RENUNGAN KATOLIK, Jumat, 23 April 2021: "Et confèstim cecidèrunt ab òculis eius tamquam squamae" - Kis 9:18

redaksi - Jumat, 23 April 2021 10:04
 RENUNGAN KATOLIK, Jumat, 23 April 2021:    "Et confèstim cecidèrunt ab òculis eius tamquam squamae" - Kis 9:18Santo Adelbertus dari Praha (956-997 M) (Gambar:veronicaneli.wordpress.com) (sumber: null)

Oleh: P. Kons Beo, SVD

Jumat, 23 April 2021
Pekan III Paskah - St Adelbertus dari Praha, St Georgius

Bacaan I Kisah Para Rasul 9:1-20
Mazmur 117:1.2
Injil Yohanes 6:52-59

Dan seketika itu juga ada selaput yang gugur dari matanya

ITULAH hidup baru bagi Paulus. Ia dapat melihat kembali. Ada yang gugur dari selaput matanya. Ini tak sekedar sepasang mata fisik. Yang kini sanggup melihat kembali. Ada hal  lain yang lebih dalam dari itu. Dari sekedar kesanggupan melihat secara fisik.

PAULUS kini memiliki kesanggupan melihat secara rohani. Di bola mata lamanya, yang dilihatnya adalah sebatas pedang dan kekerasan. Di biji mata lamanya yang terpancar adalah tatapan Paulus yang penuh kebencian. Yang memandang segala sesuatu 'yang bukan Yahudi' adalah musuh-musuh. Yang mesti dimusnahkan.

MAKA 'Paskah Paulus' adalah satu peralihan cara pandang,  dari yang lama kepada yang baru. Yang dulu dikejar untuk dimusnahkan, kini dilihat sebagai saudara dan sekomunitas dalam Kasih Kristus. Ya, semuanya telah berubah. Ada yang telah gugur dari selaput mata Paulus. Dan kini ia dapat melihat kembali. Dan melihatnya secara baru.

KATA si bijak, 'Janganlah hakimi dan menilai halaman rumah tetangga penuh kotoran, atau bahwa pakaian di tali jemuran sebelah rumah itu masih banyak nodanya. Padahal sebenarnya jendela kaca rumah kita sendirilah yang   masih  tebal  berdebu." Ada sekian banyak butiran debu yang masih tertempel di selaput mata kita. Yang membuat kita melihat dan menilai apapun di luar kita semuanya kelam dan kusam.

PERIKSA mata hati kita sendiri sebelum memandang di sekitar. Seputih dan setulus apapun hati sesama, bila hati kitalah yang suram, maka menjadi suramlah segalanya. Tetapi, bila memang nyatanya hidup sesamamu penuh dengan aura 'gelapnya malam', maka pandanglah sesama itu dengan cahaya mata kasih! Untuk memanggilnya pulang.

TAK dibenarkan, sekali lagi,  bahwa bendera kesalehan kita berkibar-kibar di atas tiang kelemahan dan ketidakberdayaan sesama. Karena itu mesti digugurkanlan 'aneka selaput' yang ada di mata kita. Dengan itu, kita dapat melihat semuanya secara baru. 
Dalam semangat baru. Dan meneropong semuanya dalam sinar mata KASIH.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin.

RELATED NEWS