Renungan Harian Katolik, Senin, 9 Januari 2023: Engkau adalah Putraku Tercinta (Pesta Pembabtisan Tuhan)
redaksi - Senin, 09 Januari 2023 09:57Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: ”Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Markus 1:9–11 (Injil dari Tahun B)
Pesta Pembaptisan Tuhan mengakhiri Masa Natal bagi kita dan mentransisikan kita ke permulaan Masa Biasa. Dari sudut pandang Kitab Suci, peristiwa dalam kehidupan Yesus ini juga merupakan momen peralihan dari kehidupan-Nya yang tersembunyi di Nazaret ke awal pelayanan publik-Nya.
Saat kita memperingati peristiwa mulia ini, penting untuk merenungkan pertanyaan sederhana: Mengapa Yesus dibaptis?
Ingatlah bahwa baptisan Yohanes adalah salah satu pertobatan, suatu tindakan yang dengannya dia mengundang para pengikutnya untuk berbalik dari dosa dan berbalik kepada Allah. Tetapi Yesus tidak berdosa, jadi apa alasan Pembaptisan-Nya?
Pertama-tama, kita melihat dalam bagian yang dikutip di atas bahwa identitas sejati Yesus dinyatakan melalui tindakan baptisan-Nya yang rendah hati. “Kamu adalah Putraku terkasih; denganmu aku sangat senang,” kata suara Bapa di Surga.
Selanjutnya, kita diberitahu bahwa Roh turun ke atas-Nya dalam bentuk burung merpati. Jadi, baptisan Yesus sebagian merupakan pernyataan publik tentang Siapa Dia.
Dia adalah Anak Allah, Pribadi ilahi yang satu dengan Bapa dan Roh Kudus. Kesaksian publik ini adalah sebuah “pencerahan,” manifestasi dari identitas sejati-Nya untuk dilihat semua orang saat Dia bersiap untuk memulai pelayanan publik-Nya.
Kedua, melalui baptisan-Nya, kerendahan hati Yesus yang luar biasa dinyatakan. Dia adalah Pribadi Kedua dari Tritunggal Mahakudus, tetapi Dia membiarkan diri-Nya diidentikkan dengan orang-orang berdosa.
Dengan ikut serta dalam tindakan yang berfokus pada pertobatan, Yesus berbicara banyak melalui tindakan baptisan-Nya.
Dia datang untuk mempersatukan diri-Nya dengan kita orang berdosa, untuk masuk ke dalam dosa kita dan masuk ke dalam maut kita.
Memasuki air, Dia secara simbolis masuk ke dalam kematian itu sendiri, yang merupakan akibat dari dosa kita, dan bangkit dengan penuh kemenangan, memungkinkan kita untuk juga bangkit bersama Dia menuju kehidupan baru.
Untuk alasan ini, baptisan Jahshua adalah cara Dia “membaptis” air, bisa dikatakan, sehingga air itu sendiri, sejak saat itu, akan diberkati dengan hadirat ilahi-Nya dan dapat disampaikan kepada semua orang yang dibaptis setelah Dia.
Oleh karena itu, manusia yang berdosa sekarang dapat bertemu dengan keilahian melalui baptisan.
Terakhir, ketika kita ambil bagian dalam baptisan baru ini, melalui air yang sekarang telah disucikan oleh Tuhan ilahi kita, kita melihat dalam baptisan Jahshua sebuah pewahyuan tentang siapa kita di dalam Dia.
Sama seperti Bapa berbicara dan menyatakan Dia sebagai Putra-Nya, dan sama seperti Roh Kudus turun ke atas-Nya, demikian juga dalam baptisan kita, kita menjadi anak angkat Bapa dan dipenuhi dengan Roh Kudus. Dengan demikian, baptisan Yesus memberikan kejelasan tentang menjadi siapakah kita dalam baptisan Kristen.
Tuhan, saya berterima kasih kepada-Mu atas tindakan baptisan-Mu yang rendah hati yang dengannya Engkau membuka Surga bagi semua orang berdosa.
Semoga saya membuka hati saya untuk rahmat yang tak terselami dari baptisan saya sendiri setiap hari dan lebih sepenuhnya hidup bersamaMu sebagai anak Bapa, penuh dengan Roh Kudus. Yesus, aku percaya pada-Mu. Amin. *** (Sumber: www.katolikku.com)