bagi banyak anak muda dari pelosok negeri: bahwa dengan doa, tekad, dan kerja keras, mimpi bisa digapai, sejauh apa pun jarak kampung dengan ibu kota. (SP). ***

RELATED NEWS