RENUNGAN KATOLIK, Kamis, 03 Juni 2021: "Bene Magister, in Veritàte Dixìsti.." Mrk 12:32

redaksi - Rabu, 02 Juni 2021 19:38
RENUNGAN KATOLIK, Kamis, 03 Juni 2021: "Bene Magister, in Veritàte Dixìsti.."  Mrk 12:32St Karolus Lwanga & Para Martir Uganda (sumber: todayscaholic.org)

Oleh P Kons Beo SVD

(Pekan Biasa IX - St Karolus Lwanga & Para Martir Uganda, St Kevin dari Glendalough, St Matiya Mulumba)

Bacaan I Tobit 6:10-11; 7:1.6.8-13; 8:1.5-9
Mazmur  128:1-2.3.4-5
Injil Markus 12:28b-34

Guru, tepat sekali apa yang Kau-katakan

INI soal bicara. Isinya mesti jelas. Tepat. Membuat pikiran jadi terbuka. Ada kelegaan di kepala. Juga  buat hati jadi nyaman. Bicara yang macam begini selalu membawa pesan. Singkatnya, itulah bicara yang mengatakan sesuatu.

BICARA yang tepat juga berkarib pada situasi. Ini hebatnya bicara yang berkiblat pada kenyataan pendengar. Maksudnya, bicara yang tak 'asal tabur saja.' Katanya, para pendengar itu unik. Sebatas kecakapan dan kesanggupan dalam menanggap pesan.

KEHADIRAN Yesus jelas juga berakar pada bicaraNya. Kata-kataNya bening, sejuk.  Tapi juga menggugat. Irama berkataNya amat teratur. Ia bicara tentang kehendak Langit. Tetapi, Ia juga banyak kali bicara tentang kenyataan bumi.

YESUS berbicara tentang gerak vertikal jiwa yang mengarah pada Tuhan. Ia arahkan pula hati manusia pada dinamika yang tertuju pada sesama. Agar manusia jangan hanya menatap ke atas, sementara tangan tetap terlipat terhadap sesama.

KATA-KATA Yesus sungguh tepat. Karena tak ada pertentangan antara Kasih kepada Allah dan Kasih terhadap sesama. Bila terasa berat mengasihi sesama yang hadir nyata di depan mata, betapa sulitlah mengasihi Allah yang tersembunyi.

KARENA itu, dalam Yesus, amat sulit dimengerti dan tidak pernah dibenarkan untuk menistakan dan menghancurkan sesama  sambil mencatut nama Allah. Karena, Kasih atau percaya kepada Allah selalu berarti mengasihi pula sesama. Dan tak menghancurkan semesta yang diciptakanNya.

TETAPI di atas segalanya, adalah tak cukup hanya berjuang untuk mengasihi Allah dan bertarung untuk mencintai sesama. Terkadang kita mesti duduk teduh untuk sadar: "Sungguh!   Allah  tetap mengasihiku. Dan betapa mulialah hati sesama, yang tulus mencintaiku pula." Karena, rasa kurang dicintai dalam Kasih Sayang sering jadi halangan berat untuk mengasihi. Yakinlah!

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin

RELATED NEWS