Oleh P Kons Beo SVD

(Pekan VII Paskah - St Eugene de Mazenod)

Bacaan I Kisah Para Rasul 25:13-21
Mazmur 103:1-2.11-12.19-20ab
Injil Yohanes 21:15-19

Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu...

APAKAH yang patut dipertahankan dalam hidup ini? Nama besar? Ketenaran? Bahwa kita (selalu) baik dan berpengaruh? Prestasi dan segala pencapaian? Segala kehebatan dan semua sisi plus dari diri?

TETAPI biarlah diri kita diteropong  juga dari 'luar diri sendiri.' Bahwa kerapuhan, kelemahan, ketidakhebatan, keterbatasan, serta aneka kegagalan adalah milik kita juga. Tetapi, apakah itu mudah? Lihat saja....

SEKIAN banyak energi terkuras agar kita terkesan selalu cemerlang. Kita sekian bertarung bahwa kegagalan dan kelemahan adalah bukanlah duniaku. Melainkan yang rapuh itu punya orang lain. Tentu, kita mesti belajar masuk dalam satu integritas diri yang paten. Hebat dan rapuh adalah kekariban tak terelakan.

SELALU saja terjadi bahwa di mata umum kita OK, tetapi sebenarnya hati kita lagi berderai air mata. Atau mungkin saja bahwa kita ternilai dalam kerangka serba minus nan suram. Tetapi, Kasih Tuhan selalu lebih unggul. Untuk tunjukan dari titik mana kita mesti belajar  berlangkah kembali.

SIAPAPUN bisa saja keletihan. Pucat pasi di wajah. Tak nyaman di tidur malam. Hanya karena  berpikir bagaimana harus  mempertahankan semua yang jasmaniah dan sungguh bersifat sementara. Yang tergenggam kuat di tangan. Tanpa terbuka tulus bagi yang lain.

RASUL Petrus, di hadapan Yesus, Tuhan dan  Gurunya, tak perlu berbuat apapun agar 'terkesan saleh.' Pun tak boleh ia bermuram durja hingga putus asa karena silamnya nan suram: "aku tidak kenal Orang itu'' (cf Mat 26:74). Karena toh, Yesus tahu segala sesuatu. Dan Yesus pun tahu bagaimana harus meneguhkannya.
Tuhan tahu segala sesuatu...

DARI kita dibutuhkan kerendahan hati untuk selalu mendengarkanNya. Jalan hidup ini tetap terbuka bagi siapapun muridNya. Segalanya selalu dalam proses menjadi....

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin.