RENUNGAN KATOLIK, Jumat, 16 April 2021: "Sùbiit ergo in montem Iesus : et ibi sedebàt cum discìpulis suis" (Yoh 6:3)
redaksi - Kamis, 15 April 2021 21:21Oleh: P. Kons Beo, SVD
Pekan II Paskah - St Benediktus Yoseph Labre, Sta Bernadette Soubirous
Bacaan I Kisah Para Rasul 5:34-42
Mazmur 27:1.4.13-14
Injil Yohanes 6:1-15
Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-muridNya
SEPERTINYA tak perlu sekian keasyikan di area 'dataran.' Itulah keseharian hidup kita. Yang sering terasa datar dan kosong. Kita bisa nampak semangat dalam kesibukan. Tetapi sebenarnya kita lagi diterpa kegalauan. Tanpa arah. Sungguh merisaukan.
SAMA SEKALI tak dimaksudkan bahwa pergulatan hidup di area 'dataran' itu tak berarti. Bahwa jerih lelah dalam kesibukan itu tak ada manfaatnya. Tak dimaksudkan demikian. Tetapi ada saatnya kita mesti jedah sejenak. Kita hentikan sedetik dua langkah lalu lintas keramaian di keseharian. Di jedah itu, kita menatap ke 'tempat yang tinggi.'
YESUS, TUHAN dan Guru, menanti di sebuah gunung. Di situ, Dia bersama murid-muridnya, menanti orang banyak. Untuk mencari dan menjumpaiNya. Untuk 'mengalamiNya' dalam segala kelimpahan. Tak ada pilihan lain bagi orang banyak selain mesti 'mendaki dan menjumpaiNya'.
BUKANKAH gunung adalah simbol tempat 'kehadiran ALLAH?' Bukankah di tempat yang tinggi, manusia terpanggil untuk menjumpai PenciptaNya? Musa tinggalkan umat Israel untuk di dataran untuk menjumpai Yahwe di tempat yang tinggi (gunung).
YESUS naik ke atas gunung kita maknai sebagai sisi vertikal dari kisah kehidupan kita. Saat rutinitas mendera; saat kita tersandra dalam irama hidup datar; ketika letih terpola kerangka berpikir dan alur merasa yang 'itu-itu saja'; Ya, kita mesti berjuang memandang ke tempat 'yang tinggi'. Bertarung ayunkan langkah 'ke gunung.'
SEPATUTNYA kita masuk dalam habitus arahkan pandangan dan ayunkan langkah 'ke gunung'.Artinya, kita berkebiasaan untuk menziarahi hidup dalam kekuatan berjumpa dengan Tuhan. Dalam sepotong doa. Melalui kata-kata paling sederhana. Kita pasrahkan dan serahkan segala usaha dan perjuangan hidup dalam penyelenggaraanNya.
TETAPI, kita tak pernah boleh mencari Tuhan hanya karena satu keadaan darurat. Pun bahwa Tuhan hendak dipaksa-paksa dan diatur-atur sesuai selera kita. Atau bahwa Tuhan hendak dijadikan tameng untuk amankan dan benarkan segala hasrat dan kemauan kita.
TUHAN seperti itulah yang dicari oleh orang banyak. Hanya karena mujizat. Untuk menjadikanNya raja (Yoh 6:15).
Mari bentuk hati yang teduh. Demi merindukan Tuhan. Selalu. Dalam keramaian hidup ini.
Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.
Amin.