Renungan Katolik Kamis, 4 Maret 2021

Redaksi - Rabu, 03 Maret 2021 21:47
Renungan Katolik Kamis, 4 Maret 2021Lasarus Vs Orang Kaya (sumber: 2021/03/1614782578445.jpeg)

(Pekan Prapaskah II - St Kasimirus, B Humbelina)

Bacaan I Yeremia 17:5-10.
Mazmur 1:1-2.3.4.6
Injil Lukas 16:19-31

"...inter nos et vos chaos magnum firmàmentum est"
Luk 16:26
(...di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi)

JARAK itu memang telah tercipta. Namun itu tak tercipta di keabadian sana. Antara tempat Lazarus dan alam maut si kaya itu. Antara alam pangkuan Abraham (Luk 16:23) dan alam sangat kesakitan dalam nyala api (Luk 16:24). Tidak! Jarak si kaya dan si Lazarus telah tercipta sejak di kesementaraan hidup yang telah berlalu itu.

ADA JARAK ANTARA dunia orang kaya itu dan si Lazarus miskin. Antara serba berkecukupan dan harus mengemis; antara jubah ungu serta kain halus dan penuh borok; antara segala kemewahan dan terpaksa baring dekat pintu rumah, makan dari apa yang jatuh dari meja, dan luka-luka yang mesti dijilati anjing-anjing (cf Luk 16:19-21).

DUNIA ini sudah banyak bedanya. Memang, semua manusia terlahir sama telanjangnya. Tanpa berpakaian. Namun jalan hidup setiap orang pasti berbeda. Ada yang bernasib baik. Dalam usaha dan perjuangan ia belajar untuk 'berpakaian'. Untuk menggapai hidup seada dan selayaknya. Sementara ada yang seadanya di titik batas. Malah di bawah situasi mencekam yang sungguh tak di harapkan.

"SITUASI Lazarus" bisa dialami oleh siapa saja. Apa karena sekian lemah daya untuk berjuang dalam hidup? Tanpa usaha dan kerja keras? Tetapi bisa pula oleh karena sekian banyak keterbatasan. Yang bisa mendera siapa saja. Ada pula situasi mencekam dalam hidup hanya karena jadi buntut dari perilaku sesamanya sendiri.   Ada yang bisa jadi korban  dari hati yang berperilaku penuh dengan ketamakan. Yang tak pernah puas dengan  segala kemewahan dan 'lukisan alam jubah ungu.'

TERLALU kasat mata untuk membidik segala jarak dan keterpisahan yang terjadi antara manusia. Ada jarak antara dunia dan animo elitis dan alam di bawah standar minimalis. Jarak antara selera berfoyah-foyah dan alam menanti belaskasih atau pun mengais-ngais rejeki. Antara kesenangan dapat memilih-milih demi kebutuhan dan keadaan serba tak pasti. Penuh tanya: 'apakah hari ini kita masih beruntung untuk dapat memperoleh sesuatu agar bisa bertahan hidup?'

KITA terpanggil untuk berbuat sesuatu. Tak cukup hanya dengan bersyukur kepada Tuhan atas segala rejeki yang diperoleh. Hati penuh solider sepantasnya jadi daya dorong untuk berbagi. Kata si bijak ''lidahmu jangan terlalu dikuasai mutlak oleh kelezatan di atas meja. Karena ada banyak yang lagi mencari-cari di tong-tong sampah; janganlah terlalu cemas akan  segala jenis pakaian di lemarimu. Karena ada sekian banyak yang cuma menutup tubuh dengan  yang lusuh, kumal dan penuh sobekan sana-sini. Jangan pula terlalu istanakan dan museumkan rumahmu dengan segala  kemewahan ini itu. Tak terbatas. Karena ada yang, sekali lagi, tak punya alamat dan bahkan cuma beratapkan langit.

LALU apa yang dapat ditimbah dari suara Black Brothers dalam Hari Kiamat?

"Itulah hidup semakin biasa. Seakan tak pedulikan lagi. Tiada KASIH BAGI YANG LEMAH. Disiram banjiran air mata....."

MARI kita pendekan jarak dengan sesama dengan berbelaskasih.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin.

RELATED NEWS