Renungan Katolik, Kamis, 18 Maret 2021: "Quia dilectiònem Dei non habètis in vobis"
redaksi - Kamis, 18 Maret 2021 12:54Oleh: P. Kons Beo SVD
(Pekan Prapaskah IV - St Salvator OFM, St Anselmus dari Lucca)
Bacaan I Keluaran 32:7-14.
Mazmur 106:19-20.21-22.23
Injil Yohanes 5:31-47
(Di dalam hatimu kamu tidak mempunyai Kasih akan Allah).Yoh 5:42
INGIN menjadi yang terbaik. Ingin mengalami suasana paling mengesankan. Ingin menggapai rasa hati penuh kebahagiaan. Ingin mencapai tingkat kepuasan tertinggi. Itulah harapan hidup dalam hati setiap kita. Segala yang terbaik, indah, mempesona menjadi perjuangan hidup kita.
NAMUN, betapa kenyataan sering menunjukkan bahwa kita bukanlah segalanya. Dan tak akan pernah mencapai segalanya pula. Berjuang setia namun bisa tersirat pula penyangkalan demi penyangkalan serta hati tegar tengkuk; berusaha untuk selalu ceriah, namun bisa ditikungi banyak deraian air mata kesedihan.
HIDUP nampaknya hanya sebatas seperangkat jawaban atas harapan sesama. Kita berjuang untuk menjadi jawaban yang benar, yang layak, yang cocok, yang sesuai harapan! Namun, apakah amunisi demi yang terbaik selalu kita miliki? Di sisi lain, kesal demi kesal pun sering teralami. Dalam diri sesama, pun orang kesayangan, tak kita temukan jawaban hidup yang sungguh-sungguh melegakan.
KITA bukannya tak miliki kesanggupan untuk menjadi jawaban yang diharapkan. Sebaliknya kita nyaris memiliki segalanya. Demi yang terbaik! Demi menggapai alam kebahagiaan dalam hidup. Demi menjadi jawaban yang tepat. Namun?
Mari kita ingat kata-kata Yesus, Tuhan dan Guru. Kehilangan Kasih Allah adalah kehilangan terbesar dalam hidup. Saat manusia bertarung tampilkan kuasa, segala kebesaran atau kehebatan demi jawaban yang terbaik dalam hidup, Kasih Allah itu justru hadir dalam ketidakhebatan, kesahajaan dan kerapuhan.
TAK perlulah kita menjadi tokoh serba bisa demi hal-hal yang spektakuler. Yang membangkitkan serba decak kagum penuh pesona. Tetapi biarlah kita menjadi kaya dalam pengalaman akan Kasih Allah! Karena dari situlah kita tetap teguh dan bercahaya dalam: belaskasih, kepedulian, sukacita, menghargai sesama, kesabaran, pengorbanan serta keterbukaan.
KASIH di dalam Allah itu sungguh luar biasa. Karena, sekali lagi, kasih seperti itu menerobos masuk dalam pengalaman ketakberdayaan kita. Ibarat kata-kata si bijak, "Dalam cinta-kasih, pria dan wanita menanggalkan segala bentuk kekuasaan, dan saling memeluk dalam ketidakberdayaan".
Di palang salib hina, DIA telah tinggalkan segalanya. Semuanya atas nama CINTA. Demi memeluk dan merangkul kita yang rapuh dan tak berdaya....
Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.
Amin.