Renungan 01 Januari 2025: Bersama Maria Kita Menjalani Tahun 2025 dengan Penuh Harapan
redaksi - Selasa, 31 Desember 2024 20:47BERSAMA MARIA KITA MENJALANI TAHUN 2025 DENGAN PENUH HARAPAN
(Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2: 16-21)
Kita membuka tahun ini dengan penuh sukacita. Kita saling mengucapkan selamat tahun baru dengan aneka harapan dan kerinduan. Ada yang mengharapkan tahun yang penuh keberhasilan dalam melaksanakan rencana-rencana, usaha dan karya.
Tetapi, mungkin ada yang merasa ragu dan bimbang. Mungkin ada yang bertanya, apakah kita akan jalani tahun ini dengan baik, aman dan damai? Apakah kita akan berhasil wujudkan cita-cita dan mimpi sampai akhir tahun? Apakah kita masih bersama-sama akan membuka Tahun Baru 2026 nanti?
Semua pertanyaan ini menunjukkan keraguan dan ketidakpastian. Tetapi, dalam iman kita yakin bahwa Tuhan tidak pernah melepaskan dan membiarkan kita hidup laksana anak ayam yang kehilangan induk, tanpa pegangan dan harapan pasti.
Oleh karena itu, Gereja mengajak kita untuk membuka tahun baru ini dengan merayakan pesta Santa Perawan Maria, Bunda Allah dan Bunda orang-orang beriman.
Gereja mempercayakan kepada kita Bunda Maria yang selalu berserah penuh pada Allah dan kehendakNya. Dalam situasi apa pun Maria selalu punya harapan.
Maka bagi kita Maria menjadi sosok manusia beriman yang pantas diteladani dalam menapaki seluruh ziarah hidup.
Maria juga punya peran amat penting dalam membantu Yesus Kristus mewujudkan rencana penyelamatan bagi umat manusia dan dunia.
Dalam Injil hari ini kita buktikan kebenaran ini. Ketika para gembala tiba di Betlehem mereka “menjumpai Maria dan Yusuf, dan Bayi itu yang sedang berbaring dalam palungan” (Luk 2:16).
Para gembala menjumpai Yesus, Maria dan Yusuf sebagai satu keluarga yang hidup dalam kebersamaan yang rukun dan hangat, meski dalam situasi serba miskin dan terbatas.
Maria dan Yusuf berusaha melindungi dan membesarkan Yesus dengan penuh kasih. Yesus, Anak Allah, memberkati dan menguduskan Keluarga Nazaret, sehingga menjadi model dan teladan bagi keluarga-keluarga dunia.
Bertolak dari kenyataan ini, kita yakin bahwa Bunda Maria tidak pernah berada jauh dari kita, anak-anaknya, dan bahkan ia sangat dekat dengan kita.
Kita bersyukur karena mempunyai seorang ibu yang sangat dekat dan mencintai kita, meskipun terkadang kita nakal dan tidak setia kepada Puteranya. Kiranya kedekatan dengan Bunda Maria dan devosi yang benar kepadanya membantu kita untuk semakin dekat kepada Allah dan semakin memahami kehendak Allah di dalam hidup kita.
Kita juga belajar dari teladan Keluarga Kudus Nazaret yang hidup dalam kebersamaan yang rukun dan hangat. Kita belajar membangun keluarga-keluarga kita agar hidup dalam kedamaian, persekutuan dan ikatan kesatuan pikiran, perasaan, hati dan karya sehari-hari.
Sebab keluarga yang bertahan dan langgeng mesti selalu ada bersama-sama dalam seluruh urusan rumah tangganya, dalam suka dan duka, sehat dan sakit, pun dalam untung dan malang.
Tetapi,satu tantangan besar kita hadapi di era digital dewasa ini, di mana semua urusan keluarga bisa dilaksanakan secara virtual, melalui SMS, video call, twiter, dan lain-lain.
Mungkin ada keluarga yang jarang duduk bersama untuk bicara bersama, buat rencana dan bekerja bersama-sama. Bisa juga terjadi bahwa waktu makan bersama semakin kurang karena setiap orang punya HP yang bisa digunakan untuk mengikuti acara-acara tertentu sesuai kesukaan dan minat.
Di sini, fasilitas yang lengkap dan canggih bisa membuat anggota keluarga hidup dalam dunianya masing-masing. Orang bisa lari dari sesama, ciptakan ruang hidup sendiri dan mulai urus dirinya tanpa libatkan dan butuhkan orang lain.
Mungkin ada orang yang hanya butuhkan keluarga dan sesamanya apabila alami kekurangan atau kesulitan tertentu. Atau saat ada pesta, hajatan atau acara.
Selain tantangan di atas, mungkin dalam hidup sehari-hari kita merasa betapa beratnya menghayati hidup sebagai pengikut Kristus dan anak-anak Maria yang baik. Kita juga mungkin enggan tampil sebagai saksi Kristus yang sejati di tengah masyarakat dan dunia.
Maka mari kita menyerahkan diri kepada Allah lewat Bunda Maria. Bersama Maria tentu kita punya alasan yang cukup kuat untuk berani melangkah ke depan tanpa ragu dan takut.
Yesus telah mengajar kita agar senantiasa berdoa sebagai tanda penyerahan diri kepada Bapa di surga. Dan bunda Maria yang tekun lagi setia dalam doa akan tetap mendampingi kita.
Jika Maria bersama kita dan kita selalu bersama Maria, kita pasti merasa aman dan dengan penuh harapan menghadapi segala situasi hidup sehari-hari. Apa yang perlu kita takuti?
Mari kita akhiri renungan ini dengan berdoa, ““Ya santa Maria, Putri Allah Bapa, Bunda Allah Putera, dan Mempelai Allah Rohkudus, doakanlah kami, anak-anakmu, yang berlindung padamu.
Semoga kami semua semakin teguh bersatu menghayati iman, harapan dan kasih sejati dalam ziarah hidup 2024 yang telah kami jalani, serta dengan penuh iman dan harapan menjalani tahun 2025”. Amen.
Selamat Tahun Baru 2025
Kewapante, 01 Januari 2025.. ***